ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

PRATIWI AMALLIYAH A

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

Oleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL SKRIPSI. Oleh Bambang Supriyadi NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mampu merujuk objek ke dalam dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama,

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI.

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

ANALISIS WACANA PADA IKLAN KARTU PERDANA AS, XL, AXIS, DAN IM3 DI TELEVISI SWASTA DEFI SUSANTI. RINI WIRASTY, B., S.S., M.Pd REDO ANDI MARTA, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KONJUNGSI DALAM WACANA DESKRIPSI SISWA KELAS V SD NEGERI 51 BANDA ACEH. RahmiArianti, Adnan, M.Yamin.

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X A SMA NEGERI 8 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh : Alamsyah ABSTRAK

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

PENGGUNAAN PEMARKAH KOHESI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA 3 MUARO JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO OLEH SULIS TRIYA NINGSIH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF PADA KARANGAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 TEMANGGUNG SKRIPSI

BENTUK-BENTUK KOHESI WACANA BUKU TEKS BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA PENULISAN LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA NON BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Azis dan Juanda. Keywords: grammatical cohesion, unity of discourse

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

KEUTUHAN WACANA LEMBAR KERJA SISWA (LKS): ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI (JURNAL INI MASIH MELALUI PROSES PENYUNTINGAN)

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 Oleh: Eka Pertiwi NIM RRA1B110059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2017 FKIP Universitas Jambi Page 1

KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 Oleh: Eka Pertiwi (Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia) ABSTRAK Pertiwi, E. 2017. Kekohesifan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013:Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing (I) Drs. Andiopenta Purba, M.Hum., M.Div (II) Dra. Irma Suryani, M. Pd. Kata Kunci: kohesi, wacana, buku teks Di dalam sebuah wacana, kohesi dan koherensi merupakan unsur wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membangun teks yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis sarana kohesi wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 dan mendiskripsikan kekohesifan penggunaan sarana kohesi yang terdapat pada wacana Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Data penelitian ini adalah jenis sarana kohesi yang terdapat dalam wacana. Data di peroleh dengan membaca keseluruhan wacana dan memberi tanda pada sarana-sarana yang ditemukan, serta mencatatnya. Kemudian data dideskripsikan dan dianalisis dengan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 menggunakan 9 jenis sarana kohesi, terdiri dari pronomina, substitusi, elipsis, konjungsi, repetisi, sinonim, antonim, hiponim dan kolokasi. Sarana kohesi yang paling banyak ditemukan adalah pronomina dan konjungsi. Berdasarkan hasil analisis, penggunaan sarana dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 yang kohesif mencapai 98,7%, dan sarana kohesi yang tidak kohesif hanya mencapai 1,3%. Dari hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa sarana kohesi yang terdapat dalam wacana Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 masih tergolong kohesif. Disarankan Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP agar memanfaatkan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 sebagai salah satu sarana pembelajaran bahasa Indonesia. I. PENDAHULUAN Pemerintah terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Adapun upaya tersebut dengan mendirikan lembagalembaga pendidikan, penyempurnaan buku teks dan kurikulum serta peningkatan mutu guru melalui proyek pengembangan pendidikan guru. Penerapan kurikulum baru dalam proses belajar mengajar merupakan suatu FKIP Universitas Jambi Page 2

langkah dalam mengadakan perubahan untuk perkembangan dunia pendidikan. Buku teks merupakan alat yang digunakan guru dalam memberikan informasi kepada siswa. Buku teks akan disesuaikan dengan mata pelajaran. Masing-masing guru bidang studi wajib mengajar dengan berpedoman pada satu buku teks sesuai dengan kurikulum yang diterapkan. Setiap mata pelajaran membutuhkan sejumlah buku teks. Pelajaran bahasa Indonesia membutuhkan buku teks bahasa Indonesia, pelajaran Matematika membutuhkan buku teks Matematika. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran yang lain. Untuk itu, pihak sekolah terutama guru harus pandai memilih buku yang layak dan patut untuk dijadikan bahan dalam kegiatan belajar mengajar. Penyeleksian buku buka hanya dari terbitan maupun sampul buku, melainkan dari sector isi dan lain sebagainya. Pemerintah pada awalnya telah berupaya menerapkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar. Hingga lahirkan sejumlah buku dengan menggunakan kurikulum 2013. Meski belum sepenuhnya diterapkan, buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah beredar luas di setiap sekolah. Buku ini akan menjadi acuan ketika sekolah siap menerapkan buku itu di sekolah. Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selain disesuaikan dengan acuan kurikulum 2013 juga memuat berbagai wacana. Wacana yang terdapat dalam buku teks digunakan guru sebagai bahan bacaan dan sarana latihan. Sebuah Wacana mengandung ide yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca. Dalam menyampaikan idenya, penulis menggunakan wacana yang utuh dan koheren sehingga penyampaian ide tampak tertata, menyatu dan mudah diserap oleh pembaca. Untuk menciptakan keserasian bentuk dan makna yang tertata rapi ini, penulis menggunakan penanda formal yang disebut dengan kohesi yang memiliki jenis sarana yang beragam. Di dalam sebuah wacana, kohesi dan koherensi merupakan unsur wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membangun teks yang baik. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Untuk menciptakan keserasian hubungan antarunsur dalam wacana hal yang perlu diperhatikan adalah kekohesifan. Wacana yang baik dan utuh merupakan wacana yang mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Sarana atau alat-alat Kohesi dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia sangat berguna untuk memahami wacana secara efektif. Widodo (1987:46) mengemukakan bahwa kehadiran sarana kohesi memiliki peran dan fungsi sebagai alat penjalin keselaran dan kepaduan yang berimplikasi pada kelancaran pemahaman teks karangan. Dengan demikian, ketepatan penempatan dan penggunaan sarana kohesi dalam wacana akan menghindarkan kesalahan pembaca dalam menafsirkan wacana tersebut. Penggunaan sarana kohesi yang tepat akan mempermudahkan siswa dalam memahami wacana yang terdapat di dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013. Untuk itu, perlu diadakan penelitian tentang kohesi yang terdapat di dalam buku tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui jenis sarana kohesi yang digunakan dan kekohesifan wacananya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang sarana kohesi dan kekohesifan wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan FKIP Universitas Jambi Page 3

dan Kebudayaan tahun 2013. Dengan demikian penelitian ini berjudul Kekohesifan Teks Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas VII Terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013. Secara Umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Penggunaan kohesi wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013? Rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Jenis sarana kohesi apakah yang digunakan pada wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013? (2) Bagaimanakah kekohesifan wacana pada Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013? Berdasarkan rumusan masalah, Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada wacana non sastra. Hal ini dengan pertimbangan wacana sastra menggunakan pilihan kata dan aturan kebahasaan yang tidak ketat atau bebas sementara wacana non sastra menggunakan pilihan kata dan aturan kebahasaan yang ketat. Adapun Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan jenis sarana kohesi wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013.(2) Mendiskripsikan kekohesifan penggunaan sarana kohesi yang terdapat pada wacanabuku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Wacana Chaer (2007:267) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sementara itu, pendapat lain dari Moeliono (1997:334) yang mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain hingga membentuk kesatuan. Istilah wacana bukan hanya sebatas cakupan percakapan atau obrolah semata, melainkan juga mencakup sebuah tulisan, permbicaraan di muka umum, dan lain sebagainya. Wahab,dkk (1999:70) mengemukakan tentang jenis-jenis wacana yaitu wacana narasi, deskripsi, eksposisi dan argumentasi.wacana mencakup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu. 1. Ekspresi diri sendiri 2. Eksposisi 3. Sastra 4. Persuasi (Tarigan, 1987:23) Sementara itu,djajasudarma (2006:3) mengemukakan wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan merupakan satuan tertinggi dalam hirearki gramatikal. Pengertian lain seperti yang dikemukakan oleh Moeliono (Djajasudarma, 2006:3) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi satu dengan proposisi yang lain, membentuk suatu kesatuan. Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang FKIP Universitas Jambi Page 4 8

serasi. Tarigan (1987:27) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana tersebut dapat berupa suatu karangan yang utuh, kata, frasa, klausa, dan kalimat atau kata kata yang menyampaikan amanat yang lengkap. Menurut Tarigan (1993:23-24) wacana digolongkan ke dalam empat jenis sebagai berikut. 1. Wacana informatif, yaitu wacana yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar. 2. Wacana persuasif, yaitu wacana yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak. 3. Wacana kesastraan, yaitu wacana yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik. Wacana ekpresif, yaitu wacana yang mengekpresikan perasaan dan Tarigan (1987:27) menambahkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi atau kohesi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh berupa novel, buku, seri, ensiklopedia, dan sebagainya, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat lengkap (Djajasudarma, 2006:3). Syamsuddin (1998:10) mengemukakan bahwa sifat wacana diidentifikasi sebagai berikut. (1) Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur. (2) Wacana mengungkapkan satu hal (subjek) (3) Penyajiannya teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya. (4) Wacana memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu. (5) Wacana tersebut dapat berupa suatu karangan yang utuh, kata, frasa, klausa, dan kalimat atau kata kata yang menyampaikan amanat yang lengkap. Wacana adalah bentuk bahasa yang digunakan dalam komunikasi nyata diwujudkan dalam bentuk lisan yaitu antara pembicara dan pendengar, serta dalam bentuk tulisan komunikasi terjadi antara penulis dan pembaca. Penelitian ini mengkaji tentang wacana dalam bentuk tulisan, yaitu berupa karangan utuh. Karangan merupakan penyampaian sesuatu dengan menggunakan media tulisan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Isi dan maksud serta tujuan penulisan disampaikan dalam rangkaian kalimat yang saling berkaitan hingga membentuk paragraf. Persyaratan terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).wacana dikatakan utuh apabila kalimatkalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan FKIP Universitas Jambi Page 5

2.2 Sarana Kohesi dalam Bahasa Indonesia Menurut Tarigan (1987:103) sarana kohesi yang ada dalam bahasa Indonesia terdiri dari Kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. 2.2.1Kohesi Gramatikal Kurshartanty dkk (2009:96) menyatakan bahwa Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antar unsur yang dimarkahi alat gramatikal atau alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa. Kohesi gramatikal terbagi atas: 2.2.1.1 Pronomina Pronomina adalah kata benda yang menyatakan orang sering kali diganti kedudukannya di dalam pertuturan dengan sejenis kata (Chaer, 1994:115). Pronomina terdiri dari 1. Kata ganti diri, 2. Kata ganti penanya, 3. Kata empunya, 4. Kata ganti penunjuk, 5. Kata ganti penghubung, dan 6. Kata ganti tak tentu (Tarigan, 1987:100).Kata ganti diri dalam bahasa Indonesia adalah. 1. Saya, aku, kita, kami (orang pertama) 2. Engkau, kamu, kau, kalian, anda (orang kedua) 3. Dia, mereka (orang ketiga) 2.2.1.2 Substitusi Substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Substitusi ini dapat berupa nominal, verbal, klausal, atau campuran. Misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian begitu, melakukan hal yang sama. Penggunaan substitusi sebagai sarana kohesi dapat dilihat dalam contoh berikut ini. Saya dan paman masuk ke warung kopi. Paman memesan kopi susu. Saya juga mau satu. Keinginan kami rupanya sama. Paman bercita-cita masuk menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi agar mereka menjadi sarjana yang berguna bagi keluarga dan masyarakat. Serta memperoleh penghasilan yang cukup. (Tarigan, 1987:100-101) Kridalaksana (dalam Tarigan, 1987:100) menyatakan bahwa substitusi adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur bahasa lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. 2.2.1.3 Elipsis Elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa Kridalaksana (dalam Tarigan, 1987:101). Sejalan dengan itu, Rusminto (2015:30) juga berpendapat bahwa Elipsis adalah penghilangan satu bagian dari unsur atau satuan bahasa. Menurut Lubis (1993:38) sebenarnya elipsis sama prosesnya dengan substitusi tetapi elipsis ini disubtitusi oleh sesuatu yang kosong, atau sesuatu yang tidak ada. Elipsis dapat juga dikata merupakan sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau dituliskan. Elipsis terbagi menjadi dua, yaitu elipsis verbal dan elipsis klausal. Berikut ini yang merupakan contoh elipsis yaitu. (1) Kami berangkat hari ini. Mereka juga. (2) Murid-murid kelas 3 sedang membaca buku. Murid-murid kelas 4 juga. (3) Mahasiswa sedang mempelajari analisis wacana. semantik juga. (Lubis, 1993:38) 2.2.1.4 Konjungsi FKIP Universitas Jambi Page 6

Konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf (Kridaklasana dalam Tarigan, 1987:101). Sementara itu, menurut Muslich (1990:104) konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Meskipun begitu Muslich (1990:104) menambahkan bahwa konjungsi dapat juga menghubungkan dua kata atau frasa, contonya rembulan dan matahari. Menurut Lubis (1993), kojungsi sebagai alat relasi yang erat (kohesif) dapat dibagi atas beberapa bagian, terutama kalau dibagi atas perilaku sintaksisnya yaitu: 1. Konjungsi koordinatif, 2. Konjungsi subordinatif, 3. Konjugsi korelatif, 4. Konjungsi atarkalimat, 5. Konjungsi antar paragraph. 2.2.2 Kohesi Leksikal Kohesi Leksikal adalah sarana atau alat kohesi yang memanfaatkan atau yang diperoleh dengan cara memilih kosa kata yang serasi (Tarigan,1987:102). Sarana kohesi yang termasuk dalam kategori leksikal yaitu repetisi, sinonim, antonim, hiponim dan kolokasi. 2.2.2.1 Pengulangan (repitisi) Pengulangan (repetisi) merupakan salah satu alat kohesi leksikal meliputi pengulangan kata atau frasa yang sama dan bentuk dasar yang sama, baik secara utuh maupun secara sebagian (Moeliono, 1997:345). Tarigan (1987:102) memberikan contoh pengulangan sebagai berikut: Para pemuda Indonesia, pemuda Jawa, pemuda Batak, pemuda Ambon, dan lain-lain turut berjuang menantang pejajah memperjuangkan kemerdekaan di Nusantara ini. Dalam kalimat tersebut terdapat pengulangan kata pemuda. Sementara itu, Alwi, dkk, 2003:429) meyatakan bahwa pengulangan sebagai salah satu alat kohesi leksikal meliputi pengulangan kata atau frasa yang sama dan bentuk dasar yang sama baik secara utuh maupun sebagian. 2.2.2.2 Sinonim Menurut Palupi (2011:16) sinonim ialah suatu kata yang mempunyai makna yang sama dengan kata searti. Sinonim itu digunakan untuk menghindari kebosanan karena pengulangan kata yang sama di dalam teks. Sementara itu, pendapat lain mengatakan bahwa Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satu ujaran lainnya (Chaer,2007:297). Misalnya antara kata betul dengan kata benar. 2.2.2.3 Antonim Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lainnya (Chaer, 2007:299). Contohnya : baik berantonim buruk, hidup berantonim mati. 2.2.2.4 Hiponim Hiponim atau hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain (Chaer, 2007:305). Misalnya antara kata melati dan bunga. Makna kata melati tercakup dalam kata bunga. Kita dapat mengatakan bahwa melati adalah bunga, tetapi bunga itu bukan hanya melati saja. Ada bunga-bunga yang lain misalnya mawar, kenanga, anggrek dan asoka. 2.2.2.5 Kolokasi Sudaryat (2009:162) mengatakan bahwa kolokasi atau sanding kata adalah pemakaian kata-kata yang berada di lingkungan yang sama. Kolokasi adalah makna kata yang berkaitan dengan makna kata lain yang mempunyai FKIP Universitas Jambi Page 7

tempat yang sama dalam sebuah frasa (Chaer, 2007:26). Contohnya kata pendidikan dan sekolah. Kekohesifan dalam sebuah wacana dapat dilihat berdasarkan penggunaan sarana kohesi yang mengacu pada sesuatu yang jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud wacana. Dalam hal ini penggunaan sarana kohesi secara tepat sangat mempengaruhi kekohesifan sebuah wacana. 2.3 Sarana Kohesi sebagai Penanda hubungan dalam Wacana Tarigan (1987:25) mengungkapkan bahwa unsur-unsur penting wacana terdiri atas satuan bahasa, terlengkap/terbesar/tertinggi, di atas kalimat atau klausa, teratur atau tersusun rapi (koheren), berkesinambungan (kontinuitas), kohesi atau kepaduan, lisan atau tulisan, dan awal dan akhir yang nyata. Keserasian hubungan antar unsur dalam wacana berkaitan dengan sarana kohesi.keterkaitan unsur-unsur dalam sebuah wacana menggambarkan kepaduan sehingga wacana mengandung sebuah makna. Sebuah wacana memerlukan alat penghubung atau (kohesi) sebagai penyelaras antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain sehingga tercipta pengertian yang apik (Muchlich, 1990:164). Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005:26). Sementara itu, Gutwinsky (Tarigan, 1987:96) mengatakan bahwa kohesi adalah hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun strata leksikal tertentu. Struktur bahasa wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap yang tersusun dari unsur yang ada di bawahnya secara berurutan yaitu paragraf, kalimat, klausa, frasa, kata, morfem, dan fonem.pengertian ini sesuai dengan pendapat berikut ini yang meyatakan bahwa kohesi adalah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren (Moeliono, 1993:343).Keterkaitan dan kepaduan unsur-unsur tersebut dapat menjadikan wacana mengandung sebuah pengertian yang mudah dipahami dan dimengerti maknanya. III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskritif-kuantitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan gejala yang ada pada data tanpa memberikan perlakuan khusus dalam bentuk apa pun pada subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan mendeskripsikan data yang dilakukan melalui proses perhitungan dan pemerolehan hasil berupa persentase sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan jumlah sarana kohesi yang terdapat dalam wacana pada Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan rumus yang digunakan. Data Data penelitian ini berupa sarana kohesi, dan hal-hal yang menghubungkan antara satu kata dengan kata lainnya atau klausa yang satu FKIP Universitas Jambi Page 8

dengan klausa. Menurut Arikunto (2002:118) data adalah segala fakta dan angka yang dijadikan sebagai bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil penjumlahan data yang dipakai untuk suatu keperluan. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 berjudul Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian kepustakaan atau studi pustaka, dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Membaca keseluruhan wacana yang terdapat di dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, sehingga menemukan sarana-sarana kohesi yang membangun wacana tersebut. 2) Memberi tanda pada sarana-sarana kohesi yang ditemukan pada wacana dan mencatatkan ke catatan data. Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:127). Instrumen dalam penelitian ini adalah catatan dan tabel dalam pengumpulan data. Catatan data berupa lembaran yang berisi judul, kode wacana, dan sarana-sarana kohesi yang terdapat dalam wacana. Tabel data berupa kolom-kolom yang berisi kode wacana, jenis sarana kohesi, jumlah sarana kohesi seluruhnya, jumlah sarana kohesi yang kohesif, jumlah sarana kohesi yang tidak kohesif dari masing-masing wacana. Format catatan dan tabel data adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Catatan Penelitian Judul wacana : Kode wacana : Sarana-sarana kohesi : Kode Wacana Tabel 3.2 Data Penelitian Jenis sarana kohesi Jumlah sarana kohesi seluruhnya Jumlah sarana kohesi yang kohesif Jumlah sarana kohesi yang tidak kohesif FKIP Universitas Jambi Page 9

Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, peneliti melakukan beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut. 1) Memberi kode setiap judul wacana dan paragraf dengan huruf dan angka. Wacana disingkat (W) sedangkan paragraf disingkat (pr). Misalnya (W08pr01) berarti terdapat pada wacana ke delapan paragraf ke satu. 2) Mengklasifikasikan jenis sarana kohesi menurut jenisnya serta menganalisis penggunaan setiap jenis sarana kohesi tersebut. 3) Mendeskirpsikan kekohesifan penggunaan sarana kohesi pada setiap wacana. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis dan mencermati setiap sarana kohesi dalam kalimat dan paragraf. Jumlah sarana kohesi yang kohesif dan sarana kohesif yang tidak kohesif dideskripsikan dengan menggunakan tabel Data. 4) Mempersentasekan kekohesifan penggunaan sarana kohesi. Untuk menentukan kadar kekohesifan penggunaan saran kohesi dalam wacana digunakan rumus persentase berikut. P= x 100% (Modifikasi rumus Ali, 1985:186) Keterangan: P= Presetase penggunaan sarana kohesi yang kohesif n= Jumlah sarana kohesi yang kohesif N= Jumlah sarana kohesi keseluruhan T= x 100 % (Modifikasi rumus Ali, 1985:186) Keterangan : T: Persentase penggunaan sarana kohesi yang tidak kohesif tn: Jumlah sarana kohesi yang tidak kohesif N: Jumlah sarana kohesi keseluruhan Dari hasil persentase ini akan diberikan penilaian terhadap kekohesifan penggunaan sarana kohesi dengan menggunakan kriteria penilaian (Modifikasi Nurgiantoro,1987) berikut ini. Persentase Kategori kekohesifan penggunaan sarana kohesi - 50% - 100% Kohesif - 0% - 49% Tidak Kohesif Pengecekkan Keabsahan Data Pengecekkan keabsahan data merupakan konsep penting dalam sebuah penelitian. Tujuannya agar data yang sudah diteliti sudah benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. Pada penelitian ini, peneliti memeriksa keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2006:330) teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagi pembanding dari data itu. Pada proses pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan teori. Triangulasi data dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis dari sumber data yang tersedia kemudian triangulasi teori dilakukan dengan cara memeriksa hasil penelitian dan mencocokkan terori yang sudah ada yang berkaitan dengan teori analisis wacana. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis, peneliti mengungkapkan bahwa jenis sarana kohesi yang terdapat dalam buku teks ini terdiri dari pronomina, subsitusi, elipsis, konjungsi, repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi. Sarana kohesi yang paling banyak digunakan adalah pronomina dan konjungsi. Sementara sarana kohesi yang sedikit ditemukan antara lain substitusi, elipsis, kolokasi, sinonim, FKIP Universitas Jambi Page 10

antonim dan hiponim. Bahkan, dalam satu wacana hanya beberapa sarana kohesi saja yang ditemukan. Sarana kohesi pada wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 yang kohesif mencapai 98,7%, dan sarana kohesi yang tidak kohesif hanya 1,3%. Penelitian yang berjudul Kekohesifan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013membahas tentang (1) jenis sarana kohesi yang terdapat dalam wacana, dan (2) kekohesifan penggunaan sarana kohesinya. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kedua hal tersebut. Sebuah wacana mengandung ide yang ingin disampaikan oleh penulisnya kepada pembaca. penyampaiannya, penulis menggunakan wacana yang utuh dan koheren sehingga penyampaian ide tampak tertata, menyatu dan mudah diserap oleh pembaca. Untuk menciptakan keserasian bentuk dan makna yang tertata rapi ini, penulis menggunakan penanda formal yang disebut dengan kohesi yang memiliki jenis sarana yang beragam. Kohesi dan koherensi merupakan unsur wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk membangun teks yang baik. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Untuk menciptakan keserasian hubungan antarunsur dalam wacana hal yang perlu diperhatikan adalah kekohesifan. Wacana yang baik dan utuh merupakan wacana yang mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Untuk dapat mendeskripsikan keduanya, peneliti melakukan pengumpulan data dengan membaca seluruh wacana dan menandai jenis sarana kohesinya. Setelah itu, data dianalisis berdasarkan teori yang sudah ada yang berkaitan dengan wacana. Berdasarkan hasil analisis, terdapat kesesuaian antara teori yang sudah ada dengan hasil penelitian. Dari hasil penelitian ini diperoleh 9 jenis sarana kohesi, yaitu: (1) pronomina, (2) subsitusi, (3) ellipsis, (4) konjungtor, (5) repetisi, (6) sinonim, (7) antonim, (8) hiponim, dan (9) kolokasi. Sarana kohesi yang paling banyak digunakan adalah pronomina dan konjungsi. Penggunaan sarana kohesi dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 yang kohesif mencapai 98,7%, dan sarana kohesi yang tidak kohesif hanya mencapai 1,3%. V.KESIMPULAN Hasil penelitian yang berjudul Kekohesifan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 dapat disimpulkan: (1) Wacana yang terdapat dalam Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 terdapat 9 jenis sarana kohesi, terdiri dari pronomina, subsitusi, elipsis, konjungsi, repetisi, sinonim, antonim, hiponim dan kolokasi. Sarana kohesi yang paling banyak digunakan adalah pronomina dan konjungsi. (2) Berdasarkan hasil analisis, penggunaan sarana kohesi wacana yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP Kelas VII terbitan Yrama Widya yang kohesif mencapai 98,7% dan yang tidak kohesif hanya 1,3%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan sarana kohesi dalam wacana buku teks bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 termasuk kategori kohesif, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut. 1) Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP agar memanfaatkan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Kementerian FKIP Universitas Jambi Page 11

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013 sebagai salah satu sarana pembelajaran bahasa Indonesia. 2) Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti unsur kebahasaan lain yang mendukung terwujudnya sebuah wacana yang baik, khususnya wacanawacana dalam buku teks bahasa Indonesia Indonesia kelas VII terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013. FKIP Universitas Jambi Page 12

DAFTAR RUJUKAN Ali, M. 1985. Penelitian kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan sastra. YA3: Malang. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penetian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, A. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhratama. Chaer, A. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Djajasudarma, F. 2006. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama. Kushantanty, dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Lubis, A.H.H. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moeliono, A. (Penynting Penyelia). 2006. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Moleong, J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyana. 2005. Kajian Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana. Muslich, M. 1990. Garis-garis Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Malang: YA3. Palupi, B. 2011. Mengenal Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Sahala Adidayatama. Rusminto, 2015. Analisi Wacana: Kajian Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rosdiyanti, 2014. Kekhohesifan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMA Kelas X Terbitan Kemendikbud Tahun 2013: Skripsi, Universitas Jambi: Jambi. Sari, N. 2014.Kekohesifan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Terbitan Yrama Widya: Skripsi, Universitas Jambi: Jambi Subaeti, 2009. Analisis Kohesi Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Terbitan Erlangga: Skripsi, Universitas Jambi, Jambi. Sudaryat, Y. 2009. Makna dalam wacana. Bandung: Yrama Widya. Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G.1990. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Syamsuddin, dkk. 1998. Studi Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penyetaraan Guru SLTP Setara D- III Wahab, dkk. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga University Press. Widodo, H.S. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Malang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Malang. Yanti, E. 2014. Kekohesifan Wacana Opini Terbitan Harian Jambi Ekspres Edisi Mei Tahun 2014: Skripsi, Universitas Jambi: Jambi. FKIP Universitas Jambi Page 13