BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil pengamatan mengenai proses belajar mengajar yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF SSCS

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

2015 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. berpikir sistematis, kritis, cermat, dan kreatif, serta mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

I. PENDAHULUAN. yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang baik di dunia kerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Khabibah Lestari, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

1. Ringkasan Hasil Penelitian, Tahun Dosen FPMIPA IKIP PGRI Semarang

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pendidikannya masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kristi Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

Munandar (1999 : 45-46) menegaskan tentang pentingnya kreativitas dipupuk sejak usia dini karena : (1) dengan berkreasi anak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting untuk mengatasi ancaman terhadap kelangsungan hidup. Pada saat ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan baik dalam kehidupan ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan budaya. Secara khusus, dalam bidang pendidikan permasalahan tampak pada proses pembelajaran yang lebih menekankan pada hapalan, dan berorientasi pada hasil. Proses-proses pembelajaran yang kreatif kurang mendapat perhatian. Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan dalam diri peserta didik di sekolah. Dengan alasan sebagai berikut : Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalm hidup manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berungsi sepenuhnya. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi terlebih-lebih juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meninggalkan kualitas hidupnya. Di masa pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Untuk mencapai hal ini, sikap, pemikiran kreatif, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini (Munandar, 2002:43-44).

2 Kurikulum 2006, mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas peserta didik dan kemampuan berpikir kreatif melalui aktivitas-aktivitas kreatif dalam pembelajaran Ekonomi. Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas atau perilaku kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas peserta didik. Kurikulum tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Tetapi, kenyataannya guru lebih sering menggunakan tes tertulis dengan soal-soal yang rutin daripada menggunakan soal-soal yang mengandung pemecahan masalah. Ini berarti kreativitas khususnya perilaku kreatif peserta didik masih jarang diperhatikan, padahal perilaku kreatif peserta didik dalam memecahkan masalah sangat penting. Bahkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga tampak ada kecenderungan kuat ke arah penstereotipan (perilaku klise), seakan-akan perilaku orisinal atau yang lain daripada yang lain dipandang aneh bahkan dapat berbahaya (Munandar, 2002:5). Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain; sebagaimana telah ditekankan oleh Guilford pada tahun 1950 dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden American Psychological Association (Munandar, 2002: 5-6), bahwa Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut untuk memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.

3 Maka dari itu pembelajaran IPS terutama pembelajaran ekonomi dipersekolahan sangat dibutuhkan untuk membantu anak memecahkan masalah kehidupannya. Menyadari peranan penting mata pelajaran ekonomi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, peserta didik perlu diajarkan pemecahan masalah. Mata pelajaran ekonomi di tingkat persekolahan yang merupakan bagian IPS, materinya terdiri dari konsep-konsep dan teori-teori yang mengkaji peristiwaperistiwa ekonomi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengkaji berbagai peristiwa dan permasalahan ekonomi di masyarakat diperlukan tindakan kreatif untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah. Optimalisasi peserta didik dalam pembelajaran mampu memberikan kesempatan yang luas bagi mereka untuk terlibat dalam proses kreatif, yang nantinya dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka di masyarakat. Sejalan dengan permasalahan pendidikan di atas khususnya mengenai rendahnya perilaku kreatif peserta didik dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran ekonomi maupun masalah sosial. Maka lebih spesifik berdasarkan hasil pra penelitian, diperoleh fakta dan informasi bahwa pembelajaran ekonomi khususnya di SMA Negeri 3 Sumedang selama ini (1) lebih menekankan pada hafalan, (2) lebih mementingkan isi daripada proses, (3) kurang diarahkan pada pembelajaran yang bermakna dan berfungsi bagi kehidupan peserta didik (meaningful learning and functional knowledge), (4) pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga peserta didik kurang kreatif, (5) materi dan sumber belajar masih kurang, dan (6) metode mengajar konvensional. Pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Sumedang masih bersifat mengembangkan kemampuan berpikir

4 konvergen dan belum tercipta suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar aktif dalam mengkontruksi pemikirannya dan kurang memberikan stimulus kepada peserta didik untuk berperilaku kreatif, sehingga perilaku kreatif peserta didik dalam memecahkan masalah sangat rendah. Selain itu berdasarkan hasil analisis instrumen pengukuran kemampuan peserta didik (tes) pada soal ujian semester pada mata pelajaran Ekonomi kelas X tahun ajaran 2011/2012 dapat terlihat dari tabel berikut ini : Tabel 1.1 Analisis Pengukuran Kemampuan Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 3 Sumedang Kemampuan Jumlah Soal Persentase Mengingat 30 60 Memakai 13 26 Mengerti 7 14 Menganalisis 0 0 Menilai 0 0 Menciptakan 0 0 Total 50 100 Sumber : Soal Ujian Semester 2011/2012 Tabel hasil analisis instrumen pengukuran kemampuan peserta didik tersebut menunjukkan bahwa pada mata pelajaran Ekonomi kelas X di SMA Negeri 3 Sumedang, guru telah mengembangkan kemampuan berpikir peserta

5 didik pada tingkat mengingat, mengerti dan memakai. Kemampuan mengingat merupakan kemampuan yang paling banyak diukur dalam soal hasil belajar, sedangkan untuk kemampuan lainnya seperti menganalisis, menilai dan menciptakan belum tersentuh. Dari hasil analisis pengukuran kemampuan peserta didik tersebut pula dapat kita ketahui bahwa peserta didik jarang untuk dilibatkan dalam proses berpikir kreatif dan jarang ditantang dengan soal-soal yang menuntut peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif. Pengamatan peneliti juga menunjukan bahwa rendahnya kreativitas peserta didik disebabkan karena guru cenderung lebih disibukan dengan pemikiran bagaimana materi pelajaran dapat tersampaikan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu menjawab soal-soal ujian yang diberikan. Permasalahan tersebut merupakan dampak dari pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil. Guru merasa berhasil ketika peserta didik lulus dengan mendapat nilai yang baik. Padahal kenyataannya tidak sedikit peserta didik yang dinyatakan mampu menjawab soal ujian, namun tidak dapat menyelesaikan masalah kehidupan mereka. Jika peserta didik yang dianggap berkualitas adalah hanya peserta didik yang lulus dalam ujian, maka tidak seharusnya tingkat pengangguran terdidik terus mengalami peningkatan. Jika kelulusan dijadikan patokan keberhasilan suatu pendidikan, maka idealnya semua peserta didik yang telah dinyatakan lulus itu dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan pendidikan, namun kenyataannya tidaklah demikian. Tidak sedikit dijumpai bahwa orang yang berhasil bukan karena dia lulus dalam ujian, tetapi karena mereka memiliki kreativitas yang tinggi. Itulah salah satu

6 alasan mengapa peneliti menganggap bahwa kreativitas itu merupakan sesuatu yang penting dan harus ditanamkan dalam diri peserta didik sejak dini. Untuk terus dapat mengasah potensi kreatif yang ada pada diri peserta didik, peneliti menganggap perlunya penerapan metode pembelajaran yang bervariasi, dimana metode tersebut dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek. Hal senada juga dikemukakan oleh Myrmel (2003:1) bahwa Students need the tools and skills to become deliberately more creative. Creative problem solving skills can be taught. Syamsudin (2007:24) berpendapat bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcment) dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik). Oleh karena itu perilaku kreatif dapat dibentuk salah satunya melalui proses pembelajaran. Begitu pula dengan pendapat Munandar (2002:13) yang menjelaskan bahwa perkembangan optimal dari perilaku keatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berperilaku dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat kebutuhannya, maka kemampuan kreatif dapat tumbuh subur. Agar keterampilan kreativitas peserta didik meningkat, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan metode pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan

7 penyelesaian masalah. Kemampuan berpikir kreatif akan mempengaruhi perilaku kreatif peserta didik. Ciri-ciri perilaku yang ditemukan Torrance pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai berikut : Berani dalam pendirian dan keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan dalam memberi pertimbangan, bersibuk diri terus-menerus dengan pekerjaannya atau apa yang menarik perhatiannya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat orang lain (termasuk otoritas) begitu saja jika tidak sesuai dengan keyakinannya (Munandar, 2002:55). Rangsangan atau stimulus yang dilakukan oleh guru, agar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dapat memberikan respon, hal ini dapat dilihat dari perubahan tingkah laku. Untuk dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang kreatif maka rangsangan yang diberikan harus kreatif pula, dengan cara guru mencermati setiap rangsangan pada waktu sebelum dan sesudah pembelajaran. Dengan demikian akan diketahui apakah rangsangan yang diberikan dapat direspon oleh peserta didik atau tidak dan seberapa jauh peserta didik merespon setiap rangsangan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan fenomena pembelajaran yang dikemukakan di atas, saatnya pendidikan dan pembelajaran di negeri ini mengembangkan pembelajaran kreatif. Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan meningkatkan perilaku kreatif, menggerakan potensi kreativitas peserta didik seperti berpikir kreatif dan menimbulkan berbagai getaran penemuan terhadap hal-hal yang sebelumnya belum diketahui atau belum dipahaminya. Pada pembelajaran kreatif ditandai

8 adanya hubungan kreatif antara guru dan peserta didik dan menggunakan metodemetode pembelajaran yang dapat mengembangkan daya kreatif. Hubungan guru dan peserta didik dalam pembelajaran kreatif, oleh guru diwujudkan dalam bentuk : menghargai pertanyaan dan ide-ide peserta didik, berusaha memahami apa yang dipikirkan peserta didik, mendorong untuk berpikir lebih mendalam dan terbuka serta berperilaku kreatif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas, yang penerapannya membutuhkan metode dan sarana pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah metode pemecahan masalah tipe SSCS. Pendapat tersebut didukung oleh Myrmel (2003:3) "creative problem solving is based upon the belief that all people are creative, that creativity skills can be taught, and everyone can learn to problem solve better." Maka dari itu untuk meningkatkan perilaku kreatif peserta didik dibutuhkan sebuah metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search Solve Create and Share) adalah metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif terhadap konsep ilmu. Penggunaan model ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Peneliti menggunakan metode pembelajaran SSCS (Search Solve Create and Share) karena metode ini praktis, efektif, dan mudah untuk digunakan (Pizzini, 1991:5).

9 Pada tahap search peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve peserta didik membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan untuk penyelidikan tersebut. Setelah melakukan penyelidikan peserta didik melakukan analisa dan menginterpretasikan data yang diperolehnya. selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam metode pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap ini peserta didik membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya. Diharapkan dalam penggunaan metode pembelajaran problem solving SSCS (Search Solve Create and Share) ini dapat meningkatkan perilaku kreatif peserta didik. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melalukan sebuah penelitian yang berjudul : Pengaruh Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah Tipe SSCS terhadap Perilaku Kreatif (Studi Quasi Eksperimen Pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X Di SMAN 3 Sumedang) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada peningkatan perilaku kreatif peserta didik. Peningkatan perilaku peserta didik tersebut dapat dilihat melalui perbandingan hasil pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol serta proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah tipe SSCS di kelas eksperimen. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain :

10 1. Apakah terdapat perbedaan hasil postest perilaku kreatif peserta didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS dengan kelompok kontrol? 2. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dengan postest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pretest dengan postest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS pada pembelajaran ekonomi dan melihat potensinya dalam meningkatkan perilaku kreatif peserta didik kelas X SMAN 3 Sumedang. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam beberapa tujuan khusus, yaitu: 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil postest perilaku kreatif peserta didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS dengan kelompok kontrol. 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil pretest dengan posttest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok kontrol. 3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil pretset dengan postest perilaku kreatif peserta didik pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS.

11 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi mengenai alternatif lain penggunaan metode pembelajaran selain metode konvensional. 2. Gambaran mengenai penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. 3. Memberikan sumbangan untuk bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan menentukan metode pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan perilaku kreatif peserta didik.