KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP KEJAHATAN TERORISME YANG MELEWATI BATAS-BATAS NASIONAL NEGARA-NEGARA

Keywords: Role, UNCITRAL, Harmonization, E-Commerce.

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

PENERAPAN ASAS NE BIS IN IDEM DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

PROBLEMATIKA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

BAB VI PENUTUP. 1. Imunitas Kepala Negara dalam Hukum Internasional. Meski telah diatur dalam hukum internasional dan hukum kebiasaan

BAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma

Oleh : I Putu Sabda Wibawa I Dewa Gede Palguna Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. tuntutan. Jadi peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penyusunan skripsi ini yang berjudul Tindakan Amerika Serikat dalam

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ATAS PULAU NIPA DITINJAU BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

KEWENANGAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) MENANGANI KASUS GENOSIDA ETNIS ROHINGYA. Penulisan Hukum (Skripsi)

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN ANAK

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI MEKANISME GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK ( CLASS ACTIONS

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

STATUS KEWARGANEGARAAN INDONESIA BAGI PENDUKUNG ISIS (ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA)

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

TINJAUAN HUKUM DIPLOMATIK TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PRAKTIK SPIONASE YANG DILAKUKAN MELALUI MISI DIPLOMATIK DILUAR PENGGUNAAN PERSONA NON-GRATA

PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL (STUDI KASUS NIKARAGUA AMERIKA SERIKAT)

PERWUJUDAN NETRALITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEBIJAKAN INTERNASIONAL PENGATURAN LEMBAGA GANTI RUGI DALAM PENYELESAIAN GANTI RUGI AKIBAT PENGOPERASIAN BENDA-BENDA ANGKASA BUATAN.

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

PENERAPAN ASAS TIDAK ADA EKSTRADISI UNTUK KEJAHATAN POLITIK TERHADAP PENOLAKAN PERMINTAAN EKSTRADISI

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Secara subyektif, ketika menyebut Palestina orang awam bisa

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

JUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION)

KAJIAN YURIDIS PEREDARAN MATA UANG ASING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN MULTI- NASIONAL (MNC) DALAM HUKUM INTERNASIONAL

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN ASAS NE BIS IN IDEM

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

Oleh Gede Irwan Mahardika Ngakan Ketut Dunia Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

Bab IX MEKANISME PENEGAKAN HUKUM HUMANITER

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA LISENSI WAJIB PADA PENGALIHAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDONESIA DALAM KASUS PENYADAPAN OLEH AUSTRALIA

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PENTINGNYA KREASI HAKIM DALAM MENGOPTIMALKAN UPAYA PERDAMAIAN BERDASARKAN PERMA NO. 1 TAHUN 2002 TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK

DAFTAR PUSTAKA. Ak, Syahmin, Hukum Diplomatik Dalam Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT.

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA

Transkripsi:

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Sakti Prasetiya Dharmapati I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Kelahiran negara baru Sudan Selatan yang memisahkan diri dari Republik Sudan pada tahun 2011 masih menyisakan sejumlah permasalahan hukum. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis keabsahan Sudan Selatan sebagai negara baru dilihat dari perspektif Hukum Internasional serta untuk menganalisis penyelesaian hukum terhadap pelanggaran hukum internasional yang terjadi pada masa perjuangan kemerdekaan Sudan Selatan. Sebagai sebuah penelitian hukum normatif, tulisan ini meneliti dan menganalisis sejumlah bahan hukum dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan terhadap instrumen hukum internasional yang relevan, pendekatan sejarah dan pendekatan kasus. Dapat disimpulkan bahwa Sudan Selatan telah memenuhi syarat-syaratnya untuk menjadi sebuah negara merdeka baru berdasarkan hukum internasional. Selanjutnya, dapat juga disimpulkan bahwa telah ada upaya penyelesaian hukum terhadap pelanggaran hukum internasional terjadi pada masa perjuangan kemerdekaan Sudan Selatan melalui Mahkamah Pidana Internasional. Kata kunci: Sudan Selatan, keabsahan negara baru, hukum internasional ABSTRACT The birth of South Sudan, as a new state that seperate itself from Republic of Sudan in 2011 still left some legal problem. This paper s objective is to analyze legality of South Sudan as a new state from the perspective of International Law, and to analyze legal settlement for breaches of international law that happened in time of Sout Sudan struggle for independece. As a normative legal research, this paper researched and analyzed many legal sources using statute approach on relevant instruments of international law, historical approach and case approach. It can be concluded that South Sudan has been qualified on all requirement as a new independent state as regulated by international law. It also can be concluded that there is an ongoing legal effort for the legal settlement of breaches of international laws that happened in time of South Sudan s struggle for independence through the International Criminal Court. Keywords: South Sudan, legality of new state, international law 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sudan Selatan merupakan suatu negara baru yang secara geografis terletak di Afrika bagian Timur Laut. Sudan Selatan secara resmi menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 9 Juli 2011 setelah hasil Referendum yang diselenggarakan pada bulan Januari 2011 memutuskan wilayah ini untuk berpisah dari Republik Sudan. 1 Ada sejumlah faktor yang menyebabkan Sudan Selatan berpisah dari Republik Sudan, yaitu kesenjangan pembangunan antara daerah Utara, dan Selatan, dan perbedaan sosial juga etnis dan agama antara daerah Utara dan Selatan. Hal ini diperburuk oleh dominasi pemerintah oleh suku Arab yang berasal dari daerah Utara, sehingga mengakibatkan dua kali perang saudara yang kemudia berakhir kepada berpisahnya Sudan Selatan untuk menjadi suatu negara merdeka. Kelahiran negara baru Sudan Selatan sesungguhnya masih menyisakan sejumlah permasalahan hukum. Pertama, berkaitan dengan fakta apakah Sudan Selatan telah memenuhi syarat-syarat untuk dapat disebut sebagai sebuah negara merdeka. Masalah kedua berhubungan dengan penyelesaian hukum terhadap terjadinya pelanggaran hukum internasional yang mendahului terbentuknya Sudan Selatan sebagai negara merdeka baru 1.2. Tujuan Penelitian Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis keabsahan Sudan Selatan sebagai negara baru dilihat dari perspektif Hukum Internasional serta untuk menganalisis penyelesaiaan hukum terhadap pelanggaran hukum internasional berupa kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida yang terjadi pada masa perjuangan kemerdekaan Sudan Selatan. II. PEMBAHASAN 2.1 Metode Penelitian Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif yang dalam pelaksanaannya meneliti dan menganalisis sejumlah bahan hukum. 2 Pendekatan peraturan perundang- 1 http://usatoday30.usatoday.com/news/topstories/2011-01-30-2052877353_x.htm, diakses: 09 April 2015 2 Lihat misalnya Soerjono Sekanto, Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cet. XI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.13-14 2

undangan (statute approach) digunakan untuk menganalisis instrumen hukum internasional yang relevan. Di samping itu, dalam penulisan ini juga digunakan pendekatan sejarah (historical approach) dan pendekatan kasus (case approach). 3 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Keabsahan Sudan Selatan Sebagai Negara Baru Ditinjau Dari Perspektif Hukum Internasional Berpisahnya Sudan Selatan dari Republik Sudan dapat dikategorikan sebagai suatu suksesi negara, sebab terjadi pergantian atau perubahan pemegang kedaulatan (sovereignty) atas suatu wilayah dari negara satu ( predecessor state) kepada negara lain ( suksessor state) yang direalisasikan dengan pengambilalihan seperangkat kekuasaan (one set of powers) dari suatu negara. 4 Dilihat dari bagian wilayah negara yang digantikan kedaulatannya oleh suatu negara baru, dalam praktik dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi universal dan suksesi parsial. 5 Suksesi yang dialami oleh Sudan Selatan merupakan proses suksesi suatu negara yang terjadi secara parsial, sebab Sudan Selatan terbentuk sebagai suatu negara baru di atas sebagian daerah yang sebelumnya dikuasai oleh negara lain, dalam hal ini Republik Sudan 6. Untuk dapat disebut sebagai Negara, maka suatu entitas hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan sesuai dengan yang disebutkan di dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo Tahun 1933, yaitu (1) permanent resident (penduduk tetap); (2) defined territory (wilayah yang tentu), (3) government (bentuk pemerintahan), dan (4) capacity to enter into relation with other country (kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain). 7 Terbentuknya negara Sudan Selatan memenuhi persyaratanpersyaratan tersebut, sebab Sudan Selatan telah memiliki wilayah yang jelas, karena telah membuat perjanjian-perjanjian mengenai perbatasannya dengan negara-negara tetangganya. Sudan Selatan juga telah memiliki pemerintahan sendiri yang berdaulat beserta juga masayarakat yang menghuni wilayah negaranya. Demikian juga halnya 3 Lihat: Terry Hutchinson, 2001, Researching and Writing in Law, Lawbook Co., Sydney, h. 35 4 Budi Lazarusli dan Syakmin A.K., 1986, Suksesi Negara dalam Hubungannya dengan Perjanjian Internasional, Penerbit Remadja Karya, Bandung, hal. 14. 5 Sefriani, 2010, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal.294-295. 6 S. Tasrif, 1966, Pengakuan Internasional dalam Teori dan Praktek, PT Media Raya, Jakarta, hal. 14. 7 T. May Rudy, 2002, Hukum Internasional 1, Refika Aditama, hal 22-23 3

dengan kemampuan berdiplomasi, Sudan Selatan tidak hanya melakukan perjanjian perbatasan dengan negara tetangganya, tapi juga melakukan hubungan diplomasi dengan negara-negara yang berada di luar benua Afrika, dan akan menjadi anggota dari berbagai organisasi internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Uni Afrika. 2.2.2 Penyelesaian Hukum Terhadap Pelanggaran Yang Mendahului Terbentuknya Sudan Selatan Suksesi negara yang dialami Sudan Selatan merupakan akibat dari konflik perang sipil di wilayah itu selama beberapa dekade, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya bentuk-bentuk pelanggaran hukum internasional. Bentuk-bentuk pelanggaran hukum internasional dapat berupa kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan genosida. Terkait dengan dugaan pelanggaran hukum internasional yang terjadi saat masa perjuangan kemerdekaan Sudan Selatan, telah berlangsung proses hukum untuk memberikan penyelesaian hukum terhadap pelanggaran hukum internasional tersebut. Upaya hukum tersebut berupa tuntutan dari prosecutor (jaksa) International Criminal Court (ICC) terhadap beberapa individu di Sudan yang dianggap bertanggung jawab terhadap pelanggaran kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. Walaupun Sudan dan Sudan Selatan bukanlah negara peserta Statuta Roma, ICC tetaplah memiliki yurisdiksi untuk mengadili pelanggaran yang terjadi di Sudan dan Sudan Selatan. Hal ini dapat terjadi karena kasus pelanggaran yang terjadi telah diajukan oleh Dewan Keamanan PBB kepada ICC, di mana menurut Statuta Roma, ICC mempunyai yurisdiksi untuk mengadili suatu kasus yang diajukan oleh Dewan Keamanan PBB, tanpa melihat apakah negara tempat terjadinya pelanggaran tersebut merupakan negara anggota Statuta Roma atau tidak. 8 Sayangnya upaya hukum yang disebutkan di atas mengalami sebuah kendala, yang diakibatkan oleh konflik antara kedaulatan negara dan Hukum Internasional. Republik Sudan, sebagai sebuah negara yang berdaulat, merasa tidak harus untuk menyerahkan individu-individu yang menjadi tersangka tuntutan dari ICC, yang mana 8 Lihat: Rome Statute of the International Criminal Court, 4

merupakan pejabat-pejabat tinggi negara dari Republik Sudan, seperti gubernur, menteri, dan bahkan presiden. III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tulisan ini akhirnya dapat menarik dua kesimpulan. Pertama, bahwa Sudan Selatan telah memenuhi syarat-syaratnya untuk menjadi sebuah negara merdeka baru berdasarkan hukum internasional. Syarat-syarat tersebut adalah; wilayah yang pasti, penduduk yang tetap, bentuk pemerintahan, dan kemampuan untuk melakukan hubungan diplomasi dengan negara lain. Kedua, telah ada upaya hukum untuk memberikan penyelesaian hukum terhadap pelanggaran hukum internasional yang terjadi di Sudan Selatan yang dilakukan melalui forum Internasional Criminal Court (ICC). ICC memiliki yurisdiksi untuk menyelidik dan memproses kasus tersebut, karena telah diajukan kepada ICC oleh Dewan Keamanan PBB, sesuai dengan isi Statuta Roma DAFTAR PUSTAKA Budi Lazarusli dan Syakmin A.K., 1986, Suksesi Negara dalam Hubungannya dengan Perjanjian Internasional, Penerbit Remadja Karya, Bandung. Hutchinson Terry, 2001, Researching and Writing in Law, Lawbook Co., Sydney. Rudy T. May, 2002, Hukum Internasional 1, Refika Aditama, Bandung Sekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cet. XI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sefriani, 2010, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Tasrif S., 1966, Pengakuan Internasional dalam Teori dan Praktek, PT Media Raya, Jakarta. INSTRUMEN HUKUM Konvensi Montevideo Tahun 1933 Statuta Roma ARTIKEL INTERNET http://usatoday30.usatoday.com/news/topstories/2011-01-30-2052877353_x.htm 5