BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DITINJAU DARI KEBERSAMAAN PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM PERNIKAHAN

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan. Pernikahan merupakan sarana dalam mempersatukan dua anak manusia

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

PENDAHULUAN. Seorang istri bertugas mendampingi suami dan merawat anak. yang bahagia dan mendapat kepuasan perkawinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. 1952; klemer, 1970, (Ardhianita & Andayani, 2004) diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun (ICRP, 2007). Data dari LBH Apik Jakarta tahun

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Manusia dalam kehidupannya akan melalui proses perkembangan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan menyiptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan menjalani kehidupan perkawinan yang harmonis merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih bahagia memberi kepuasan emosional dan seksual serta meningkatkan kesejahteraan secara finansial. Pernikahan juga dapat membuat seseorang menemukan pasangan yang baik dan setia yang mau berbagi rasa dalam masa-masa susah atau sulit. Pernikahan suci ibarat tali- Allah yang menghubungkan dua hati, menenangkan seseorang dalam keadaan kacau-balau, dan menitik beratkan keinginan-keinginan yang masuk akal ke satu tujuan yang dicita-citakan. Rumah adalah pusat cinta, kebaikan hati, kehangatan, dan juga tempat untuk bersantai, serta kehidupan yang nyaman (Amini, 1994) Selain itu berkeluarga adalah sarana legal bagi dua insan lawan jenis yang asalnya bukan muhrim, saling bereksplorasi satu sama lain secara lahir dan batin, untuk selanjutnya mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah. Allah SWT menyebutkan keberkahan dalam Kitab Suci Al-Quran, Surah Ar-Rum ayat 21 Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan jadikan-nya diantara rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 1

2 Selanjutnya komposisi keluarga dibangun oleh kekuatan inti, ayah (suami), ibu (istri), dan anak. Masing-masing mereka memiliki peran. Dari peran-peran itulah tercipta harmonisasi yang dapat memperkokoh pilar rumah tangga. Jika diantara ayah, ibu, dan anak mampu menjalankan perannya dengan baik maka pernikahan itu akan menjadi keluarga yang sukses sehingga tercipta masyarakat yang sukses pula. Sudah tentu, gagalnya suatu pernikahan yaitu kegagalan dan keretakan rumah tangga yang dapat menyebabkan kerugian moril dan meteril yang besar bagi individu dan masyarakat. Kehidupan dalam pernikahan dapat dilakukan dengan dua cara yakni pernikahan jarak jauh (long distance marriage/commuter marriage) ataupun tinggal dalam satu rumah (proximal marriage). Karena berbagai alasan seperti faktor ekonomi, karir, ataupun pendidikan tak jarang pasangan sumai istri yang menjalani pernikahan jarak jauh. Pernikahan jarak jauh adalah pria wanita dalam pernikahan yang mempunyai dua karir, dimana masing-masing memiliki keinginan untuk mempertahankan pernikahan namun secara sukarela juga memilih untuk menjaga karir sehingga pasangan tersebut merasakan adanya komitmen yang kuat Rhodes (Marini & Julinda, 2008). Pernikahan jarak jauh banyak terjadi pada keluarga-keluarga yang bekerja di luar negeri seperti TKW atau TKI. Hal ini terjadi dikarenakan pemerintah secara umum belum bisa memberikan lapangan pekerjaan yang cukup untuk warga negaranya. Bahkan pandangan ini muncul setelah para peneliti melakukan riset antara Indonesia dan Korea Selatan. Hasilnya, Korea Selatan perkembangan di sektor industrialisasi jauh lebih besar bila dibandingkan dengan Indonesia (Nurhayat, 2013)

3 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri saat ini jumlahnya sudah jutaan orang. Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) M Jumhur Hidayat mencatat setidaknya ada 6,5 juta jumlah TKI yang bekerja di 142 negara (Nurhayat, 2013). Selanjutnya (tribunnews.com, 2013) mengabarkan bahwa jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Jawa Timur yang diberangkatkan ke Kuwait, terus meningkat selama tiga tahun belakangan. Bila pada tahun 2010 jumlahnya hanya tujuh orang, maka pada 2011 jumlahnya melonjak menjadi 71 orang. Jumlah ini kembali melonjak sepanjang tahun 2012, TKI yang bekerja ke negara di kawasan Timur Tengah tersebut tercatat sebanyak 148 orang, atau meningkat lebih dari seratus persen dari tahun sebelumnya. Realitas di masyarakat bahwa terdapat banyak TKI yang bekerja luar negeri seperti yang sudah dipaparkan di atas maka dapat diketahui pula bahwa banyak keluarga yang menjalani rumah tangga jarak jauh mengingat para TKI yang bekerja di luar negeri sudah berkeluarga. Dari banyak pasangan yang menjalani perkawinan jarak jauh, tidak sedikit pasangan yang kemudian bercerai. Scott (2002) menyatakan bahwa persepsi publik terhadap suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh adalah bahwa hubungan tipe ini cenderung tidak stabil, tidak sukses, cenderung bercerai. Hasil wawancara terhadap subjek yang menjalani rumah tangga jarak jauh pada tanggal 29 April 2013, menyatakan bahwa sudah menjalani rumah tangga jarak jauh selama kurang lebih 5 tahun subjek tidak pernah merasa khawatir atau takut karena subjek sudah merasa saling percaya dan jujur dalam menjalani rumah tangganya. Subjek mengungkapkan dengan tinggal jarak jauh dengan suaminya

4 kebutuhan ekonominya bisa tercukupi, seperti biaya makan sehari-hari, pendidikan anak dan lain sebagainya. Namun disisi lain subjek juga mengungkapkan bahwa tinggal jarak jauh dengan suaminya memiliki beberapa kesulitan seperti tidak ada seseorang yang diajak musyawarah, ketika ada keperluan selalu pergi sendiriaan, tidak ada teman curhat, selain itu tidak bisa mendidik anak bersama-sama lebih-lebih jika anak berperilaku bandel tidak ada sosok ayah yang bisa memberi nasihat atau perhatian terhadap anaknya tersebut. Pernikahan serumah merupakan pasangan suami istri yang tinggal di rumah yang sama, dapat duduk diam bersama, membuat kesenangan dalam keadaan bersamaan pula. Dinamika hubungan pasangan suami istri yang tinggal serumah berbeda dari pasangan jarak jauh mengingat bahwa pasangan yang tinggal serumah dapat melihat satu sama lain pada setiap hari Gerstel & Gross (Scott, 2002). Pasangan suami istri yang tinggal serumah ini dapat bertemu setiap waktu, komunikasi secara intensif, mengurus rumah tangga bersama, atau melakukan kegiatan sehari-hari bersama pula. Logikanya bagi pasangan suami istri yang tinggal serumah lebih mudah dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya, sebab pasangan suami istri tersebut akan lebih intensif dalam berkomunikasi sehingga meminimalisir perasaan curiga diantara keduanya yang memungkinkan dapat menyebabkan perdebatan atau konflik rumah tangga. Seperti hasil wawancara peneliti pada salah satu subjek penelitian bernama R pada hari Minggu, 28 april 2013, subjek menuturkan bahwa dalam menjalani rumah tangga harusnya tinggal dalam satu rumah, karena ketika ada masalah atau konflik dapat segera dirundingkan dan diselesaikan bersama serta bisa selalu

5 bersama-sama pula. Selain itu subjek juga mengatakan walaupun keluarganya hidup sederhana dan berpendapatan minimal subjek tetap ingin tinggal serumah karena bagi subjek menjalani kehidupan rumah tangga itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya, subjek berfikir tinggal serumah memungkinkan akan muncul rasa cemburu apa lagi yang tinggal jarak jauh, subjek beranggapan bahwa dengan tinggal jarak jauh akan muncul masalah-masalah seperti komunikasi, intesitas pertemuan, dan juga kecemburan sosial. Berdasarkan wawancara terhadap kedua subjek baik yang tinggal jarak jauh maupun yang tinggal serumah dapat diketahui bahwa keduanya memiliki dinamika kehidupan masing- masing dalam menjalani rumah tangganya. Bagi subjek yang tinggal jarak jauh dengan suaminya subjek merasa nyaman atau bahagia karena kebutuhan ekonominya bisa tercukupi walaupun subjek juga merasakan masih ada kekurangannya seperti dalam mendidik anak sendirian dan tidak ada teman yang diajak musyawarah atau curhat. Sedangkan bagi subjek yang tinggal serumah merasa bahagia karena bisa bertemu setiap saat, mendidik anak bersama-sama, bisa diskusi maupun musyawarah bersama. Tapi disisi lain dalam kehidupan rumah tangganya sesekali muncul konflik dalam hal ekonomi atau finansial. Karena kedua keluarga ini memiliki dinamaika kehidupan yang berbeda dalam menjalani rumah tangganya tentu terdapat perbedaan pula bagi individu dalam memahami dan mengartikan konsep kesejahteraan subjektif. Apabila Individu yang mempunyai tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi biasanya memiliki kualitas yang mengagumkan (Diener dkk, 1997). Individu ini akan lebih mampu mengontrol dirinya dalam menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan baik. Namun, individu yang memiliki kesejahteraan

6 subjektif yang rendah akan memandang rendah hidupnya pula dengan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak menyenangkan sehingga muncul emosi seperti kecemasan, depresi, dan kemarahan (Myers dan Diener, 1995) Hal-hal yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif dibagi menjadi dua, yaitu faktor utama dan faktor pendukung. Faktor utama adalah segala kebutuhan dan harapan dalam diri seseorang yang dapat membuatnya melakukan tindakan dan akan merasa puas jika dia dapat memenuhi kebutuhan dalam dirinya dan mencapai harapan yang dicita-citakan. Sedangkan dukungan sosial dan pengalaman hidup merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif seseorang. Lewis dan Jones (2002) menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh harapan dan kehidupan nilai yang dipercayai sebagai peribadi dan pengalaman hidup yang dialami. Penelitian dari Wlliam dan Glen (Wiliaspi, 2012) menyebutkan bahwa Kesejahteraan subjektif pada individu yang menjalani hubungan jarak jauh ditunjukkan dengan kebahagiaan yang mampu mereka rasakan dalam kehidupan perkawinan yang telah individu jalani. Selanjutnya kebahagiaan tersebut tercermin dari perilaku-perilaku individu dalam menjalani pernikahannya, seperti kemampuan untuk mengelola perasaan yang kurang atau bahkan tidak menyenangkan yang dapat dilakukan dengan memiliki rasa percaya serta sikap yang dewasa dan selalu berfikir positif. Dengan kata lain pasangan suami istri mampu bersikap fleksibel dan pandai menyesuaikan diri. Selain itu pasangan suami istri tersebut menjadikan perjalanan hidupnya sebagai proses hidup yang harus dilalui dan berusaha selalu bahagia dalam menjalani rumah tangganya.

7 Dari uraian di atas maka penulis merumuskan masalah adakah perbedaan kesejahteraan subjektif ditinjau dari kebersamaan pasangan suami istri dalam pernikahan?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PERBEDAAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF DITINJAU DARI KEBERSAMAAN PASANGAN SUAMI ISTRI DLAM PERNIKAHAN B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan serta tingkat kesejahteraan subjektif ditinjau dari kebersamaan pasangan suami istri dalam pernikahan. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : 1. Manfaat secara teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wacana di bidang psikologi keluarga ataupun psikologi sosial. 2. Manfaat secara praktis. a. Bagi informan dan masyarakat, diharapkan dapat mengetahui perbedaan kesejahteraan subjektif ditinjau dari kebersamaan pasangan suami istri dalam pernikahan (serumah dan jarak jauh). b. Bagi peneliti lain diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam dan mengembangkan khasanah teoritis mengenai kesejahteraan subjektif pada suami istri serta dapat dijadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.