BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. meningkat, serta menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sering ditemukan di seluruh dunia dengan jumlah kasus yang terus meningkat.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan. obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat baik pada dewasa dan anakanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection,

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmhg atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan proses progresi dari pre-hipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120 sampai dengan 139 mmhg atau tekanan darah diastolik 80 sampai dengan 89 mmhg akibat akumulasi beberapa faktor risiko. Pre-hipertensi memiliki beberapa faktor risiko kardiovaskuler yang menetap, dan dapat berkembang menjadi hipertensi beberapa tahun kemudian (Li et al., 2008). Kriteria pre-hipertensi menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler seiring dengan peningkatan tekanan darah. Individu normotensi mempunyai risiko terjadinya hipertensi sebesar 90% saat berusia 55 tahun (Chobanian et al., 2003). Pre-hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi sekitar 31-37% pada populasi dewasa di Amerika Serikat. Berdasarkan The Third National Health and National Examination Survey (NHANES-III tahun 1999-2000), prevalensi pre-hipertensi adalah sebesar 31% tanpa perbedaan ras/etnik. Kejadian pre-hipertensi pria lebih sering dibandingkan wanita (40% dibanding 23%). Prehipertensi memiliki kecenderungan 3 kali lipat untuk berkembang menjadi hipertensi dan 2 kali lipat mengalami penyakit kardiovaskuler dibanding normotensi dengan tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmhg dan diastolik kurang dari 80 mmhg (Egan et al., 2008). 1

2 Hipertensi disebabkan oleh multifaktorial karena melibatkan peran faktor risiko non genetik (faktor lingkungan) yang terjadi secara bersama-sama (common underlying risk factor) atau faktor genetik atau interaksi antara keduanya (Freitas et al., 2007). Faktor risiko hipertensi yang dapat di kendalikan antara lain asupan natrium tinggi, kurang aktifitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol sedangkan faktor risiko yang tidak dapat di kendalikan meliputi penambahan umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit hipertensi pada keluarga atau genetik (Lawrence et al., 2006; Ester et al., 2004). Polimorfisme gen berperan dalam kejadian hipertensi familial, yaitu individu hipertensi dengan riwayat keluarga menderita hipertensi (Taittomen et al., 1999). Individu yang memiliki riwayat keluarga hipertensi lebih berisiko untuk menderita hipertensi dibanding individu yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi (Sundari et al., 2013). Beberapa polimorfisme gen yang berkaitan dengan hipertensi antara lain gen yang mengkode komponen Reninangiotensin-aldosteron system (RAAS). Sistem RAAS berperan penting dalam pengaturan tekanan darah (Freitas et al., 2007). Gen RAAS adalah kandidat gen yang paling atraktif. Salah satu polimorfisme gen RAAS yang berkaitan dengan hipertensi adalah gen aldosterone synthase yang merupakan gen penyandi aldosteron sintase (White & Slutsker, 1995). Saat ini, ada tiga varian polimorfik gen aldosterone synthase yang sudah diidentifikasi yaitu -344T/C pada daerah promoter, mutasi pada intron 2 dan K173R pada ekson 3 (Brand et al., 1998; Tamaki et al., 1996; White & Slutsker, 1995). Polimorfisme -344T/C terjadi pada bagian promoter gen aldosterone

3 synthase. Alel polimorfisme -344T/C berikatan dengan putative binding site steroidogenic transcription factor-1 (SF-1) akan mempengaruhi aktivitas bagian promoter sehingga mempengaruhi fungsi dan dapat mengubah ekspresi gen aldosterone synthase (Hlubocka et al., 2009; Tsukada et al., 2002). Penelitian polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase pada hipertensi esensial masih sering memberikan hasil yang kontroversial. Beberapa studi menunjukkan frekuensi alel T lebih tinggi pada hipertensi daripada normotensi. Hal tersebut serupa dengan penelitian case-control study oleh Hlubocka et al. (2009) bahwa subjek yang membawa alel T memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi dibanding subjek yang membawa alel C dan frekuensi genotip CC dua kali lebih banyak didapatkan pada normotensi dibanding pasien hipertensi. Penelitian lain juga menemukan alel T lebih sering ditemukan pada subjek hipertensi (Kumar et al., 2003; Davies et al., 1999). Penelitian Rajan et al. (2010) di populasi Tamil India Selatan menunjukkan bahwa individu dengan genotip TT secara signifikan lebih banyak ditemukan pada pasien hipertensi dibanding kontrol (OR: 1,8) dan alel T lebih banyak ditemukan pada pasien hipertensi dibanding kontrol. Penelitian Sundari et al. (2013) menunjukkan adanya polimorfisme bagian promoter gen aldosterone synthase varian -344T/C sebesar 8,3% pada pasien hipertensi esensial di wilayah pantai di Banyuwangi. Kerentanan genetik terhadap hipertensi esensial ditemukan pada individu dengan genotip homozigot TT tiga kali lebih banyak daripada genotip heterozigot TC baik di wilayah pantai maupun pegunungan. Genotip

4 homozigot TT ditemukan delapan kali lebih banyak daripada genotip homozigot CC di wilayah pantai. Beberapa penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian Kato et al. (2004) pada populasi Jepang menunjukkan tidak ada hubungan antara alel T dengan hipertensi. Penelitian pada populasi Jepang oleh Tamaki et al. (1999) menunjukkkan bahwa hipertensi berkaitan dengan alel C. Frekuensi genotip CC dan TC lebih banyak dijumpai pada kelompok hipertensi dibanding normotensi. Penelitian yang dilakukan oleh Tang et al. (2006) pada populasi minoritas Hani dan Yi di Cina menunjukkan bahwa alel C berhubungan dengan predisposisi genetik kejadian hipertensi. Penelitian tentang peran polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase terhadap kadar aldosteron masih kontroversial. Penelitian terhadap penderita hipertensi menunjukkan bahwa subjek dengan genotip TT menunjukkan kadar aldosteron lebih tinggi daripada genotip TC atau CC (Naoharu et al., 2007; Ichiro et al., 2006). Penelitian oleh Kumar et al. (2003) juga menemukan adanya keterkaitan antara kejadian hipertensi dan peningkatan kecepatan ekskresi aldosteron dalam urin. Penelitian Tamaki et al. (1999) menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu pada populasi Jepang, subjek hipertensi dengan genotip TC dan CC memiliki nilai rasio aldosteron dan renin yang lebih tinggi daripada genotip TT. Aldosteron berperan dalam patogenesis hipertensi. Menurut Ikeda et al. (2012), aldosteron terlibat kuat dalam perkembangan hipertensi karena memiliki efek retensi natrium secara berlebihan. Tingginya kadar aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na + dan air oleh sel epitel di nefron distal ginjal

5 sehingga meningkatkan volume plasma dan cardiac output yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat tekanan darah (Tamaki et al., 1999). Kadar aldosteron yang berlebihan juga ikut berperan dalam proses disfungsi endotel, inflamasi dan vascular remodelling, meningkatkan resistensi perifer serta mempengaruhi saraf simpatis pusat yang akhirnya dapat menginduksi timbulnya hipertensi (Tomaschitz et al., 2009). Produksi aldosteron meningkat akibat upregulating gen aldosterone synthase yang dipengaruhi oleh angiotensin II melalui reseptor aangiotensin I reseptor subtipe I (AT-1) (Tomaschitz et al., 2009). Angiotensin II beraksi pada zona glomerulus korteks adrenal untuk merangsang produksi aldosteron yang terjadi secara akut dalam beberapa menit. Produksi aldosteron secara akut melibatkan komponen perantara (intermediet) pada jalur steroidogenik atau jalur sintesis de novo dari kolesterol. Efek rangsangan kronik oleh angiotensin II menyebabkan hiperplasi dan hipertrofi zona glomerulus, peningkatan ekspresi aldosterone synthase dan berakibat terjadinya peningkatan sekresi aldosteron (Connell & Davies, 2005). Adanya polimorfisme aldosterone synthase meningkatkan ekspresi aldosteron sintase yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron sehingga kadar aldosteron dalam darah meningkat. Tingginya kadar aldosteron berkaitan dengan retensi natrium dan air oleh ginjal yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Tomaschitz et al., 2009; Tamaki et al., 1999).

6 Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai keterkaitan antara polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase dan kadar aldosteron pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi? 2. Apakah terdapat perbedaan frekuensi genotip TT, TC dan CC gen aldosterone synthase antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi? 3. Apakah terdapat perbedaan frekuensi alel T dan alel C gen aldosterone synthase antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi? 4. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar aldosteron plasma antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi? 5. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar aldosteron plasma di antara genotip pada subjek penelitian?

7 I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum: Mengetahui ada tidaknya perbedaan polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase dan kadar aldosteron plasma antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi. I.3.2. Tujuan Khusus: 1. Mengkaji frekuensi polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase pada individu dengan riwayat hipertensi. 2. Mengkaji perbedaan frekuensi genotip TT, TC dan CC gen aldosterone synthase antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi. 3. Mengkaji perbedaan frekuensi alel T dan alel C gen CYP11B2 antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi. 4. Mengkaji perbedaan kadar aldosteron plasma antara individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa hipertensi. 5. Mengkaji perbedaan kadar aldosteron plasma di antara genotip pada subjek penelitian. I.4. Keaslian Penelitian 1. Tang et al. (2006) melaporkan terdapat hubungan antara polimorfisme - 344T/C gen aldosterone synthase dengan hipertensi esensial di populasi minoritas Hani dan Yi di Cina. Individu yang membawa alel C secara

8 signifikan berkaitan dengan kejadian hipertensi esensial. Subjek hipertensi yang membawa alel C lebih banyak dibandingkan subjek normotensi dengan persentase 21,5% dibanding 13,9%. Frekuensi genotip TC+CC juga lebih tinggi pada subjek hipertensi dibandingkan subjek normotensi dengan persentase 39% dibanding 27,1%. 2. Tamaki et al. (1999) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara polimorfisme -344T/C dengan hipertensi esensial di populasi Jepang. Individu dengan genotip TC+CC secara signifikan lebih banyak ditemukan pada pasien hipertensi dibanding normotensi (52,2% dibanding 43,2%). Subjek hipertensi dengan genotip TC dan CC memiliki nilai rasio aldosteron dan renin yang lebih tinggi daripada genotip TT. 3. Sundari et al. (2013) melakukan penelitian tentang faktor risiko non genetik dan polimorfisme bagian promoter gen aldosterone synthase -344T/C pada pasien hipertensi esensial di wilayah pantai dan pegunungan dengan hasil berupa adanya polimorfisme bagian promoter gen aldosterone synthase sebesar 8,3% ditunjukkan dengan genotip CC pada 2 pasien hipertensi esensial di wilayah pantai di Banyuwangi. Berdasarkan data diatas, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya karena subjek penelitian adalah individu normotensi dengan riwayat keluarga hipertensi dan penelitian ini mengkaji keterkaitan antara polimorfisme -344T/C gen aldosterone synthase dengan kadar aldosteron.

9 I.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti: untuk pengembangan diri, melatih ketrampilan dan sebagai dasar pengetahuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan: memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama bidang biokimia molekuler berkaitan dengan hipertensi. 3. Manfaat bagi masyarakat: memberikan informasi mengenai hubungan antara faktor genetik dengan kejadian hipertensi sehingga individu normotensi dan pre-hipertensi dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit hipertensi.