BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan. Q = m.c. T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berjudul Perancangan Termodinamik Sirkuit Gas Motor Stirling

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBANGKIT DAYA LISTRIK DENGAN SUHU RENDAH STIRLING ENGINE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Studi Aplikasi Flywheel Energy Storage Untuk Meningkatkan Dan Menjaga Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

STUDI EKSPERIMEN OUTPUT DAYA PADA MOTOR STIRLING TD 295 TIPE GAMMA DENGAN MENGGUNAKAN STIRLING ENGINE CONTROL V

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

DAFTAR ISI COVER LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II LANDASAN TEORI

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT

SOAL DINAMIKA ROTASI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Antiremed Kelas 11 FISIKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

PENINGKATAN UNJUK KERJA MEKANISME ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BOBOT KENDARAAN DI PERLINTASAN PORTAL AREA PARKIR

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Antiremed Kelas 11 Fisika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

SOAL TRY OUT FISIKA 2

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

KIT Sederhana Mesin Stirling untuk Materi Temodinamika di SMA Serta Evaluasi Pembelajarannya

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PEMBUATAN SEPEDA LISTRIK BERTENAGA SURYA SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI ALTERNATIF MASYARAKAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT

Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

IV. PENDEKATAN DESAIN

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

drimbajoe.wordpress.com 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

(D) 40 (E) 10 (A) (B) 8/5 (D) 5/8

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis gamma. Mesin stirling dengan jenis ini memiliki desain yang cukup sederhana, mudah dalam pembuatannya, ketersediaan bahan yang mudah didapatkan serta kemampuannya dalam menghasilkan kecepatan putar cukup baik. Pada silinder utama dari mesin stirling menggunakan displacer (pemindah panas) mekanis yang telah terisolasi untuk mendorong gas kerja antara sisi panas dan dingin dari silinder. Displacer, cukup besar untuk mengisolasi sisi panas dan dingin dari silinder. Jenis Ini harus memiliki jarak yang cukup antara displacer dan dinding silinder, untuk memungkinkan gas mengalir di sekitar displacer dengan mudah. Pada sistem kerjanya putaran dari mesin stirling akan dibangkitkan melalui proses pemanasan oleh sinar matahari. Blok diagram dari sistem kerja model pembangkit listrik tenaga biomassa berbasis mesin stirling ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem dan Pengujian Mula mula mesin stirling dipanasi terlebih dahulu, lalu tunggu hingga beberapa saat agar terjadi proses pemanasan udara pada silinder utama dari

26 mesin stirling. Proses pemanasan ini yang menyebabkan terjadinya pengembangan udara sehingga timbullah tekanan pada power piston. Tekanan tersebut menyebabkan power piston bergerak untuk mendorong poros ke atas dan displacer bergerak ke bawah untuk menekan udara yang mengembang agar kembali memberikan tekanan pada power piston. Siklus ini akan terjadi secara terus menerus sehingga timbullah putaran pada proses yang dibantu oleh roda gila agar mempercepat putaran mesin. 3.2 Alat penelitian Alat perancangan: Corel digunakan untuk mendesain mesin stirling yang akan digunakan. Alat pembuatan: Gunting, digunakan untuk memotong kaleng. bor, digunakan untuk melubangi kaleng. Tang, digunakan sebagai alat pembuat crankshaft. Super glue, digunakan sebagai alat perekat. Alat uji: Kalorimeter, digunakan untuk mengukur kalor. Tachometer, digunakan untuk mengukur rpm flywheel. Termometer, digunakan sebagai alat pengukur temperatur. Timbangan, digunakan untuk mengukur berat flywheel. 3.3 Alur Penelitian Alur penelitian ini meliputi penelitian terhadap seluruh sistem yang membangun pembangkit listrik tenaga surya termal menggunakan mesin stirling. Berikut tahapan penelitian yang dilakukan :

27 Mengukur energi Matahari Menentukan jenis mesin yang digunakan Perancangan model mesin stirling Pembuatan model mesin stirling Pengujian mesin stirling Pembahasan Gambar 3.2 Alur penelitan

28 3.3.1 Pengukuran Energi Matahari Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui besar energi matahari yang dihasilkan melalui proses pemanasan. Hal ini berkaitan erat dengan perhitungan kalor, kalor jenis dan kapasitas kalor seperti yang disebutkan pada landasan teori. 3.3.2 Penentuan Mesin Stirling Penentuan jenis mesin stirling yang akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga surya termal mengacu pada pertimbangan sebagai berikut : Desain yang sederhana. Mudah dalam pembuatan. Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan. Kemampuan menghasilkan kecepatan putar yang cukup baik. Biaya pembuatan murah. Memiliki efisiensi yang baik. Dapat digunakan pada suhu pemanasan yang rendah. Dengan mempertimbangkan hal hal diatas, maka dipilihlah LTD stirling engine dengan tipe gamma yang telah dimodifikasi dan telah memiliki spesifikasi yang diinginkan. Maka sesuai dengan pertimbangan tersebut tipe gamma dipilih untuk dijadikan objek penelitian. Tipe gamma memiliki silinder tenaga atau power piston berada disamping dari silinder utama mesin yang biasanya dihubungkan oleh pipa atau saluran udara sebagai ruang untuk menyalurkan tekanan

29 udara, namun pada penelitian ini, silinder tenaga diletakkan diatas silinder utama dan tanpa menggunakan pipa atau saluran penghubung. Gas tetap dapat mengalir bebas karena masih berada dalam satu tubuh. Konfigurasi jenis ini menghasilkan rasio kompresi lebih rendah, tetapi mekanis ini cukup sederhana dalam suhu pemanasan yang rendah. Sedangkan tipe alpha yang menggunakan dua silinder dengan ukuran yang sama dan memiliki keunggulan rasio power to volume yang tinggi, namun masih terdapat masalah teknis, yaitu apabila suhu piston tinggi biasanya panas akan merambat ke pipa pemisah silinder. Untuk mesin stirling dengan tipe beta sendiri sebenarnya hampir sama konstruksinya dengan tipe gamma, hanya saja terdapat perbedaan pada penempatan silinder power piston yang ditempatkan pada sisi atas silinder utama. Namun secara teknis, ukuran silinder power piston harus diperhitungkan dengan baik karena komponen penyusunnya harus dibuat secara permanen agar konstruksinya kuat dan dapat mengisolasi udara agar tidak keluar. 3.3.3 Perancangan Mesin Stirling Ditahap ini akan dibahas mengenai perancangan konstruksi dari mesin stirling yang akan digunakan. Perancangan mesin ini dibuat berdasarkan tujuan pembuatan mesin tersebut. Konstruksi mesin tersebut dibuat berdasarkan pada konstruksi mesin stirling tipe gamma yang telah dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan menempatkan silinder tenaga diatas silinder utama, dekat dengan lubang stang poros displacer. Tujuannya adalah untuk membuat kerja

30 poros fly wheel lebih ringan. Pada bagian ini dirancang juga pengumpul sinar matahari yang berbentuk silinder agar dapat mengumpulkan sinar tepat di bawah silinder utama. Berikut rancangan konstruksi yang akan dibuat dalam penelitian ini. Gambar 3.3 Gambar perancangan mesin stirling 3.3.4 Pembuatan Model Mesin Stirling Dalam pembuatan purwarupa pembangkit listrik tenaga termal surya ini, maka dibuatlah dua bagian komponen yang akan tersusun sebagai suatu sistem kerja, yaitu pembuatan mesin stirling sebagai

31 pembangkit listrik dan silinder pengumpul panas sebagai media pengumpul panas matahari. Sebagian bahan untuk membuat mesin stirling maupun silinder pengumpul panas didaur ulang dari barang bekas yang tujuannya untuk memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai lagi. Hal ini bertujuan untuk mempertegas penelitian ini yang bertujuan untuk membuat pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan. Berikut bahan pembuatan mesin stirling : Tabel 3.1 Bahan pembuatan mesin stirling Nama Bahan Jumlah Fungsi Kaleng Permen 1 Buah Silinder utama Akrilik 1 Buah Flywheel Pensil mekanik 1 Buah Pipa pvc 1 Buah Silinder tenaga Kawat 1 Buah penghubung poros stang silinder dan poros flywheel Klip kertas 2 Buah engkol flywheel Jarum 2 Buah poros flywheel dan stang poros piston displacer Kertas 1 Buah Penyanggah karet gelang Balon 1 Buah diagfrah masilinder tenaga Lolly stick 4 Buah Penyanggah flywheel Coil 1 Buah poros piston displacer Karet Gelang 2 Buah penahan diagfrahma Polystyrine 1 Buah piston displacer Cable Insulation 1 Buah penahan Aluminium foil 1 Buah Pembungkus piston displacer Setelah semua bahan pembuatan lengkap, tahap selanjutnya adalah membuat mesin stirling sesuai dengan desain yang telah direncanakan. a. Langkah pertama, membuat silinder utama dan melubangi sisi dingin silinder.

32 b. Langkah kedua, membuat silinder tenaga dan penahan stang poros piston displacer. c. Langkah ketiga, membuat diafragma yang berfungsi sebagai piston tenaga. d. Langkah keempat, membuat flywheel. e. Langkah kelima, membuat poros dan penyangga flywheel. f. Langkah keenam, membuat engkol poros flywheel. g. Langkah ketujuh, membuat piston displacer. h. Langkah kedelapan, menghubungkan piston displacer dan piston tenaga ke engkol poros flywheel. i. Langkah kesembilan, menghubungkan semua bagian mesin stirling `menjadi satu sistem kerja. 3.3.5 Pengujian dan Pengukuran Pada tahap pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur kecepatan putar maksimal yang dapat dihasilkan mesin. Alat ukur untuk pengujian ini berupa tachometer yang berfungsi mengukur kecepatan putar mesin. Mesin nantinya akan diukur kecepatan putarnya selama kurun waktu 180 detik sehingga dapat diketahui grafik kinerjanya. Untuk pemanas dalam proses pengujiannya sendiri menggunakan satu buah lampu pijar dengan daya 40 Watt. a. Perhitungan temperatur pada sisi panas dan sisi dingin silinder utama Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan temperatur yang ada pada sisi panas dan sisi dingin silinder utama

33 menggunakan persamaan (2.6). Perhitungan tersebut menggunakan termometer air raksa. Termometer air raksa dipilih karena sangat tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui temperatur yang diukur. b. Perhitungan torsi Perhitungan torsi bertujuan untuk mengetahui daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh mesin stirling. Sebelum menghitung torsi, perlu diketahui berapa berat dan jari-jari flywheel dan poros engkol serta berat dan panjang engkol piston displacer yang digunakan untuk dapat mengetahui besar momen inersianya. Berikut persamaan yang digunakan untuk menghitung momen inersia sesuai dengan bentuk bendanya. Silinder pejal Gambar 3.4 Silinder Pejal I = (½) mr 2 (3.1) Dimana : I = Momen inersia (Kg m 2 ) m = Massa flywheel (Kg) r = Jari-jari flywheel (m)

34 Benda tegar Gambar 3.5 Benda tegar I = mr 2 (3.2) Dimana : I = Momen inersia (Kg m 2 ) m = Massa flywheel (Kg) r = Jari-jari flywheel (m) Sehingga torsi dapat dihitung menggunakan persamaan (2.7). T = Iα Dimana : T = Torsi (Nm) I = Momen inersia (Kg m 2 ) α = Percepatan sudut (rad/sec 2 ) c. Perhitungan daya yang dihasilkan mesin stirling Daya adalah ukuran dari jumlah usaha yang dapat dilakukan dalam jumlah waktu tertentu. Setelah mendapatkan nilai torsi barulah kita dapat menghitung besar daya yang dapat dihasilkan oleh mesin stirling tersebut. Besar daya tersebut dapat diketahui menggunakan persamaan (2.8).

35 P = 2πnT 60 Dimana : P = Daya maksimum (Watt) T = Torsi (Nm) n = RPM maksimum d. Perhitungan efisiensi mesin Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi yang dihasilkan oleh mesin stirling. Perhitungan efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.9). Dimana: η = Efisiensi Pin = Daya masuk (Watt) Pout = Daya keluar (Watt) η = P out P in 100%

36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengukuran surya Cara pengukuran akan dilakukan dengan memanaskan air seberat 480 gram di atas pengumpul sinar. Suhu awal akan diukur terlebih dahulu dengan menggunakan termometer, selanjutnya akan diukur kembali suhu akhir dari air hingga terjadi perubahan suhu. Setelah semua nilai parameter hasil pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan (2.1) yaitu : Q = m.c. T Menggunakan sinar matahari maka : Energi Masuk (P in) : Q = m. c. t = 0,48. 4180. (31 30) = 0,48. 4180. 1 = 2006,4 Joule Untuk mengatasi keterbatasan sinar matahari dan fleksibilitas pengukuran maka matahari digantikan oleh lampu 40 watt dengan jarak 4,8 cm sehingga panas yang yang dihasilkan sama dengan panas yang dihasilkan oleh matahari. Dengan kata lain sinar lampu sudah dikalibrasi terhadap surya yang sesungguhnya.

37 Untuk mengukur daya masuk sinar dapat menggunakan persamaan (2.2) dengan asumsi posisi matahari tegak lurus menyinari mesin stirling. Dimana : Maka diperoleh hasil : P in = Q t P in = Q t P in = 2006,4 900 = 2,229 Watt 4.2 Pembuatan Mesin Stirling 4.2.1 Membuat silinder utama dan melubangi sisi dingin silinder Lubang yang dibuat adalah lubang poros piston displacer dan lubang silinder tenaga dengan diameter sebesar 4 mm. Silinder utama dibuat kedap udara agar tidak ada udara yang keluar ketika mesin dipanaskan. Gambar 4.1 Silinder utama

38 4.2.2 Membuat silinder tenaga dan penahan stang poros piston displacer Penahan stang poros displacer ditempatkan tepat ditengah sisi dingin silinder utama. Hal ini untuk membuat kerja piston displacer stabil. Gambar 4.2 Silinder tenaga dan penahan poros piston displacer 4.3.3 Membuat diagfrahma yang berfungsi sebagai piston tenaga Sama halnya dengan membuat silinder utama, silinder tenaga dibuat kedap udara. Hal ini agar menjaga tidak ada udara yang keluar saat pemanasan mesin. Gambar 4.3 Diagfrahma yang ada pada silinder panas

39 4.3.4 Membuat flywheel. Flywheel dibuat dari bahan akrilik. Bahan akrilik dipilih sebagai bahan utama flywheel karena memiliki struktur yang kokoh dan ringan. Gambar 4.4 Flywheel 4.3.5 Membuat poros dan penyangga flywheel Membuat poros engkol harus menyesuaikan jarak antar poros piston didplacer dan poros piston tenaga. Hal ini bertujuan untuk mensimetriskan silinder tenaga dan poros piston didplacer. Sedangakan penyangga flywheel dibuat sekokoh mungkin agar dapat menahan beban flywheel tersebut.

40 Gambar 4.5 Penyangga flywheel 4.3.6 Membuat engkol poros flywheel. Engkol tersebut berasal dari klip kertas yang smembentuk sudut siku-siku. Engkol yang terhubung dengan stang poros piston displacer mengarah pada posisi jam 6 pada kondisi normal (piston displacer berada di bawah). Sedangkan engkol yang terhubung dengan stang poros piston power mengarah pada posisi jam 3 pada posisi normal (diahfragma pada kondisi normal). a b Gambar 4.6 Poros engkol yang terhubung ke piston displacer (a) ke piston tenaga (b)

41 4.3.7 Membuat piston displacer Piston dibuat dari polystyrine yang dibungkus oleh aluminium foil. Bahan tersebut dipilih karena bahannya ringan. Bahan yang ringan sangat cocok digunakan pada mesin stirling dengan pemanasan rendah. Gambar 4.7 Piston displacer 4.3.8 Menghubungkan piston displacer dan piston tenaga ke engkol poros flywheel. Piston displacer dihubungkan ke engkol poros dengan menggunakan coil. Coil digunakan karena sangat kuat dan fleksibel. Sedangkan piston tenaga dihubungkan ke poros engkol dengan menggunakan kawat yang tidak mudah bengkok sehingga dapat menahan beban flywheel ketika berputar.

42 Gambar 4.8 Piston displacer dan piston tenaga terhubung ke engkol poros flywheel 4.3.9 Menghubungkan semua bagian mesin stirling menjadi satu sistem kerja. Pada tahap ini akan dilakukan finishing atau penyempurnaan tampilan dari mesin stirling dengan melakukan pengecatan. Gambar 4.9 Mesin Stirling Setelah proses pembuatan mesin stirling selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah membuat pengumpul sinar mesin stirling. Bahan yang

43 digunakan adalah satu buah kaleng wafer roll dan duah buah lolly stick. Hasil dari pembuatan pengumpul sinar dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.10 Pengumpul sinar matahari 4.3 Pengujian Hardware Percobaan pengujian ini adalah untuk menguji kecepetan putar fly wheel yang diamaksudkan untuk agar diketahui kemampuan mesin stirling dalam hal kecepatan putarnya. Nilai paramater yang diukur adalah kecepatan putar mesin stirling (rpm). Kecepatan putar akan diukur mulai diukur dari kecepatan putaran awal pada saat lima detik pertama hingga tiga menit berselang. Nilai parameter yang diambil adalah kecepatan putar (rpm) terhadap waktu. Berikut variasi data hasil pengukuran kecepatan dari mesin stirling yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.

44 Tabel 4.1 Kecepatan putar mesin stirling No Waktu Kecepatan (detik) (RPM) Δn (RPM) α ( rad/s 2 ) 1 10 24 2 20 74,3 50,3 0,526473 3 30 87,6 13,3 0,139207 4 40 72,3-15,3-0,16014 5 50 73,4 1,1 0,011513 6 60 84,3 10,9 0,114087 7 70 85,3 1 0,010467 8 80 83,5-1,8-0,1884 9 90 84 0,5 0,052333 10 100 82,8-1,2-0,01256 11 110 82,8 0 0 12 120 83,4 0,6 0,00628 13 130 82,8-0,6-0,00628 14 140 81,5-1,3-0,01361 15 150 80,8-0,7-0,00733 16 160 80,8 0 0 17 170 80,6-0,2-0,00209 18 180 80-0,6-0,00628 Rata Rata 78 3,294 0, 027

45 100 90 Kecepatan (rpm) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Waktu (detik) Gambar 4.11 Grafik kecepatan putar mesin stirling Berdasarkan grafik pada gambar 4.11 dapat diketahui bahwa mesin stirling membutuhkan lebih dari 20 detik untuk bisa mencapai kecepatan putar rata rata. Setelah 30 detik mesin mengalami penurunan rpm. Putaran yang tidak stabil ini akibat dari belum cukupnya panas yang ada pada silinder utama. Menariknya setelah memasuki waktu 50 detik mesin perlahan lahan kembali performa putaran rata-ratanya. Memasuki menit kedua mesin berjalan dengan stabil. Hal ini menunjukan panas yang ada pada silinder utama telah cukup.

46 Gambar 4.12 Pengujian mesin stirling 4.4 Perhitungan Pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk dapat menghitung berbagai paramater pedukung mesin stirling tersebut. Perhitungan yang dilakukan antara lain. a. Perhitungan temperatur pada sisi panas dan sisi dingin silinder utama Ketika dilakukan penyinaran, temperatur pada sisi panas silinder utama adalah 103 C sedangkan pada sisi dinginnya 43 C. Jadi perbedaan tempratur pada kedua sisi silinder utama adalah 60 C. Temperatur panas lampu harus dijaga agar tetap konstan. Karena jika panasnya meningkat akan mempengaruhi kecepatan putar flywheel bahkan bisa menyebabkan mesin berhenti berputar. Panas akan merambat

47 ke sisi dingin silinder utama dan mengakibatkan hilangnya perbedaan suhu. b. Perhitungan torsi Hal tersebut dilakukan agar mengetahui besar torsi yang dapat ditimbulkan oleh flywheel tersebut. Perhitungan momen inersia yang dihasilkan oleh flywheel adalah sebagai berikut : I = (1/2) mr 2 = (1/2) 0,028.0,05 2 = 0,000035 Kg m 2 Perhitungan momen inersia yang dihasilkan oleh poros engkol adalah sebagai berikut : I = (1/2) mr 2 = (1/2) 0,000123. 0,0005 2 = 0,000000000015375 Kg m 2 Perhitungan momen inersia yang dihasilkan oleh piston displacer adalah sebagai berikut : I = mr 2 = 0,005132x0,005 2 = 0,0000001283 Kg m 2 Sehingga momen inersia totalnya adalah Itot = Iflywheel + Iporos + Ipiston = 0,000035 + 0,000000000015375 + 0,0000001283 = 0,00003512 Kg m 2

48 Torsi dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut. T = Itot.α = 0,00003512x0,526473 = 0,0000184 Nm c. Perhitungan daya yang dihasilkan mesin stirling berikut. Besar daya tersebut dapat diketahui menggunakan rumus sebagai P = 2πnT 60 P = 2π87.6x0,0000184 60 P = 0,000169 Watt d. Perhitungan efisiensi Nilai efisiensi mesin stirling ini adalah η = P out P in 100% η = 0,000169 100% 2,229 η = 0.0075% 4.5 Pembahasan Berdasarkan pengujian hardware yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa mesin dapat bergerak. Kecepatan putar maksimumnya adalah 87.6 rpm. Kecepatan putar rata-ratanya adalah 78,0 rpm. Hal ini didapat dipahami karena jenis mesin yang digunakan adalah jenis LTD stirling engine. Faktor lain yang dapat menyebabkan nilai rpm rendah adalah desain dari mesin stirling tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada bagian desain

49 adalah pada bagian poros flywheel yang bersinggungan dengan penyangga flywheel. Disini banyak terjadi gesekan yang bisa mengakibatkan berkuranganya nilai putar serta akan berdampak pada nilai efisiensi. Selain itu panjang poros flywheel juga dapat mempengaruhi nilai putarannya karena engkol harus memberikan energi lebih untuk dapat memutar flywheel. Nilai efisiensi mesin stirling ini masih kecil jika dibandingan dengan mesin stirling menggunakan reflektor. Meskipun demikian tetap memiliki sisi keunggulan yang terletak sisi okonomisnya. Selain itu mesin ini juga mudah dibuat dan desainnya sangat sederhana. Penelitian yang dilakukan belum dapat menghasilkan keluaran energi listrik, tetapi penelitian ini dapat menunjukkan bahwa energi panas matahari sangat besar dan tentunya sumber energi tersebut dapat diperbaharui, ramah lingkungan dan ekonomis.