BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kuesioner Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna

Kromatografi tambahan. Imam S

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI ).

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009).

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

ANALISIS RHODAMIN B DALAM SAOS DAN CABE GILING DI PASAR KECAMATAN LAWEYAN KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jelly adalah produk minuman semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cone es krim merupakan salah satu dari berbagai makanan yang banyak didapatkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya dalam pengolahan makanan selalu diusahakan untuk

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saos merupakan bumbu penyedap makanan atau biasanya digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive)

ANALISIS RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW DALAM JELLY DI PASAR KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI ). Pengendalian

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

THE IDENTIFICATION OF SYNTHETIC DYES IN RENGGINANG CRACKERS BY PAPER CHROMATOGRAPHY. Jatmiko Susilo, Agitya Resti Erwiyani, Lelie Amaliatusshaleha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

DAFTAR BAHAN PEWARNA YANG DIIZINKAN DIGUNAKAN DALAM KOSMETIK

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk sudah lama dikenal di tanah air kita terutama sebagai lauk pauk

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

Laboratorium Farmasetika

ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak merugikan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

LAPORAN KIMIA ORGANIK

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

1. Untuk membuat sediaan lipstik dengan angkak sebagai pewarna. 2. Untuk mengetahui apakah sediaan lipstik menggunakan angkak sebagai

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA PEMISAHAN ION LOGAM DENGAN TEKNIK KROMATOGRAFI KERTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA LIPSTIK BERWARNA MERAH YANG DIJUAL DI PASAR ANTASARI BANJARMASIN

MATERIA MEDIKA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

4 Pembahasan Degumming

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

Titik Leleh dan Titik Didih

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Pengertian kosmetik Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke- 19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti "berhias". Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk tujuan meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Pada tahun 1995 Lubowe menciptakan istilah "cosmedik" yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat mempengaruhi kulit secara positif, namun bukan obat. Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut "kosmetologi" yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek samping kosmetika (Wasitaatmadja, 1997). 2.1.2 Fungsi Kosmetik Apabila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian kosmetik yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Wasitaatmadja, 1997). 4

Penggolongan kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit: 1. Kosmetik perawatan kulit (Scin care cosmetic) Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya: a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (Cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (Mosturizer), misalnya: mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream. c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion. d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (Peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver). 2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua golongan: a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain. 5

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya luntur dalam waktu yang lama, misalnya pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.2 Lipstik Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang terbentuk dari minyak, lilin, lemak, dan yang paling terutama pewarna (Wasitaatmadja, 1997). Lipstik adalah make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit bagian badan lainnya. Misalnya, stratum korneumnya sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Hanya air liur yang merupakan pembasah yang alami untuk bibir (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.2.1 Syarat Lipstik Syarat lipstik yang baik adalah seragam, berwarna terang dan dapat menutupi permukaan dengan baik, berkilau namun tidak terlalu berlemak, bentuknya tidak terlalu mudah berubah, pada suhu rendah tidak getas, stabil terhadap paparan cahaya, air, dan udara, tidak beracun dan tidak iritan, serta rasanya netral (Ismunandar, 2007). 2.2.2 Kandungan Lipstik Lipstik pada tahun-tahun di sekitar Perang Dunia I diwarnai dengan karmin, pewarna yang terbuat dari cochineal, serangga kecil yang berwarna 6

merah. Serangga kecil itu dibuat serbuk dan kemudian diberi amonia. Lipstik yang tidak terhapus dikenalkan pada tahun 1920-an. Pewarna pada lipstik jenis ini, warnanya samar ketika berada dalam tabung. Namun, ketika bersentuhan dengan bibir warnanya muncul dan tetap tinggal selama beberapa jam. Di akhir tahun 1960-an, yang populer justru lipstik yang samar dan warnanya mudah hilang. Kini orang kembali ke tahun 1920-an, lipstik yang tren adalah yang terang benderang ditambah dengan berbagai corak warna sesuai dengan mood pemakainya (Ismunandar, 2007). Badan lipstik terbuat dari campuran minyak jarak dan lilin, biasanya lilin tawon lebah. Campuran ini terbukti bersifat tiksotropik, yakni tetap tegar dalam tabung namun dengan mudah digerakkan bila ditekankan pada bibir ketika digunakan. Senyawa ester, seperti 2-propil miristat, biasanya ditambahkan untuk mengurangi kelengketannya (Ismunandar, 2007). Pewarna yang digunakan dalam lipstik harus bersifat tidak larut dalam air, sebab kalau tidak, ludah para wanita akan selalu berwarna. Jadi, biasanya yang digunakan adalah pewarna yang larut dalam minyak dan tidak larut dalam air (Ismunandar, 2007). 2.3 Zat Pewarna Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pernberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali 7

terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik. Sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/8 (Cahyadi, 2009). Tabel 2.1 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No.) Citrus red No. 2 Ponceau 3R Ponceau SX Rhodamin B Guinea Green B Magenta Chrysoidine Butter Yellow Sudan I Methanil Yellow Auramine Oil Oranges SS Oil Oranges XO Oil Yellow AB Oil Yellow OB (Red G) (Food Red No. 1) (Food Red No. 5) (Acid Green No. 3) (Basic Violet No. 14) (Basic Orange No. 2) (Solvent Yellow No. 2) (Food Yellow No. 2) (Food Yellow No. 14) (Ext. D & C Yellow No. 1) (Basic Yellow No. 2) (Solvent Oranges No. 7) (Solvent Oranges No. 5) (Solvent Oranges No. 6) 12156 16155 14700 45170 42085 42510 11270 11020 12055 13065 41000 12100 12140 11380 11390 (Cahyadi, 2009). 8

Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) zat pewarna buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Sedangkan berdasarkan kelarutannya dikenal dua macam pewarna buatan, yaitu dyes dan lakes (Cahyadi, 2009). Tabel 2.2 Kelas-kelas Zat Pewarna Buatan Menurut JECFA Nama Warna Azo: 1. Tartrazin Kuning 2. Sunset Yellow FCF Oranye 3. Allura Red AC Merah (kekuningan) 4. Ponceau 4R Merah 5. Red 2G Merah 6. Azorubine Merah 7. Fast Red E Merah 8. Amaranth Merah (kebiruan) 9. Brilliant Black BN Ungu 10. Brown FK Kuning coklat 11. Brown HT Coklat Triarilmetana: 12. Brilliant Blue FCF 13. Patent Blue F 14. Green S 15. Fast Green FCF Quinolin: 16. Quinoline Yellow Xanten: 17. Erythrosine Indigoid: 18. Indigotine Biru Biru Biru kehijauan Hijau Kuning kehijauan Merah Biru kemerahan (Cahyadi, 2009). 9

Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas dua jenis, yaitu: 1. Pewarna yang dapat larut dalam cairan, air, alkohol, atau minyak. Contoh pewarna kosmetika adalah: Pewarna asam (acid dyes) yang merupakan golongan terbesar pada pakaian, makanan dan kosmetik. Unsur terpenting dalam pewama ini adalah gugus azo. Solven dyes yang larut dalam air dan alkohol, misalnya: DC merah, merah hijau No.17, violet, kuning. Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik, misalnya DC Orange, merah dan kuning. 2. Pewarna yang tidak dapat larut dalam air (insoluble), yang terdiri atas bahan organik dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida. Tidak semua zat warna dapat digunakan dalam kosmetika. Kulit di beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna tertentu, sehingga memerlukan warna khusus, seperti kulit di sekitar mata, kulit di sekitar mulut dan bibir (Wasitaatmadja, 1997). Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil suatu produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Contoh warna suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai bentuk kecantikan. Adapun tujuan pemberian warna pada suatu bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan adalah agar bahan atau hasil produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap suatu hasil pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik yang penting adalah keamanan bagi para pemakai zat warna, sebab pemakaian keliru dapat menyebabkan hal-hal yang tidak dikehendaki seperti memberikan efek karsinogenik, teratogenik, alergi dan lain-lain (Sudarmadji, 2003). 10

Ponceau 3R merupakan zat berbentuk butiran atau serbuk warna merah hingga merah tua dan mempunyai sifat tidak berbau. Selain itu zat tersebut mudah larut dalam air, dalam gliserol P, serta sukar larut dalam etanol P. Dipasar zat ini banyak dijumpai di minuman ringan bahkan beberapa produk sirup dan juga produk kosmetik ditambahi zat ini. Zat pewarna merah pada lipstick,dan jeli atau agar-agar terbukti mengandung ponceau (Wijaya, 2000). Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No.) Amaran Amaranth : CI 16185 Food Red 9 Batas Maksimum Penggunaan Biru berlian Brilliant blue FCF : CI Food Red 2 42090 Eritrosin Erithrosin : CI Food Red 14 45430 Hijau FCF Fast Green FCF : CI Food Green 3 42053 Hijau S Green S : CI Food Green 4 44090 Indigotin Indigotin : CI Food Blue I 73015 Ponceau 4R Ponceau 4R : CI Food Red 7 16255 Kuning Kuinelin Quineline yellow : CI Food yellow 3 74005 Kuning FCF Sunset yellow FCF : CI Food yellow 3 15980 Riboflavina Riboflavina - Tartrazine (Cahyadi, 2009). Tartrazine 19140 11

2.4 Arti dan Jenis Kromatografi Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet, yang telah menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna (Sastrohamidjojo, 1985). Metode pemisahan merupakan bagian penting dari analisis kromatografi dan telah berkembang menjadi teknik pemisahan utama. Pemisahan adalah kata yang timbul dari penggunaannya yang mengacu pada analisis kimia. Namun demikian, ada beberapa manfaat dalam mempertimbangkan kata itu dengan tepat, definisi umum seperti yang disarankan oleh Rony: Pemisahan adalah kondisi hipotesis dimana ada isolasi lengkap, dengan m daerah makroskopik yang terpisah, masing-masing komponen kimia m yang terdiri dari campuran. Dengan kata lain, tujuan dari setiap pemisahan adalah proses untuk mengisolasi komponen kimia m dalam bentuk murni, dimana m berbentuk seperti botol kaca atau botol polyethylene (Miller, 1988). Dalam Kromatografi, satu fase diadakan bergerak atau diam, dan yang lainnya melewati fase gerak itu. Sebutan GC dan LC mengacu pada keadaan fisik dari fase gerak. Klasifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan penamaan fase gerak dan fase diam, dengan demikian kita memiliki sifat kromatografi gas-padat (DS), gas-cair (GL), cair-cair (LL), dan cair-padat (LS). Baru-baru ini, cairan superkritis telah digunakan sebagai fase gerak, dan setelah itu teknik ini dinamakan sebagai kromatografi cairan superkritis (SFC) terlepas dari keadaan fase diam (Miller, 1988). 12

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu satu fasa tetap (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile). Fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah: 1). Fasa bergerak zat cair-fasa tetap padat: Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi - Kromatografi lapisan tipis - Kromatografi penukar ion. 2). Fasa bergerak gas-fasa tetap padat: - Kromatografi gas padat 3). Fasa bergerak zat cair-fasa tetap zat cair: Dikenal sebagai kromatografi partisi - Kromatografi kertas 4). Fasa bergerak gas-fasa tetap zat cair: - Kromatografi gas-cair - Kromatografi kolom kapiler (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5 Kromatografi Kertas (Kkt) Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah dikerjakan di mana proses dikenal sebagai analisa kapiler. Metoda-metoda seperti ini sangat bersesuaian dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa (Sastrohamidjojo, 1985). 13

Mula-mula telah dilakukan pemisahan asam-asam amino dan peptidapeptida yang merupakan hasil hidrolisa protein wool dengan suatu cara dimana kolom yang berisi bubuk diganti dengan lembaran kertas dan kemudian diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis dari sistem partisi dimana fasa tetap adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulose dari kertas, dan fasa bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organik dan air (Sastrohamidjojo, 1985). Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti atau mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya dan kemudian dilarutkan secara terpisah (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5.1 Garis Besar Secara Umum dari Cara Kerja Setetes dari larutan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas). Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak 14

sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka akan terlihat sebagai pita-pita atau noda-noda yang terpisah (Sastrohamidjojo, 1985). Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf. Kadang-kadang, terutama pada gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang susunan kimianya mirip, seperti asam-asam amino, harga-harga Rf sangat berdekatan satu sama lain (Sastrohamidjojo, 1985). Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal berikut perlu mendapatkan perhatian: 1). Metoda (penaikkan, penurunan atau mendatar) 2). Macam dari kertas 3). Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak) 4). Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih 5). Pembuatan cuplikan 6). Waktu pengembangan 7). Metoda deteksi dan identifikasi (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5.2 Alat dan Teknik Metoda penurunan. Alat yang pokok adalah berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat yang diatasnya ditutup untuk mencegah penguapan dari pelarut (Sastrohamidjojo, 1985). Metoda penaikkan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikkan sama seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletakkan di bagian 15

bawah dari bejana, dan kertas dicelupkan diatasnya, dimana lembaran kertas tergantung di atas batang gelas yang dicepit dengan gabus pada ujungnya (Sastrohamidjojo, 1985). Metoda mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat di tengahnya diberi lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari gulungan kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut dapat naik yang kemudian membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa senyawa yang dipisahkan (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5.3 Kertas Pekerjaan mula-mula dalam kromatografi kertas dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatmann No. 1 dan hingga sekarang masih dipakai. Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Sedangkan fungsi dari kertas sendiri sangat kompleks. Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil dimana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion (Sastrohamidjojo, 1985). Tabel 2.4 Macam-macam Kertas Kromatografi Kecepatan aliran Cepat Sedang Lambat Kertas-kertas tipis No. 4 No. 7 No. 2 No. 54 No. 1 No. 20 No. 540 Kertas-kertas tebal No. 31 No. 17 (Sastrohamidjojo, 1985). No. 3 No. 3 MM 16

2.5.4 Pelarut-pelarut Fasa bergerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa atau pereaksi-pereaksi kompleks, untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atau untuk mengurangi lainnya. Contoh penggunaan dari pelarut yang dipilih untuk senyawa-senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dalam air daripada dalam zat-zat cair organik, akan terjadi gerakan yang lambat jika fasa bergerak anhidrida digunakan, penambahan air terhadap pelarut akan menyebabkan senyawa-senyawa tersebut untuk bergerak (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5.5 Cara Penempatan Cuplikan Pada Kertas Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan. Harus dicegah penempatan larutan terlalu banyak. Karena kelebihan setiap komponen akan menyebabkan tidak akan tercapainya kesetimbangan partisi selama ia bergerak, hingga ia akan mengakibatkan terjadinya kedudukan/lokasi yang kabur. Ada beberapa cara pembuatan noda. Salah satu cara adalah dengan menggunakan gelas kapiler dengan diameter yang sama, dimana cara ini sering digunakan. Sedangkan cara lain dapat menggunakan alat penyuntik (Sastrohamidjojo, 1985). Kedudukan dari permukaan pelarut yang terdapat pada kertas harus selalu diberi tanda segera setelah lembaran kertas diambil dan kemudian dikeringkan, dengan cara digantungkan. Penandaan dapat menggunakan pensil pada sisi samping kertas. Pengeringan sebaiknya dibiarkan dalam udara, bila dikehendaki 17

dapat menggunakan kipas angin. Jangan mengeringkan dengan menggunakan udara panas, karena dapat merusak beberapa konstituen dari campuran. Kebanyakan dari pelarut-pelarut kromatografi cepat menguap tanpa meninggal residu (Sastrohamidjojo, 1985). 2.5.6 Identifikasi dari Senyawa-senyawa Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf (retordation factor) yang didefinisikan sebagai: Rf = Jarak yang digerakkan oleh senyawa Jarak yang digerakkan oleh permukaan pelarut Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu: - Pelarut - Suhu - Ukuran dari bejana - Kertas - Sifat dari campuran Untuk mengukur Rf perlu melokalisir permukaan pelarut. Harga-harga Rf biasanya dinyatakan sebagai fraksi/bagian. Perbedaan dalam harga-harga Rf untuk dua senyawa yang dipisahkan tergantung pada besarnya noda-noda dan panjangnya aliran pelarut. Cara yang paling mudah dalam mengukur Rf adalah dengan menggunakan mistar (Sastrohamidjojo, 1985). 18