BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kemampuannya sedangkan pengusaha memberikan kompensasi lewat

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang bekerja. Namun dalam hal ini nampaknya pemerintah dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE. 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01.PR TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 25 Februari 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN. (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jumlah pekerja perempuan di Indonesia semakin meningkat. Peran wanita dalam membangun ekonomi bangsa semakin diperhitungkan. Data yang penulis himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah di Indonesia lebih dari setengah jumlah pekerja laki-laki. Begitu pula dengan permintaan terhadap tenaga kerja perempuan yang jumlahnya tidaklah sedikit. Bahkan, secara keseluruhan jumlah tenaga kerja perempuan di Indonesia lebih banyak daripada laki-laki (Tabel 1). Tabel 1. Gambaran jumlah tenaga kerja berdasarkan propinsi dan jenis kelamin 1 2013 Propinsi Lowongan kerja terdaftar Penempatan/Pemenuhan tenaga kerja Laki Laki Perempuan Jumlah Laki Laki Perempuan Jumlah Aceh 1191 684 1875 157 52 209 Sumatera Utara 532 1221 1753 138 1056 1194 Sumatera Barat 221 273 494 180 222 402 Riau 2036 1663 3699 173 80 253 Jambi 1926 1185 3111 1384 841 2225 Sumatera Selatan 2127 1368 3495 2616 1682 4298 Bengkulu 689 585 1274 314 287 601 Lampung 522 600 1122 39 13 52 1 Badan Pusat Statistik. 2013.Pencari Kerja Terdaftar, Lowongan Kerja Terdaftar, dan Penempatan /Pemenuhan Tenaga Kerja Menurut Propinsi dan Jenis Kelamin, 2013. http://www.bps.go.id/subjek/view/id/6#subjekviewtab1 (2 Juli 2015)

Kepulauan Bangka Belitung 119 90 209 31 21 52 Kepulauan Riau 7311 9973 17284 5216 7793 13009 DKI Jakarta 4635 3109 7744 4080 2761 6841 Jawa Barat 41957 51821 93778 31273 41787 73060 Jawa Tengah 54879 72939 127818 35353 63654 99007 DI Yogyakarta 4902 5460 10362 1913 4390 6303 Jawa Timur 75789 96691 172480 49131 44839 93970 Banten 18025 17067 35092 11996 14291 26287 Bali 3169 2265 5434 2947 1448 4395 Nusa Tenggara Barat 29496 9524 39020 21593 5778 27371 Nusa Tenggara Timur 4761 4812 9573 4291 4212 8503 Kalimantan Barat 801 595 1396 42 39 81 Kalimantan Tengah 1697 647 2344 735 568 1303 Kalimantan Selatan 339 417 756 1224 1224 Kalimantan Timur 5983 2453 8436 4980 873 5853 Sulawesi Utara 180 123 303 3 3 Sulawesi Tengah 1005 1005 Sulawesi Selatan 12785 20821 33606 7394 6421 13815 Sulawesi Tenggara 2168 2246 4414 1743 1184 2927 Gorontalo 2375 2459 4834 485 504 989 Sulawesi Barat 3 3 Maluku 953 899 1852 770 736 1506 Maluku Utara 1140 1236 2376 305 202 507 Papua Barat 234 533 767 191 433 624 Papua 7922 7068 14990 6441 5747 12188 Indonesia 290864 321835 612699 197138 211914 409052 Sumber: Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Maka dari itu pemerintah turut andil dalam membuat peraturan dan undang-undang yang dapat melindungi pekerja perempuan sehingga para pekerja perempuan tersebut mendapatkan hak-haknya secara adil serta merasa aman dan nyaman dalam bekerja. 2

Pada tahun 2003 pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang di dalamnya terdapat pula aturan mengenai pekerja perempuan. Namun pada kenyataannya, penerapan UU Ketenagakerjaan tersebut belumlah maksimal. Implementasi undang-undang (UU) yang terhambat peraturan pelaksananya adalah salah satu dampak dari lemahnya pelaksanaan koordinasi antar instansi/ lembaga pemerintah. 2 Masih banyak perusahaan yang belum menerapkan UU tersebut dengan berbagai alasan. Hal ini tentu sangat merugikan para pekerja perempuan. Banyak hak-hak pekerja perempuan yang terabaikan. Dalam diri hak mengandung makna wewenang/ rights/ tuntutan (claim). Dengan demikian, wewenang atau tuntutan merupakan bagian integral dari hukum itu sendiri. Artinya, ketika hak-hak kemanusiaan diinjak-injak, dikesampingkan, disepelekan, dilecehkan, dan dilanggar sampai dihapus atau dibuang, secara otomatis akan timbul tuntutan untuk pemulihannya. 3 Permasalahan pekerja wanita menarik perhatian banyak pihak, termasuk penulis. Pemerintah menetapkan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai bentuk perlindungan terhadap buruh. Dalam Pasal 153 ayat (1) UU Ketenagakerjaan dijelaskan alasan-alasan pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja yang diantaranya adalah pekerja/ buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya. 2 Ahmad Yani. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Responsif. Cet.1. (Jakarta: Konstitusi Press, 2013), hal.4. 3 Masyhur Effendi dan Taufani Sukmana Evandri. HAM dalam Dimensi/ Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, dan Proses Penyusunan/ Aplikasi Ha-Kham (Hukum Hak Asasi Manusia) Dalam Masyarakat. Cet.1. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hal.10. 3

Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 69/G/2014/PHI.Sby Tahun 2014 adalah salah satu bukti bahwa masih ada diskriminasi terhadap pekerja perempuan. Tidak hanya PHK sepihak yang dilakukan oleh pengusaha, namun ternyata masih banyak pelanggaran-pelanggaran lainnya seperti: status pekerja kontrak, tidak dibayarnya uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2) UU Ketenagakerjaan, uang penghargaan masa kerja ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4). Skripsi ini membahas permasalahan hukum akibat dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak bagi tenaga kerja wanita yang melahirkan, beserta konsekuensi yang harus ditanggung oleh pelaku pelanggaran UU ketenagakerjaan yang telah berlaku tidak adil terhadap wanita terkait organ reproduksinya, dalam hal ini yaitu fungsi melahirkan. Keadaan pekerja wanita yang kurang diperhatikan kesejahteraannya dan diperlakukan semena-mena oleh pihak pengusaha, penting diperhatikan untuk mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum untuk pekerja wanita dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengatur perlindungan hukum bagi buruh, sehingga perusahaan akan lebih memperhatikan kesejahteraan buruh. Selain itu, pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut harus diawasi oleh pemerintah dan instansi yang terkait untuk dapat meminimalisir pelanggaran yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul Akibat Hukum Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak Bagi Tenaga Kerja Wanita Yang Melahirkan pada skripsi kali ini. 4

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana akibat hukum PHK sepihak bagi tenaga kerja wanita yang melahirkan? 2. Bagaimana penerapan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 69/G/2014/PHI.Sby Tahun 2014? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan: 1. Untuk mengetahui akibat hukum PHK sepihak bagi tenaga kerja wanita yang melahirkan; 2. Untuk mengetahui penerapan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 69/G/2014/PHI.Sby Tahun 2014. 5

1.4. Definisi Operasional 1. Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan setelah selesainya masa hubungan kerja. (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). 2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. (Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). 3. Pengusaha adalah: 4 a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya. c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 4. Perusahaan adalah: (Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik 4 Indonesia, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.Ps.1 angka 5. 6

swasta maupun milik Negara yang memperkerjakan pekerja atau buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 5. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. 5 6. Peraturan perusahaan adalah setiap peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat syarat kerja dan tata tertib perusahaan. (Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). 7. Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 6 8. Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan 5 Andi Fariana. Aspek Legal Sumber Daya Manusia Menurut Hukum Ketenagakerjaan. Cet.1. (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2012), hal.9. 6 Rocky Marbun et al. Kamus Hukum Lengkap. Cet.1. (Jakarta: Visimedia, 2012), hal.238. 7

kewajiban kedua belah pihak. (Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). 9. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja serta perselisihan kepentingan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam satu perusahaan. 7 10. Pengadilan Hubungan Industrial adalah Pengadilan Khusus yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberikan Putusan terhadap Perselisihan Hubungan Industrial. (Pasal 1 angka 17 UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial). 1.5. Metode Penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Artinya penelitian akan dibahas dalam bentuk paparan yang diuraikan. Dalam penelitian ini, peneliti sudah mendapatkan gambaran yang berupa data awal tentang permasalahan yang akan diteliti. 8 Penelitian berdasarkan pada 7 Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, ps.1. 8 Suratman dan H. Philips Dillah. Metode Penelitian Hukum. Cet.1. (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal.47. 8

asas-asas hukum mengenai akibat hukum PHK sepihak bagi tenaga kerja wanita yang melahirkan. 1.5.2. Metode Pendekatan Metode pendekatan adalah suatu pola pemikiran secara ilmiah dalam suatu penelitian. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat yuridis normatif, artinya dalam melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang ada, 9 penulis akan melihat pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan akibat hukum pemutusan hubungan kerja sepihak bagi tenaga kerja wanita yang melahirkan. 1.5.3. Data dan Sumber Data Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder, dengan uraiannya sebagai berikut: a. Data Primer Data primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, seperti: Pancasila, UUD 1945, Peraturan Perundang-undangan, Yurisprudensi dan Traktat. 10 Data-data primer dalam skripsi ini diperoleh dari Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 69/G/2014/PHI.Sby Tahun 2014. 9 Ibid, hal.250. 10 Ibid. 9

b. Data Sekunder Data sekunder yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi tentang data primer. Fungsi data sekunder untuk mendukung data primer. Data sekunder yang berkaitan dengan penelitian meliputi: 11 1. Undang-Undang dan Peraturan tentang ketenagakerjaan; 2. Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian; 3. Karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. 1.5.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data berupa metode studi pustaka, yaitu benda-benda yang berbentuk tulisan. Jadi metode studi pustaka adalah metode untuk mengumpulkan data berdasarkan pada benda-benda berbentuk tulisan, dilakukan dengan cara mencari, membaca, mempelajari dan memahami data-data sekunder yang berhubungan dengan hukum sesuai dengan permasalahan yang dikaji. 12 1.5.5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah Analisis data kualitatif untuk menjawab masalah atau isu hukum yang diangkat 13 yaitu tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak bagi tenaga kerja wanita yang melahirkan dengan mendalami analisis terhadap 11 Ibid, hal.124. 12 Ibid, hal.250. 13 Ibid, hal.167. 10

studi kasus Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 69/G/2014/PHI.Sby Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif atau disebut juga penelitian kepustakaan 14 (library research), penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. 1.6. Sistematika Penulisan Bab I Di dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan tentang perjanjian, pengertian perjanjian kerja, unsur-unsur didalam perjanjian kerja, PKWT, PKWTT, upah dan tinjauan umum mengenai peraturan perusahaan menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Bab III Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang penerapan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam konteks Pemutusan Hubungan Kerja, Pemutusan Hubungan Kerja sepihak dan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak tenaga kerja wanita yang melahirkan. 14 Ibid, hal.51. 11

Bab IV Dalam bab ini, penulis akan memberikan uraian mengenai kasus PHK sepihak yang terjadi dalam Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 69/G/2014/PHI.SbyTahun 2014 terkait dengan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak tenaga kerja wanita yang melahirkan, kronologi kasus, akibat hukumnya, penerapan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam kasus tersebut. Bab V Bab ini berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan dan saran-saran yang diperlukan. 12