BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang memberi pengaruh pada budaya asli. Ketertarikan komersial semua bangsa

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

A. Kondisi Geografi Kota Batavia Abad XIX

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebudayaan dan gaya hidup Indis. Pada awal abad XX dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TANGGAPAN ATAS LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4. Bentuk publikasi secara tertulis tentang peristiwa pada masa lampau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB III METODE PENELITIAN. berjudul Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batavia, dalam perjalanannya disebut dengan Jacatra, Jayakarta, dan Jakarta, adalah sebuah wilayah yang berada di bagian barat Pulau Jawa. Kota Batavia dibelah Sungai Ciliwung sehingga menjadi dua bagian kota yang hampir sama luasnya atau yang biasa disebut oleh orang Belanda sebagai Grote Rivier. 1 Julukan The Queen of The East 2 juga sempat tersemat pada kota tersebut ketika pertama kali dibangun. Sebagai salah satu kota jajahan, pembentukan kota Batavia tidak lepas dari peran para pedagang Eropa yang berambisi besar menguasai perdagangan di bumi belahan tenggara. Tidak hanya Belanda, Batavia yang sebelumnya disebut Sunda Kalapa juga diperebutkan oleh Spanyol, Portugis, dan juga Inggris. Melalui pertarungan sengit di abad XVII, Sunda Kalapa akhirnya jatuh ke tangan perhimpunan dagang Belanda yang disebut VOC (Vereenigde Oost-Indie Company) atau Perusahaan Dagang Hindia-Timur. VOC merupakan perusahaan khusus yang dijalankan oleh sebuah dewan direktur yang disebut sebagai Heeren 1 Leonard Blusse, Persekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia VOC (Jakarta: Pustazet Perkasa, 1988), hlm. 4. 2 Julukan The Queen of The East disematkan pada Batavia saat J.P. Coen membangun kota tersebut. Disebut begitu karena Batavia dinilai sangat indah dan menjadi tempat tinggal idaman di timur jauh.

2 XVII 3. Perusahaan ini dibentuk pada 1602 untuk tujuan nasional dan para direkturnya bertanggung jawab kepada Parlemen Belanda. 4 Kehadiran bangsa Belanda sebagai penguasa di Pulau Jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan, yakni budaya Barat dan Timur. Akibat percampuran kebudayaan tersebut, kebudayaan pribumi diperkaya dengan kebudayaan Barat. Masyarakat kolonial di Hindia Belanda mengalami modernisasi karena masyarakatnya tumbuh sejalan dengan perkembangan sistem produksi dan teknologi. Campuran dari budaya tradisional para pribumi dan budaya modern bangsa Eropa melahirkan sebuah budaya baru yang disebut budaya Indis. Budaya Indis merupakan suatu proses perkembangan sosial yang muncul dan tumbuh dari beberapa lapisan masyarakat di Hindia Belanda. 5 Hingga akhir abad XVIII, Batavia secara khusus dikuasai oleh VOC. Perusahaan dagang tersebut kemudian mengalami kebangkrutan memasuki awal abad XIX. Kekuasaan Batavia kemudian diambil alih oleh pemerintahan Belanda dan kota-kota lain yang sempat dikuasai VOC tergabung dalam daerah kekuasaan baru yang dinamai Hindia Belanda. Namun kerajaan Belanda sempat diduduki oleh Napoleon Bonaparte pada awal abad XIX. Dampak dari pergantian 3 Heeren XVII merupakan badan pengurus VOC, terdiri dari para pemegang saham berjumlah 17 orang yang menyusun kebijakan umum, memutuskan besarnya biaya pelayaran ke Asia, menentukan jumlah kapal yang harus dibangun dan besarnya dividen serta syarat-syarat pelelangan. Heeren XVII juga menentukan Gubernur-Jenderal, Direktur Jenderal, serta para anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) untuk pemerintahan tertinggi Belanda di Asia (Hoge Regeering). Lihat Jean Gelman Taylor, Kehidupan Sosial di Batavia, (Depok: Masup Jakarta, 2009), hlm. 3. 4 Susan Blackburn, Jakarta Sejarah 400 Tahun, (Depok: Masup Jakarta, 2012) hlm. 9. 5 Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi, (Depok: Komunitas Bambu, 2014), hlm. 19.

3 kekuasaan ini, Napoleon mengutus Marsekal Daendels untuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru pada tahun 1808. Di bawah pemerintahannya, Daendels merombak tata kota Batavia yang sudah bertahan lebih dari dua abad dan membangun pemukiman baru yang lebih layak dan sehat di luar kota benteng. Daerah baru tersebut dinamakan Weltevreden, yang berarti benar-benar puas. 6 Di atas lahan Weltevreden inilah Daendels membangun berbagai sarana baru. Mulai dari pembangunan kastil hingga gedung societeit 7. Bangunan-bangunan lainnya juga ikut dibangun untuk kehidupan masyarakat kolonial yang lebih baik. Daendels juga dibebankan tugas untuk membangun pertahanan di Pulau Jawa. Pertahanan ini tidak lain adalah sebuah tindakan antisipasi terhadap serangan pasukan Inggris. 8 Weltevreden menjadi tempat yang ideal untuk menata kembali kota Batavia Lama yang sebelumnya mengalami kemunduran. Julukan Ratu dari Timur yang sempat merujuk kepada Batavia Lama kemudian teralih ke Weltevreden. 9 6 Susan Blackburn, op.cit., hlm. 59. 7 Perkumpulan orang-orang elite pada jaman kolonial Belanda. Gedung seperti ini merupakan gedung yang bergengsi pada jamannya, karena sering dikunjungi oleh golongan cabang atas dari masyarakat kolonial Belanda. Di dalam gedung tersebut terdapat ruang santai, perpustakaan, meja bilyard, serta fasilitas untuk rekreasi lainnya. Pada jaman Belanda hampir setiap kota terdapat gedung yang bergengsi ini. Lihat Handinoto, Daendels Dan Perkembangan Arsitektur Di Hindia Belanda Abad 19, Dimensi, Vol. 36, nomor 1, Juli 2008, hlm. 8. 8 Retno Galih, Pasar Gambir 1906-1942: Arena Ekonomi dan Rekreasi Masyarakat Kota Batavia, Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, 2015, hlm. 23. 9 Mega Destriyana, Batavia Baru di Weltevreden: Suatu Kajian Historis Pemindahan Pusat Kota pada Abad ke-19, Skripsi Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial UPI, 2015, hlm. 4.

4 Pembangunan kota baru di Weltevreden diteruskan oleh Thomas Stanford Raffles yang menjadi Gubernur-Jenderal tahun 1811-1816. Dalam periode kekuasaannya, Raffles menitikberatkan perubahan kehidupan masyarakat kolonial yang telah berubah dan berbeda dengan kehidupan normal mereka di daratan Eropa. Raffles berusaha untuk mengembalikan tradisi original masyarakat Eropa di Batavia dengan mengaktifkan kembali Lembaga Kesenian dan Pengetahuan Batavia (Het Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen 10 ) yang didirikan sejak tahun 1776. Beliau juga melanjutkan pembangunan gedung Societeit Harmonie dan membangun museum serta perpustakaan di dalam gedung societeit tersebut. 11 Societeit Harmonie, yang dibentuk pada tahun 1776 pada masa pemerintahan Reinier De Klerk, menjadi salah satu komunitas tertua yang ada di Asia. Komunitas ini bertahan hingga awal kemerdekaan Republik Indonesia. Societeit Harmonie menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat kolonial dan menjadi suatu gaya hidup. Keanggotan yang khusus dinilai eksklusif karena tidak sembarang orang diakui sebagai bagian dari komunitas tersebut. Gedung baru yang dibangun Daendels dan Raffles membuat komunitas tersebut menjadi semakin tersohor dan ramai dikunjungi sepanjang abad XIX. Adapun pentingnya membahas Harmonie sebagai salah satu tempat hiburan para borjuis masyarakat kolonial pada zaman tersebut adalah bagaimana Societeit Harmonie menyediakan 10 Het Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen kini menjadi Museum Nasional atau Museum Gajah. 11 Djoko Marihandono, Sentralisme Kekuasaan Pemerintahan Herman Willem Daendels di Jawa 1808-1811: Penerapan Instruksi Napoleon Bonaparte, Disertasi Program Studi Ilmu Sejarah Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, hlm. 43.

5 tempat bagi masyarakat Eropa di Hindia Belanda untuk tetap menjalankan aktivitas yang biasa mereka lakukan di Eropa, meski banyak dari masyarakat Eropa tersebut tidak lahir di Eropa melainkan di Hindia. Selain itu, masih minimnya tulisan yang membahas tentang Societeit Harmonie, yang gedungnya kini telah lenyap dan hanya menyisakan nama yang masih disebut oleh warga Jakarta hingga saat ini, menjadi faktor pendukung kemudian mendorong munculnya penelitian yang berjudul Societeit de Harmonie: Pusat Hiburan Kaum Elit Belanda di Batavia Abad XIX. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Faktor pendorong apa yang menjadi pemicu dipindahnya Societeit de Harmonie ke Weltevreden? 2. Bagaimana manajemen Societeit de Harmonie di Weltevreden? 3. Apa saja aktivitas yang diselenggarakan di Societeit de Harmonie pada abad XIX? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan permasalahan yang diungkapkan, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

6 1. Untuk mengetahui faktor apa yang menjadi pemicu dipindahnya Societeit de Harmonie ke Weltevreden. 2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen Societeit de Harmonie di Weltevreden. 3. Untuk mengetahui aktivitas yang berlangsung di Societeit de Harmonie pada abad XIX. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang Societeit de Harmonie ini diharpakan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya pengembangan Ilmu Sejarah, khususnya dalam bidang historiografi sejarah Indonesia. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang kemudian dijadikan acuan bagi pemerintah maupun masyarakat untuk tetap melestarikan bangunan tua baik yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya maupun yang belum atau sedang akan ditetapkan sebagai cagar budaya. 3. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca karya ini terutama mengenai kehidupan masyarakat Eropa pada abad XIX serta menjadi bahan informasi bagi peneliti yang tertarik pada masalah serupa untuk meneliti lebih lanjut.

7 E. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa studi sebelumnya yang telah membahas mengenai Societeit de Harmonie dan kehidupan masyarakat Belanda di Batavia pada masa Kolonial antara lain: Buku dari Susan Blackburn yang berjudul Jakarta Sejarah 400 Tahun (2011) yang banyak mengulas mengenai Kota Jakarta dari masa ke masa termasuk keadaan Kota Jakarta awal abad XX. Pada salah satu bab-nya berisi mengenai tata kota Batavia dan penduduknya yang tidak sebanyak sekarang namun beraneka ragam. Dijelaskan pula pindahnya pusat pemerintahan Batavia Lama ke Batavia Baru. Perpindahan pusat pemerintahan ini kemudian memicu perkembangan di daerah pedalaman Batavia yang lebih maju dan tertata rapi. Dalam buku ini dijelaskan bahwa perkembangan kota Batavia terbagi atas beberapa periode. Perubahan dan perluasan kota Batavia paling signifikan terjadi pada awal abad XIX. Pada saat pemerintah kerajaan Belanda mengambil alih daerah jajahan yang sebelumnya dikuasai VOC. Hal ini banyak mempengaruhi keadaan kota serta masyarakat yang tinggal di dalam kota Batavia. Batavia telah menjadi primadona di kalangan pelancong dari Benua Eropa sejak bergeser ke wilayah baru, dimana pada saat itu wilayah Batavia Lama yang menjadi labuhan pertama para pelaut selama bertahun-tahun dianggap telah mati dan menjadi kota bawah (benedenstad). Buku selanjutnya berjudul Kehidupan Sosial di Batavia (2009) ditulis oleh Jean Gelman Taylor juga akan dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini. Buku tersebut menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat Batavia mulai awal

8 bangsa Eropa masuk ke Nusantara hingga awal kemerdekaan. Selain itu buku ini juga menjabarkan bagaimana kebudayaan di Batavia dengan kedatangan orangorang Eropa serta bagaimana kebudayaan Belanda menguasai Batavia selama kurang lebih tiga abad. Beraneka ragamnya masyarakat Batavia beserta ulasan mengenai keluarga-keluarga pejabat tinggi di Hindia Belanda, serta bagaimana kebudayaan Barat dan Timur tercampur aduk dalam kehidupan masyarakat kolonial di Batavia turut menjadi topik utama. Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa masyarakat Batavia awal merupakan koloni Belanda yang terdiri dari para kelasi dan prajurit-prajurit. Mereka membangun peradaban koloni awal dengan membangun benteng, dimana terdapat banyak fasilitas di dalamnya. Terdapat pula kelompok masyarakat diluar bangsa Belanda, seperti orang-orang Portugis. Hampir sebagian besar masyarakat yang mendiami wilayah yang disebut Batavia merupakan laki-laki. Dijelaskan pula dalam buku ini bahwa para perempuan baru didatangkan ke Batavia sekitar tahun 1622. Para perempuan yang didatangkan dari Belanda ternyata bukan dari keluarga baik-baik atau keluarga borjuis, namun merupakan perempuan dari kelas-kelas rendah. Hal ini menimbulkan polemik, karena ditakutkan bahwa para perempuan ini nantinya tidak bisa memberikan keturunan yang baik dan berkelas. Kedatangan imigran perempuan dari Belanda serta maraknya praktek pergundikan selama dua abad mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Batavia. Orang-orang Belanda yang telah menetap terlalu lama di Batavia dan berbaur dengan pribumi mulai bertingkah laku layaknya pribumi. Raffles yang datang pada tahun 1811 melihat hal tersebut sebagai hal yang aneh dan terbelakang. Kemudian Raffles

9 memulai langkah-langkah untuk meredam tingkah laku aneh masyarakat Eropa ini. Raffles dan istrinya gencar melakukan sosialisasi dan pesta-pesta demi mengembalikan dan menjunjung tinggi tradisi Eropa yang mereka nilai lebih beradab daripada tradisi lokal. Perilaku aneh dan terbelakang yang disebut Raffles merupakan suatu perilaku yang kemudian terbentuk menjadi salah satu kebudayaan yang lepas dari kebudayaan Eropa namun bukan termasuk kebudayaan lokal pribumi. Kebudayaan tersebut merupakan kebudayaan Indis yang disebut di dalam buku milik Djoko Soekiman yang berjudul Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (2000). Buku ini sebagian besar membahas kebudayaan Indis serta masyarakat Jawa di Hindia Belanda pada abad XVIII hingga XX. Bagaimana kebudayan Indis pertama kali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kolonial pada waktu itu dan penjelasan mengenai kebudayaan Indis dalam keseluruhan, bukan saja mengenai bangunan, namun juga gaya hidup masyarakatnya. Dalam buku ini dijelaskan bahwa kebudayaan Indis sudah menjadi suatu budaya yang tidak bisa dipisahkan begitu saja dari peradaban kolonial di Jawa khususnya. Peran kepribadian bangsa Jawa ikut menentukan dalam memberi warna kebudayaan Indis. Unsur-unsur kebudayaan Belanda itu semula dibawa oleh para pedagang dan pejabat VOC yang kemudian diikuti oleh rohaniwan Protestan dan Katolik. Selanjutnya kebudayaan Indis menyebar ke bidang pendidikan, teknologi pertanian, dan transportasi. Penyebaran tersebut tidak lepas dari peran para cendekiawan. Selain itu kebudayaan tersebut merajai berbagai

10 aspek kehidupan lainnya seperti kesenian, bahasa, pakaian, serta makanan. Kebudayaan Indis menjadi sebuah gaya hidup atau lifestyle (style of civilization) yang melekat kuat dalam kehidupan koloni bangsa Eropa. Djoko Soekiman mengungkapkan bahwa style atau stijl (gaya) dapat diartikan sebagai bentuk yang tetap atau konstan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok, baik dalam unsur, kualitas, maupun ekspresinya, misalnya dalam hal menulis, berjalan, gerakan badan, karya seni dan sebagainya. Buku Batavia Kisah Jakarta Tempo Doeloe (1988) yang disunting oleh Threes Susilowati juga penulis gunakan dalam penelitian ini. Terdapat sebuah artikel dalam ini yang membahas tentang Societeit Harmonie secara singkat. Meskipun artikel tersebut membahas Societeit Harmonie sejak berdiri hingga runtuh pasca kemerdekaan, penjelasannya hanya bisa dijadikan sebagai gambaran saja. Berbeda dengan penelitian ini, artikel yang berjudul In Memoriam Societeit de Harmonie yang disusun oleh Irnawati hanya menggambarkan beberapa aktivitas yang terjadi di Societeit Harmonie. Penelitian ini berfokus pada peran Societeit de Harmonie sebagai salah satu bangunan terkemuka yang mengantarkan masyarakat kolonial Batavia pada sebuah era baru pada masanya, serta mengulas Societeit de Harmonie berikut organisasi, pengurus, arsitektur, kegiatan, dan sebagainya. Selain menggunakan beberapa literatur berbahasa Indonesia, dalam penelitian ini juga digunakan literature yang berbahasa Belanda yang hingga kini masih disimpan di Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional RI. Salah satu literaturnya berjudul De Societeit Harmonie te Weltevreden (1930) yang ditulis

11 oleh P.C.Bloyds van Treslong Prins. Buku ini secara khusus membahas Societeit Harmonie. Pembahasannya meliputi awal pembangunan gedung, biaya-biaya yang dikeluarkan, serta susunan anggota Dewan Harmonie sekitar tahun 1815. Kelemahan dari buku ini yaitu pembahasan yang hanya berkisar tentang pembangunan gedung, hingga peresmian gedung yang dilakukan oleh Raffles. Buku berbahasa Belanda selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah De Jonge Jaren Van De Harmonie (1948) yang ditulis oleh F.R.J. Verhoeven. Dalam buku tersebut dijelaskan secara rinci awal-awal pembangunan Societeit Harmonie, kebijakan-kebijakan para penguasa seputar Societeit Harmonie, kendala saat pembangunan, perincian biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah maupun Dewan Harmonie sendiri, aktivitas-aktivitas yang terjadi di Harmonie, dan lainnya. Buku ini termasuk buku yang paling lengkap membahas Societeit Harmonie mengingat selama ini belum ada pembahasan tentang Harmonie secara mendetail, kebanyakan literatur maupun artikel yang ada hanya menyinggung sedikit sekali materi tentang Societeit Harmonie. Namun pembahasan buku ini hanya berlanjut hingga tahun 1848. Selain buku-buku, referensi juga berasal dari disertasi, skripsi, dan jurnaljurnal yang pernah terbit baik di dalam negeri maupun luar negeri. Disertasi yang penulis gunakan berjudul Sentralisme Kekuasaan Pemerintahan Herman Willem Daendels di Jawa 1808-1811: Penerapan Instruksi Napoleon Bonaparte (2005) yang disusun oleh Djoko Marihandono dari Program Studi Ilmu Sejarah Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Disertasi ini membahas masa kekuasaan Daendels di Hindia Belanda dan perubahan apa saja yang dilakukan Daendels

12 pada Batavia khususnya. Disertasi tersebut dijadikan sebagai referensi dalam penelitian karena terdapat beberapa bab yang khusus membahas tata kota Batavia. Penelitian ini juga menggunakan skripsi yang berjudul Arsitektur Indis Dalam Perkembangan Tata Kota Batavia Awal Abad 20 (2010) yang ditulis oleh Desca Dwi Savolta dari Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret. Skripsi tersebut digunakan sebagai acuan untuk mempelajari arsitektur yang berkembang di Batavia. Selain sumber-sumber literatur dan artikel serta skripsi, penelitian ini juga bersumber pada arsip-arsip terkait mengenai bukti keberadaan bangunan Societeit Harmonie sendiri. Kajian Teori masyarakat elite Belanda di Batavia diambil dari beberapa hasil studi sebelumnya mengenai masyarakat elite, antara lain: Suzanne Keller dalam bukunya yang berjudul Elit dan Kelompok Penguasa (1984) mengungkapkan bahwa istilah elit pertama-tama menunjuk kepada suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial. Kaum elit sendiri adalah minoritas-minoritas yang efektif dan bertanggung jawab. Efektif sendiri merujuk lepada pelaksanaan kegiatan kepentingan dan perhatian kepada orang lain tempat golongan elit ini memberikan tanggapannya. Golongan elit yang mempunyai arti secara sosial akhirnya bertanggung jawab untuk merealisasi tujuan-tujuan sosial yang utama dan untuk kelanjutan tata sosial. Golongan elit menginginkan semacam organisasi yang berisi aturan-aturan yang tepat serta peranan-peranan yang ditunjang suatu sistem kepercayaan untuk memenuhi kebutuhan materi dan rohani. Namun seringkali tanggung jawab ini hanya pada sebagian anggota, terlebih kepada para

13 penguasanya, yaitu elit istimewa. Keller menyebut elit penentu sebagai pemeran utama dalam golongan elit itu sendiri. Alasannya, karena elit penentu merupakan pusat dari kelompok, yang mempertimbangkan, dimana keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan mereka memiliki dampak dan akibat penting serta menentukan bagi kebanyakan anggota masyarakat. Elit penentu adalah suatu kristalisasi, suatu perkembangan lebih lanjut dari kelas-kelas penguasa. Elit penentu ini terdiri dari para pemimpin politik, ekonomi, militer. Tidak hanya itu, para pemimpin moral, budaya, dan ilmu pengetahuan juga masuk dalam kategori elit penentu. Elit penentu menjadi ada sekarang karena adanya kasta-kasta dan klas-klas yang berkuasa di hari kemarin; mereka tidak terbentuk secara tersendiri atau sui generis, melainkan bersamaan dengan kelas-kelas sosial lainnya. W.F. Wertheim dalam Indonesian Society In Transition (1956), menjelaskan bahwa kelas sosial sedikit berubah sejak memasuki abad XIX. Hal ini diakibatkan oleh berkembangnya industri Inggris dan berdampak langsung pada hubungan antara dunia Barat dan Timur. Kepentingan ekonomi menjadi salah satu faktor pengubah kehidupan sosial pribumi di Jawa. Meningkatnya permintaan bahan baku produksi industri di dunia Barat mengharuskan para petani untuk mencari nafkah dengan cara lain, karena mereka tidak lagi dapat bergantung hanya dari hasil pertanian. Kemudian timbul sebuah kelas pengatur kehidupan para petani ini, yang disebut golongan elit. Timbulnya golongan elit pada abad XIX, menurut Wertheim, merupakan dampak langsung dari diterapkannya sistem baru tersebut. Perubahan sosial ini berdampak serius di negeri koloni, dimana masyarakat kulit putih menempatkan diri mereka sendiri dalam strata sosial

14 tertinggi. Selanjutnya, penempatan kelas sosial ditentukan berdasarkan warna kulit. Sebagian besar negara koloni memisahkan masyarakat kulit putih dengan masyarakat pribumi lainnya. F. Metode Penelitian Metode sejarah adalah sekumpulan prinsip-prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberi bantuan penelitian sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan dalam bentuk tulisan. Metode sejarah terbagi dalam empat tahap kegiatan yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. 12 1. Heuristik Heuristik merupakan langkah pertama yang harus dilakukan seorang peneliti sejarah saat melakukan penelitian dan penulisan sejarah. Heuristik dengan kata lain ialah mencari sumber-sumber sejarah kemudian mengumpulkannya. Adapun penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data atau sumber dengan studi dokumen. Teknik Pengumpulan data untuk penulisan penelitian ini menggunakan studi dokumen. Baik itu berupa artefak, peninggalan-peninggalan terlukis dan petilan arkeologi. Namun bisa juga berupa surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, kohesi dan lain-lain. Studi 12 Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah. (Jakarta: Armico, 1975), hlm.32.

15 dokumen bertujuan untuk memperoleh dokumen yang benar-benar berkaitan dengan penelitian. Studi dokumen ini untuk memperoleh data primer berupa arsip, foto-foto dan surat kabar se-zaman mengenai kondisi umum Batavia pada abad XIX, aktivitas yang berkaitan dengan Societeit de Harmonie serta perannya dari tahun ke tahun terhadap masyarakat Batavia, dan arsip-arsip yang berkaitan lainnya. Pada dasarnya, penelitian ini menggunakan arsip yang disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yakni Societat Harmonie Te Weltevreden Batavia 1905-1925, Koleksi Arsip Algemeene Secretarie Seri Groet Bundel ter Zijde Gelegde Agenda 1891-1942, Nomor Inventaris K81a, Nomor Arsip 7791 dimana arsip tersebut memuat tentang surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berisi mengenai bermacam tindakan kepada bangunan Societeit de Harmonie. Meskipun dalam judul arsip tersebut terlihat hanya memuat arsip-arsip pada awal abad XX, nyatanya di dalam bendel arsip tersebut masih termuat beberapa arsip surat keputusan yang dikeluarkan pada tahun di abad XIX. Arsip lainnya yang digunakan dalam penelitian ini merupakan arsip yang disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yaitu Reglement voor Societeit de Harmonie yang berisi tentang peraturan-peraturan semacam AD/ART organisasi. Selanjutnya sebuah arsip berupa programme atau susunan acara sebuah pertunjukkan musik yang diselenggarakan dalam acara peringatan 75 tahun peringatan berdirinya gedung Societeit Harmonie. Arsip tersebut ialah Herinnering van de viering op 18 januari 1890 van het 75 Jarig Bestaan der

16 Societeit Harmonie te Rijswijk, Batavia yang disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu data-data pendukung seperti majalah dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan DKI Jakarta, Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah UNS dan buku-buku serta artikel milik pribadi. Penelitian ini juga menggunakan sumber dari koran-koran sezaman. Seperti Java-Bode, Bataviaasch Courant, Bataviaasch Handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblad, Java Gouvernement Gazette, Het Nieuws van den Dag Nederlands- Indisch. Dalam koran-koran tersebut sering diiklankan mengenai pertemuan maupun kegiatan pesta yang diselenggarakan di Societeit de Harmonie di tahuntahun pada abad XIX. 2. Kritik Langkah kedua setelah melaksanakan langkah pengumpulan sumbersumber sejarah dalam bentuk dokumen-dokumen, langkah selanjutnya ialah mengadakan kritik (verifikasi) sumber 13, baik itu kritik ekstern maupun kritik intern. Kritik ekstern bertujuan untuk mencari keaslian sumber, sedangkan kritik intern bertujuan untuk mencari keaslian isi sumber atau data. Tahap selanjutnya setelah pengumpulan sumber telah terlaksana ialah saling mencocokkan kesamaan serta keaslian arsip maupun sumber sejarah yang telah didapatkan. Mulai dari mencocokkan surat kabar sezaman, memilah data dan melakukan pengurutan hlm. 64-65. 13 A. Daliman. Metode Penelitian Sejarah. (Yogyakarta: Ombak, 2012),

17 sesuai dengan tahun terbit surat kabar tersebut sehingga mampu membentuk suatu rentetan kronologi kejadian dari tahun-tahun yang ada. 3. Interpretasi Interpretasi yaitu upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekonstruksi realitas masa lampau. 14 Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi yang menyeluruh. Ini sama halnya dengan melakukan analisis data yang diperoleh. Data yang telah diperoleh kemudian mencoba mengaitkannya dengan fenomena sosial-ekonomi yang terjadi pada sesuai periode tema dengan menggunakan beberapa teori yang serupa. 4. Historiografi Historiografi yaitu menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan faktafakta dalam suatu sintesa kisah yang bulat sehingga harus disusun menurut teknik penulisan sejarah. G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun berdasarkan kerangka sebagai berikut: 14 Ibid. hlm. 83

18 Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi gambaran sosial budaya di Batavia, perkembangan kebudayaan di Batavia pada abad XIX dan sekilas sejarah Societeit de Harmonie sebelum berpindah ke Weltevreden. Bab III membahas khusus tentang perpindahan Societeit de Harmonie serta manajemen, bangunan, dan organisasinya. Bab IV membahas aktivitas-aktivitas yang dilakukan di Societeit de Harmonie, serta catatan-catatan kunjungan dari para pengembara serta iklan-iklan di media cetak tentang aktivitas di Societeit Harmonie. Bab V berisi kesimpulan, yang merupakan hasil temuan penelitian dan merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.