1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup di samping udara, tanah dan cahaya. Makhluk hidup khususnya manusia tidak akan mampu bertahan tanpa air. Bagi manusia air merupakan salah satu kebutuhan utama, sehingga dapat dibayangkan apabila manusia kehabisan air dari dalam kandungan bumi dan tidak ada lagi kegiatan usaha menyuplai air untuk kebutuhan sehari-hari, terutama air untuk kebutuhan air minum yang kegunaannya untuk menjaga keseimbangan fisiologis tubuh dan pada umumnya manusia menggunakan air untuk berbagai kebutuhan, seperti mandi, mencuci, kaskus, produksi pangan, papan, dan sandang. Pada prinsipnya, berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, selayaknya membawa perubahan kepada masyarakat Indonesia pada umumnya, konsumen pada khususnya, bahwa hak dan kepentingannya sudah seharusnya menjadi perhatian penting. Air sebagai suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan masyarakat, sehingga ada perusahasaan daerah yang menyediakan layanan tersebut yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang mana adalah badan usaha milik daerah yang orientasinya tidak hanya sekedar bisnis, sehingga PDAM harus
2 menjalankan fungsi Public Service Obligation (PSO), melayani kebutuhan dasar masyarakat dalam hal ini ketersediaan air bersih. Perusahaan tersebut tidak memproduksi barang sepenuhnya namun lebih keservices/pelayanan/jasa, sehingga setiap orang yang menggunakan air PDAM adalah konsumen PDAM, ini berlaku dan tidak ada seorangpun yang dapat lepas dari ketergantungannya terhadap air dan juga tidak sedikit pula masyarakat yang menjadi pengguna jasa PDAM. Hal ini merupakan satu fenomena yang di dalamnya rawan sekali dengan adanya pelanggaran yang menyangkut hak dan kewajiban para pihak, baik mengenai pelayanan maupun pelaksanaannya. Undang-Undang perlindungan konsumen ini juga diharapkan dapat mendidik masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari akan segala hakhaknya dan kewajiban-kewajibannya yang dimiliki terhadap pelaku usaha seperti dapat kita baca dari konsideran undang-undang ini- di mana dikatakan bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya, serta menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggungjawab. 1 Dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, adapun materinya berisikan tentang perbuatan dilarang bagi pelaku usaha serta tanggung jawab bagi pelaku usaha atas pelanggaran terhadap larangan/perbuatan. Dibalik kewajiban pelaku usaha 1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 2000, hlm. 2.
3 adalah hak konsumen, dalam arti apabila pelaku usaha tidak memenuhi kewajibannya akan berakibat pada tuntutan dari pihak konsumen, 2 sehingga kewajiban pelaku usaha sebagai berikut : 1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. 3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. 4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. 5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau jasa yang diperdagangkan. 6. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 7. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. 2 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 207.
4 Dan pasal 4 ayat (3) UU tersebut mengatur hak dan kewajiban konsumen, yang mana hak-hak konsumen adalah : 1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; 2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. Hak atas informasi yang benar, jujur, dan jelas mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa yang digunakan; 4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. Hak untuk pendapat kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 3 3 UUPK, Tentang Hak dan Kewajiban Konsumen, hlm. 12.
5 Berpijak dari hal tersebut maka kebutuhan akan adanya peraturan yang memberikan perlindungan kepada konsumen merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Az. Nasution berpendapat bahwa perlindungan konsumen merupakan masalah perlindungan manusia bagi semua bangsa di dunia untuk mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha, dan pemerintah. Penanganan perlindungan konsumen selama ini belum dilakukan secara terpadu, sehingga kepentingan konsumen terhadap hak dan kewajibannya masih belum seperti diharapkan, maka upaya memberdayakan masyarakat konsumen dipandang perlu, penanganan masalah perlindungan konsumen yang terpadu dan komprehensif. Walaupun kelahirannya dirasakan sangat terlambat, tetapi sudah merupakan suatu langkah kearah kemajuan dari politicial will pemerintah untuk lebih memberdayakan konsumen dan dapat merespon akan pentingnya keberadaan aturan hukum. Adapun masyarakat yang ingin menggunakan jasa PDAM harus mengajukan permohonan penyambungan air minum (berlangganan) terlebih dahulu pada PDAM. Setelah disetujui oleh PDAM, selanjutnya calon konsumen harus menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Air Minum. Isi dari perjanjian yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Jual Beli Air Minum telah ditetapkan secara sepihak oleh PDAM sehingga
6 perjanjian tersebut merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku. Perjanjian standar merupakan perjanjian yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak telah ditentukan dalam surat perjanjian itu sehingga calon konsumen (pelanggan) hanya tinggal menandatangani formulir tersebut yang sebenarnya lebih banyak mengatur mengenai kewajiban-kewajiban pelanggan. Konsumen tidak dapat secara bebas ikut menentukan isi perjanjian itu. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya ketidakadilan bagi konsumen, mengingat yang menentukan syarat perjanjian hanya salah satu pihak. Pembuatan suatu perjanjian ini sebagai formalitas untuk mengantisipasi apabila kelak di kemudian hari timbul permasalahan dalam jual- beli. Perjanjian jual beli Air Minum menimbulkan hak dan kewajiban yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak baik PDAM sebagai penyedia dan penyalur air minum maupun konsumen sebagai pelanggan, yang mempunyai hak untuk mendapat penyaluran air minum yang baik sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya seringkali terjadi berbagai masalah mengenai penyediaan dan penyaluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang mengakibatkan beberapa kerugian bagi konsumennya, antara lain meliputi masalah kemacetan air yang sampai berbulan-bulan, permasalahan tersebut tidak terselesaikan, bahkan sekarang lebih parah pada saat musim hujan justru air tidak mengalir sama sekali, tidak bisa diterima logika di Sleman terjadi kekurangan suplai air
7 dan tidak ada informasi sama sekali kepada pelanggan tentang kapan hal ini berakhir dan juga yang sangat merugikan jika kran air tersebut dialirkan yang keluar bukan air tetapi angin itu membuat perputaran meteran (water meter) jalan kencang sehingga tagihannya bertambah, beda halnya jika mati sama sekali maka meteran tersebut secara otomatis mati. Belum lagi dengan distribusi air yang tidak lancar, yang mana jika pagi hari debit air kecil tetapi waktu malam kencang bahkan tidak mengalir sama sekali, sehingga itu mengakibatkan naik turunnya water meter karena pergerakan water meter diukur dari besar kecilnya sesuai debit air yang dikeluarkan, maka itu membuat ketidaknyaman bagi pelanggan. Lain halnya lagi jika didaerah yang jangkauannya jauh dari sumber air mereka menggunakan sistem bergilir, dimana pagi hari sampai siang hari air tersebut lancar tetapi malam hari tidak atau waktu aliran air tidak tentu waktunya, sehingga harus dengan cara menampung air tersebut, untuk memenuhi kebutuhan walaupun tidak semuanya terpenuhi. Pelanggan juga mengeluhkan pelayanan yang kurang memuaskan, mengenai kualitas air. Karena air masih sering berasa dan berbau kaporit atau obat penetral kadar, dan air tersebut berwarna putih atau tidak jernih. Pelanggan mengharapkan air bukan sekedar mencukupi kebutuhan mandi dan cuci, tetapi juga kebutuhan air minum pelanggan, yang mana ditulis air minum tetapi air tersebut tidak layak untuk langsung dikonsomsi harus melalui proses terlebih dahulu. Hal tersebut, menurut mereka air yang berasal PDAM tidak layak untuk dikonsumsi sehingga untuk
8 mengkonsumsinya warga membeli air kemasan atau disaring terlebih dahulu. Berdasarkan kondisi diatas, seharusnya konsumen pengguna jasa PDAM harus melindungi dan mempertahankan haknya untuk didengarkan pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan. Banyaknya keluhan para pelanggan tersebut, harus menjadi perhatian pihak PDAM. Pelayanan yang benar dan jujur secara tidak diskriminatif merupakan hak-hak yang harus diperhatikan. Konsumen berhak mendapatkan perlindungan atas haknya serta perlindungan atas kepentingannya, dengan tidak melupakan segala kewajiban yang melekat padanya. Perlindungan hukum kepada konsumen merupakan suatu upaya yang menjamin adanya kepastian hukum kepada konsumen, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi konsumen untuk lebih diberdayakan dan difungsikan peranannya secara integratife dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif melalui pengawasan yudisial disatu pihak, dan dilain pihak menciptakan kondisi yang memacu terwujudnya administrasi pelayanan dan teknis pelayanan secara lebih baik. 4 Oleh karena itu PDAM secara otomatis mencakup ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 yang harus ditaati. 4 Shidarta, Op. Cit., hlm 237.
9 Dari uraian di atas mendorong penulis untuk meneliti dan mengambil judul: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PENGGUNA JASA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI KABUPATEN SLEMAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang masalah di atas yang telah penulis kemukakan dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen pengguna jasa perusahaan daerah air minum (PDAM) di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana penyelesaia n sengketa yang terjadi antara konsumen dengan PDAM di Kabupaten Sleman dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak konsumen? C. Tujuan Penelitan Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam hal ini adalah : 1. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimanakah perlindungan hukum bagi konsumen pengguna jasa perusahaan daerah air minum (PDAM) di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian yang dapat dilakukan oleh konsumen tersebut terjadi pelanggaran dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak konsumen.
10 D. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Perlindungan Hukum bagi Konsumen Konsumen sebagai alih bahasa dari consumer, secara harifiah berarti seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa, atau seseorang atau perusahaan yang membeli barang atau menggunakan jasa tertentu, juga sesuatu atau seseorang yang menggunakan persediaan atau sejumlah barang. Adapun yang membeli dalam arti lain, yaitu konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa. 5 Rumusan pengertian Perlindungan Konsumen terdapat dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebutkan Undang-undang Perlindungan Konsumen/UUPK), yang menyatakan Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Kalimat yang menyatakan segala upaya menjamin adanya kepastian hukum, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap Konsumen. 6 Menurut Shidarta, istilah Perlindungan Konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih pada hak- 5 Nasution, Az., Hukum Perlindungan Konsumen : Suatu Pengantar, hlm 69. 6 Ahmdi Miru, Sutarman Yodo, Perlindungan Hukum Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 1.
11 haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen. 7 Secara umum ada 4 (empat) hak dasar yang diakui secara internasional, yaitu : 8 a. Hak untuk mendapat kenyamanan (the right to safe product); b. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed about product); c. Hak untuk memilih (the right to definitive choices in selecting product); d. Hak untuk didengar (the right to be heard regarding consumer interest). Hukum Perlindungan Konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas dan kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Sedangkan hukum konsumen itu sendiri diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen, didalam pergaulan hidup. 9 7 Shidarta, Op.Cit., hlm. 19. 8 Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Op. Cit.,, hlm. 27. 9 Nasution, Az., Op.Cit, hlm.65.
12 2. Hak-hak dan Kewajiban Konsumen dan Konsumen PDAM (Pelanggan) Penerapan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu pasal 4 ayat (3) UU tersebut mengatur hak dan kewajiban konsumen, yang mana hak-hak konsumen adalah : a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. Hak atas informasi yang benar, jujur, dan jelas mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa yang digunakan; d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. Hak untuk pendapat kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
13 i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 10 Kewajiban konsumen menurut UUPK sebagaimana diatur dalam pasal 5, yaitu : a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian yang benar; b. Beritikad baik dalam transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c. Membayar sesuai kesepakatan; d. Mengikuti penyelesaian sengketa secara patut. 11 Hak-hak konsumen tersebut di atas harus dilindungi oleh hukum terutama di negara hukum seperti Indonesia. Sekarang ini sudah ada undang-undang yang mengatur secara khusus dan menyeluruh mengenai hak dan kewajiban serta perlindungan terhadap konsumen yaitu Undangundang Perlindungan Konsumen (UUPK) No. 8 Tahun 1999. Pada Pasal 3 sub d, menyatakan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah menciptakan sistim perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. Adapula Hak dan Kewajiban bagi Pelanggan sebagai Konsumen dari PDAM (Pelanggan) adalah sebagai berikut : 10 UUPK, Tentang Hak dan Kewajiban Konsumen, hlm. 12. 11 Ibid, hlm. 85.
14 a. Pelanggan berhak mengajukan keberatan yang disampaikan ke kantor PDAM setempat, bila jumlah pemakaian air di Kartu Meter Langganan (KML) tidak sesuai dengan angka yang tertera dalan Meter Air. b. Keberatan dapat dilayani sebelum tanggal 10 lewat tanggal tersebut pelanggan diharuskan membayar rekeningnya terlebih dahulu, selanjutnya akan diperhitungkan pada bulan berikutnya. c. Setelah terpasangnya sambungan rumah (SR), pelanggan berkewajiban dalam hal pengamanan meter air, pipa dinas dan pipa persil (pipa sebelum dan setelah meter air). d. Pembayaran rekening air dan lainnya dapat dilayani mulai tanggal 1 s/d 20 setiap bulannya, selebihnya tanggal tersebut akan dilayani bulan berikutnya dengan konsekuensi dikenakan denda keterlambatan. Kewajiban lain Pelanggan, antara lain adalah : a. Pada saat pembacaan meter air, apabila pagar rumah terkunci/rumah kosong, mohon diberitahukan dengan cara menulis angka meter dan tanggalnya serta diletakkan pada tempat yang mudah diketahui oleh petugas PDAM. b. Pada saat pembacaan meter air, pelanggan diharapkan mengetahui jumlah pemakaian air dan besarnya rekening yang akan ditagih yang ditulis pada KML. c. Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan instalasi, mohon segera dilaporkan kepada petugas setempat.
15 3. Hak dan Kewajiban sebagai Pelaku Usaha Pelaku usaha adalah istilah yang digunakan pembuat Undang-undang yang pada umumnya kita kenal dengan pengusaha. Definisi yuridis formal tentang pelaku usaha terdapat pada Pasal 1 dan 3 UUPK, pelaku usaha diartikan sebagai berikut. Setiap perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Tanggung jawab hukum pelaku usaha dan ganti rugi kepada konsumen sebagai konsekuensi hukum dari pelanggaran yang diberikan oleh UUPK dan sifat perdata dari hubungan hukum antara pelaku oleh pelaku usaha yang merugikan konsumen, memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikannya, serta untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen tersebut. 12 Untuk kewajiban dari pelaku usaha dalam Pasal 7 UUPK disebutkan antara lain : a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 12 Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Op. Cit., hlm. 59.
16 b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau jasa yang diperdagangkan. f. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. g. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Apabila konsumen diartikan secara luas, maka mencakup juga penerima jasa layanan publik. Pengertian pejabat atau badan tata Negara, antara lain menurut A. M. Donner, dapat diperluas ke bentuk perusahaan yang melayani jasa-jasa untuk kepentingan umum. 13 13 Hadjon, P.,M., Pengatar Hukum Administrasi Negara Indonesia, hlm.. 9.
17 Dengan demikian, Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau milik daerah (BUMD) dapat dikatagorikan sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam urusan dengan masyarakat. Termasuk dalam hal ini PDAM sebagai BUMD yang memberikan jasa layanan air minum. Untuk tanggung jawab pelaku usaha dalam Pasal 19 UUPK disebutkan antara lain: a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau lasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. b. Ganti rugi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan delam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi. d. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsure kesalahan. e. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dan (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
18 4. Penyelesaian Sengketa Konsumen Apabila konsumen dirugikan, upaya yang dapat dilakukan oleh konsumen berdasarkan Bab X Penyelesaian Sengketa Pasal 45 UUPK disebutkan antara lain : a. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum. b. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pelihan sukarela para pihak yang bersengketa. c. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang. d. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. 14 Sedangkan gugatan atau pelanggaran pelaku usaha yang merugikan konsumen menurut Pasal 46 UUPK, yaitu : a. Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh 14 UUPK, Op.Cit, hlm. 23-34.
19 1). Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; 2). Sekelompok konsumen mempunyai kepentingan yang sama; 3). Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikan organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; 4). Pemerintahan dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit. b. Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d, diajukan kepada pengadilan umum. c. Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Pemerintah. 15 Tetapi sebagian besar konsumen di Indonesia enggan untuk mengajukan perkara berkaitan dengan kerugian yang diakibatkan oleh pelaku usaha. Hal ini yang menjadi hambatan sulitnya penegakan 15 Ahmadi Miru., Sutarman Yodo, Op. Cit, hlm.228.
20 perlindungan hukum bagi konsumen. Alasan-alasan mengapa masyarakat sebagai konsumen enggan untuk berperkara di pengadilan lebih dikarenakan : a. Tidak jelasnya norma-norma perlindungan konsumen; b. Praktek peradilan kita yang tidak lagi sederhana, cepat, dan biaya ringan; c. Sikap menghindari konflik meskipun hak-haknya sebagai konsumen dilanggar pengusaha. 16 E. Metode Penelitian Di dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Obyek Penelitian Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum bagi Konsumen Pengguna Jasa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Sleman. 2. Subyek Penelitian a. Pimpinan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Sleman. b. Pimpinan Lembaga Konsumen Yogyakarta. c. Pimpinan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di Kota Yogyakarta. d. Konsumen di Kabupaten Sleman. 16 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya, Bandung, 2003. hlm. 9.
21 3. Sumber Data a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian tentang aspek perlindungan hukum bagi konsumen pengguna jasa PDAM tersebut. b. Data Sekunder, yaitu berupa data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang terdiri atas : 1) Bahan hukum primer, barupa peraturan perundang-undangan 2) Bahan hukum sekunder, berupa rancangan peraturan perundang-undangan, literature, jurnal serta hasil penelitian terdahulu; dan 3) Bahan hukum tersier, berupa kamus dan ensiklopedi. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada subyek penelitian mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan obyek penelitian. b. Studi kepustakaan Yaitu mengumpulkan data-data dengan mempelajari peraturan-peraturan, buku-buku, bacaan ilmiah serta buku bacaan yang ada hubungannya engan materi penelitian ini.
22 5. Metode Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif, yaitu untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dikaitkan dengan hukum serta peraturan yang berlaku. Metode pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan peneliti dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis, dan jika dianggap perlu digunakan pendekatan lain sebagai penunjang dari pendekatan yuridis tersebut. Misalnya : filosofis, politis dan komparatif. 6. Metode Analisis Data Untuk menyusun penulisan ini menggunakan teknik pendekatan dengan Deskritif dan Kualitatif, yaitu dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Data penelitian diklasifikasi sesuai dengan permasalahan penelitian. b. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematikan.
23 c. Data yang telah disistematikan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. F. Pertanggungjawaban Sistematika BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Bab ini merupakan landasan teori yang menjelaskan tentang konsumen, pengertian konsumen, serta hak dan kewajiban konsumen. Pelaku usaha, meliputi pengertian pelaku usaha, hak dan kewajiban pelaku usaha, serta tanggung jawab pelaku usaha. Perlindungan konsumen, menjelaskan pengertian perlindungan konsumen, asas-asas perlindungan konsumen, prinsip-prinsip perlindungan konsumen. Pengguna barang dan/atau jasa, menjelaskan pengertian barang dan/atau jasa, bagaimana pengguna barang dan/atau jasa itu sendiri. BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PENGGUNA JASA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DI KABUPATEN SLEMAN
24 Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan meliputi perlindungan hukum bagi konsumen pengguna jasa perusahaan daerah air minum (PDAM) di Kabupaten Sleman serta penyelesaian sengketa yang menjelaskan tentang tata cara penyelesaian sengketa dan prinsip-prinsip penyelesaian sengketa. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran yang sekiranya akan berguna nagi pembaca sekalian yang dapat penulis berikan.