BAB II TINJAUAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan adalah proses kognitif kritis di setiap bidang kehidupan manusia.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Karakteristik Soal TIMSS

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut Benchmark Internasional TIMSS 2011 (Trend of International on Mathematics and Science Study 2011)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

Penguasaan Siswa Pada Materi Trigonometri Di MAN Darussalam Aceh Besar. Miksalmina 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Siti Rohmah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

Daftar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Mojosongo Tabel L.1 Daftar Nama Siswa Kelas VIII E No NIS Nama L/P Andita Aulia Aninda P

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMP INDONESIA PADA TIMSS 2011

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PENELITIAN A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Abdolreza Lessani, dkk (2014) meneliti tentang isi buku teks matematika yang digunakan kelas 8 di Malaysia berdasarkan domain isi TIMSS. Penelitian tersebut menyimpulkan diantaranya kendala guru atau siswa dalam berbahasa inggris, buku teks yang kurang memuat beberapa subyek dan sangat minim ilustrasi, gambar, grafik dan tabel yang menarik untuk siswa. Abdolreza Lessani, dkk (2014) meneliti tentang efek guru matematika sekolah menengah yang familiar dengan TIMSS pada prestasi siswa dalam matematika. Penelitian tersebut menyimpulkan diantaranya keakrapan guru dengan doamain isi TIMSS dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi matematika siswa. Kurangnya keakrapan guru pada domain isi TIMSS mungkin menjadia alasan kinerja yang tidak memuaskan dari siswa kelas 8 di berbagai doamin konten isi TIMSS dibandingkan dengan Jepang dan Malaysia. Abdolreza Lessani, dkk (2014) meneliti tentang kenapa siswa kelas 8 singapura mendapat peringkat matematika tertinggi di TIMSS (1999-2011). Menyimpulkan diantaranya Singapura memiliki kurikulum yang kuat dan berkembang dengan baik, yang memiliki pengaruh pada silabus buku pelajaran terutama buku teks pembelajaran matematika. salah satu alasan bahwa siswa Singapura memiliki kinerja yang mengagumkan di TIMSS mungkin mempertimbangkan masalah ini bahwa subyek (Bilangan, Aljabar, Geometri, dan Data & Peluang) yang berada di bawah konsentrasi di kelas 8 dan 7 di TIMSS (1999, 2003, 2007, dan 2011) telah benar-benar disajikan sebagai isi buku pelajaran matematika di Singapura. Alasan lain juga adanya beragam contoh yang sebenarnya lebih dari jumlah latihan menyatakan dalam buku teks pada setiap subjek. 5

6 Etik Rahayu, Hardi Suyitno, dan Iwan Junaedi (2012) meneliti tentang analisis deskriptif soal geometri dalam buku matematika bilingual untuk sekolah menengah pertama kelas 8 berdasarkan kriteria international assessment TIMSS 2007. Menyimpulkan diantaranya bahwa proporsi domain kognitif dalam soal geometri pada buku matematika bilingual belum sesuai dengan mathematics cognitive domains assessment framework TIMSS 2007 selain itu terdapat ketidak sesusaian penggunaan istilah matematika dalam bahasa inggris. Sare Sengul, Yasemin Katrenci, dan Ahmet Kucuk (2015) meneliti tentang subyek 8 kelas matematika dalam lingkup TIMSS: pendapat calon guru matematika. Menyimpulkan diantaranya bahwa calon guru menyatakan bahwa mereka mungkin kesulitan dalam mengajar subjek geometri. Hal itu mungkin disebabkan karena ada kesulitan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah karena geometri membutuhkan tindakan melihat, calon guru mengungkapkan bahwa mereka tidak bisa menggambar angka geometris dengan benar dan sulit untuk mengkonkretkan subjek. L.D, Winnaar, G. Frempong, dan R. Blignaut (2015) meneliti tentang efek pemahaman sekolah di afrika selatan menggunakan analisis bertingkat: temuan dari TIMSS 2011. Menyimpulkan diantaranya kinerja siswa lebih tinggi di sekolah yang cukup sumber dayanya yaitu guru yang kompeten linkungan sekolah yang konsusif dan kepercayaan diri siswa pada pembelajaran matematika. Penelitian di atas menunjukkan bahwa soal TIMSS dan geometri memiliki kesulitan dan kendala tersendiri dalam pembelajaran maupun penyelesaiannya. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang kesalahan yang dilakukan dalam penyelesaian soal matematika berbasis TIMSS dalam konten geometri serta faktor-faktor yang mempengaruhi dari kesalahan tersebut. Berikut ini merupakan peta penelitian yang menunjukkan keterkaitan penelitan terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan.

7 Gambar 2.1. Peta Penelitian B. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Wina Sanjaya, 2009: 112). Menurut Baharuddin (2008: 15) menyebutkan ciri-ciri belajar yaitu. a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak

8 berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. 2. Hakikat Matematika Kristanti (2014: 5) menyatakan bahwa matematika adalah prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan, matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat baik secara materi maupun kegunaannya, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan kurikulum yang selalu mempertimbangkan masa depan. Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang betuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan (Hasratuddin, 2014: 30). Peneliti menyimpulkan matematika adalah ilmu tentang pemecahan masalah mengenai bilangan secara informatif dengan pengukuran maupun pengetahuan bentuk dan dapat berkembang baik secara materi maupun kegunaannya. Depdiknas (2006) telah menyatakan bahwa tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan. a. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

9 b. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. c. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. d. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 3. Kesalahan dalam Belajar Matematika Matematika yang bersifat abstrak menjadikan siswa kesulitan dalam belajar matematika sehingga timbul kesalahan-kesalahan. Kesalahan adalah kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar hukum dan sebagainya) (Depdikbud, 1999:855). Kesalahan Menurut Mulyono (2009: 262), kesalahan anak dalam mengerjakan matematika meliputi. a. Kekurangan pemahaman tentang simbol. b. Kurangnya pemahaman tentang nilai tempat. c. Kekurangan pemahaman dalam melakukan perhitungan. d. Penggunaan proses yang keliru. e. Tulisan yang tidak dapat dibaca. Menurut Soedjadi (2000:1), dari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa dapat diklasifikasikan beberapa bentuk kesalahan, diantaranya. a. Kesalahan prosedural yaitu dalam menggunakan Algoritma (prosedur pekerjaan), misalnya kesalahan melakukan opersi hitung. b. Kesalahan dalam mengorganisasikan data, misalnya kesalahan menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dari suatu soal. c. Kesalahan mengurutkan, mengelompokkan dan menyajikan data. d. Kesalahan dalam pemanfaatkan simbol, tabel dan grafik yang memuat suatu informasi.

10 e. Kesalahan dalam melakukan manipulasi secara matematis, sifat-sifat dalam menyelesaikan soal. f. Kesalahan dalam menarik kesimpulan. Misalnya kesalahan dalam menuliskan kesimpulan dari persoalan yang telah mereka kerjakan. Menurut Vanella Eka Putri (2015) ada 2 jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika yaitu kesalhan konsep dan kesalahan prosedural. Kesalahan konsep adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam menggunakan kaidah, aturan atau konsep, aturan atau kaidah dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Sedangkan kesalahan prosedural adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam proses penyelesaian soal. Menurut Sugeng Sutiarso (2013) kesalahan siswa dalam geometri ada 3 yaitu kesalah konsep, kesalahan prosedural, dan kesalahan matematis. Kesalahan konsep yang dilakukan siswa adalah kesalahan dalam memnetukan rumus dan kutrangnya pemahaman pada soal. Kesalahan prosedural yang dilaukan siswa adalah kesalahan dalam proses pengerjaan penyelesaian soal. Sedangkan kesalahan matematis yang dilakukan siswa adalah siswa salah dalam menentukan atau mengukur bangun atau obyek dan perhitungannya. Dari jenis-jenis kesalahan yang telah di kemukakan di atas penulis mengambil 3 macam kesalahan yang akan diteliti yaitu kesalah konsep, keslahan prosedur dan kesalahan perhitungan. Macam-macam kesalahan tersebut di jabarkan pada tabel 2.1 tabel deskripsi kesalahan.

11 Tabel 2.1 Deskripsi Kesalahan Tipe Soal Tipe Kesalahan Deskripsi Pilihan Ganda Soal Uraian Kesalahan konsep Kesalahan Prosedur Kesalahan Berhitung Kesalahan Konsep Kesalahan Prosedur Kesalahan Perhitungan a. Siswa tidak memahami tentang bentuk bangun 2 dan 3 dimensi. Sehingga tidak dapat mendiskripsikan suatu bangun dalam soal b. Siswa tidak memahami sudut-sudut. c. Kesalahan pemahaman soal a. Siswa salah dalam menuliskan tanda atau simbol matematika b. Siswa salah dalam mengerjakan runtutan penyelesaian soal Siswa salah saat melakukan perhitungan sehingga berdampak pada kesalahan hasil akhir. a. Siswa tidak memahami tentang bentuk bangun 2 dan 3 dimensi. Sehingga tidak dapat mendiskripsikan suatu bangun dalam soal b. Siswa tidak memahami sudut-sudut. c. Siswa juga belum memahami soal cerita yang diminta soal sehingga terjadi kesalahan intersepsi bahasa d. Kesalahan pemahaman soal a. Siswa salah dalam menuliskan tanda atau simbol matematika b. Siswa salah dalam mengerjakan runtutan penyelesaian soal Siswa salah saat melakukan perhitungan sehingga berdampak pada kesalahan hasil akhir.

12 4. TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Hayat (2010: 246) TIMSS merupakan kegiatan Asosoasi Internasional untuk Penilaian Prestasi Pendidikan (Internationasl Association for the Evaluation of Education Achievement, IEA), pertama kali diselenggarakan pada tahun 1995 kemudian 1999, setiap 4 tahun sekali TIMSS memberikan kesempatan pada negara peserta untuk memperoleh informasi tentang prestasi siswa di bidang matematika dan IPA. TIMSS merupakan studi internasional yang salah satu kegiatannya adalah menguji kemampuan matematika siswa kelas 4 SD dan siswa kelas 8 SMP (Wardani, 2011: 24). Sedangkan Murtiyasa (2015: 28) menyatakan bahwa mengambil fokus pada domain isi matematika dan kognitif siswa, domain isi meliputi Bilangan, Aljabar, Geometri, Data dan Peluang, sedangkan domain kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, dan penalaran. 5. Dimensi TIMSS Wardani (2011: 20) TIMSS untuk siswa SMP dibagi menjadi 2 dimensi yaitu dimensi konten dan dimensi kognitif. a. Dimensi Konten pada TIMSS 2011 ada 4 domain, yaitu: Bilangan, Aljabar, Geometri, Data dan Peluang. Sedangkan pada TIMSS sebelumnya mencakup 5 konten karena data dan peluang terpisah. b. Dimensi Kognitif terdiri atas tiga domain yaitu mengetahui fakta dan prosedur (pengetahuan), menggunakan konsep dan memecahkan masalah rutin (penerapan) dan memecahkan masalah nonrutin (penalaran). Dimensi kognitif dimaknai sebagai perilaku yang diharapkan dari siswa ketika mereka berhadapan dengan domain matematika yang tercakup dalam dimensi konten. 6. Soal Matematika Berbasis TIMSS Konten Geometri Bentuk soal-soal dalam TIMSS adalah pilihan ganda dengan 4 atau 5 pilihan jawaban, isian singkat, dan uraian. Isian singkat dan uraian sering disebut

13 constructed response, untuk soal pilihan ganda akan diberi skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah. Untuk soal isian singkat akan diberi skor 1 jika benar dan 0 jika salah. Untuk soal uraian akan diberi skor 2 untuk jawaban yang lengkap dan benar, skor 1 untuk jawaban yang benar namun kurang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang salah atau tidak menjawab. Soal-soal matematika dalam studi TIMSS mengukur tingkatan kemampuan siswa dari sekedar mengetahui fakta, prosedur atau konsep, lalu menerapkan fakta, prosedur atau konsep tersebut hingga menggunakannya untuk memecahkan masalah yang sederhana sampai masalah yang memerlukan penalaran tinggi (Wardani, 2011: 22). Mullis (2009: 26) konten geometri meliputi sifat-sifat geometri seperti panjang sisi, ukuran sudut, daerah, dan volume. Siswa harus mampu mengidentifikasi dan menganalisis sifat dan karakteristik dari garis, sudut, dan berbagai geometris angka, termasuk dua dan bentuk tiga dimensi, dan untuk memberikan penjelasan berdasarkan pada hubungan geometris. Dominan ini meliputi pemahaman informal yang sistem koordinat dan menggunakan keterampilan visualisasi spasial untuk berhubungan antara dua dan tiga representasi dimensi dari bentuk yang sama. Pada soal TIMSS konten geometri siswa dapat menggunakan instrumendan mengukur atribut fisik, termasuk panjang, luas, volume dan sudut. Berikut ini merupakan contoh soal TIMSS konten Geometri. Pilihan Ganda a. Topik Utama : Kongruen dan sebangun Domain Kognitif : Pengetahuan fakta dan prosedur Bangun yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama disebut bangun kongruen.

14 Dua bangun yang kongruen dari gambar di atas adalah? A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 4 D. 3 dan 4 b. Topik Utama : Geometri Pengukuran Domain kognitif : Aplikasi Gambar di atas menunjukkan bangun yang dibentuk dari kubus yang berukuran sama. Tedapat lubang pada tengah bangun tersebut. Berapa kubus yang dibutuhkan untuk menutupi lubang tersebut? A. 6 B. 12 C. 15 D. 18 c. Topik Utama : Letak dan hubungan ruang Domain kognitif : Penalaran Bangun ini akan putar pada posisi yang berbeda Manakah bangun yang sama setelah diputar?

15 Uraian a. Topik Utama : Geometri Pengukuran Domain Kognitif : Aplikasi Volume dari balok adalah 200 cm 3. Berapakah nilai dari x? b. Topik Utama : Geometri Pengukuran Domain Kognitif : Penalaran Ryan mengemas buku ke dalam kotak berbentuk balok. Semua buku berukuran sama. Berapakah jumlah buku yang dapat mengisi kotak tesebut?

16 c. Topik Utama : Geometri Bentuk Domain Kognitif : Penalaran Dalam segitiga ini: AC = BC, AB adalah dua kali lebih lama CX. Berapa ukuran sudut B? d. Topik Utama : Geometri Bentuk Domain Kognitif : Penalaran Garis m dan n sejajar. Berapakah nilai dari b?