Modul ke: MANAJEMEN KEUANGAN. Analisa Rasio Keuangan Analisa Dupont Analisa MNA & EVA. 3Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN KEUANGAN. Analisis Rasio Keuangan. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Analisa Laporan keuangan

Analisis Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

RASIO LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

ANALISIS KEUANGAN. o o

Financial Performance (2)

manajemen? PROSES AKUNTANSI NERACA Bk Jurnal Bukti Bk Besar Utang Aset BB Pembantu MODAL + pendapatan - biaya ANALIS? ivestor?

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

ANALISIS KEUANGAN. 1) faktor kritis dalam analisis rasio keuangan, 2) mempelajari bagaimana analisis rasio keuangan tersebut dipergunakan dan

MANAJEMEN KEUANGAN Laporan Neraca, Laporan Rugi/Laba, Laporan Aliran Kas, Analisa Common Size, Analisa Index

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

Bab 1 Analisis Penggunaan Rasio Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

ANALISIS LAPORAN KINERJA KEUANGAN

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

Analisis Rasio Keuangan

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

Analisis Laporan Keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

PROGRAM MAGISTER STUDI EKONOMI MANAJEMEN

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. By: Budi Setiawan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

ANALISIS RASIO KEUANGAN, ANALISA DUPONT, ANALISA MVA DAN EVA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari perusahaan, seorang manajer harus

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

Analisa Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

Analisa Rasio Keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

5/15/2012. Adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Analisis common size Analisis indeks Ratio Analysis Du Pont system Effects of improving ratios Limitations of ratio analysis Analisis sumber dan

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA, Tbk.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Modul ke: 3Fakultas VENY, EKONOMI MANAJEMEN KEUANGAN Analisa Rasio Keuangan Analisa Dupont Analisa MNA & EVA SE.MM Program Studi AKUNTANSI

Bagian Isi Modul 1. Analisa Rasio Keuangan 2. Analisa Dupont 3. Analisa MNA & EVA Kemampuan akhir yang diharapkan Kemampuan menganalisis kondisi dan kinerja keuangan perusahaan

ANALISA RASIO KEUANGAN Analisa laporan keuangan dilakukan untuk mempermudah penganalisa (analis) memahami kondisi keuangan perusahaan. Dengan melihat angka-angka apa adanya yang tercantum pada neraca dan laba rugi, sering sulit untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi perusahaan. Pada umumnya berbagai rasio keuangan yang dinilai bisa dikelompokkan menjadi : 1. Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba 2. Rasio Manajemen Aset mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aset-asetnya 3. Rasio Manajemen Hutang mengukur bagaimana perusahaan menggunakan pendanaan yang berasal dari pinjaman 4. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban financialnya yang harus segera dipenuhi 5. Rasio nilai pasar mengukur bagaimana pasar (para pemodal) menilai perusahaan tersebut Rasio-rasio Profitabilitas. Ratio-ratio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualannya, dari aset-aset yang dimilikinya, atau dari ekuitas yang dmilikinya. Kemampuan menghasilkan laba dan penjualan bisa berbeda untuk perusahaan dengan bisnis yang berbeda. Sebagai contoh toko yang menjual mebel, sepatu akan mengambil laba per penjualan yang relatif agak besar dibandingkan dengan yang menjual rokok, Mia intant dan sebagainya.

ANALISA RASIO KEUANGAN Basic Earnings Power (BEP), Rasio ini mengukur kemampuan aset perusahaan menghasilkan laba operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur maka digunakan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Aset yang digunakan adalah aset-aset yang operasional. Kalau ada aset non operasional, aset ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Karena dalam perhitungan digunakan angka-angka yang berasal dari laporan laba rugi (yaitu EBIT) dan dari neraca (yaitu total aset operasional), maka pertanyaan yang sering muncul adalah apakah akan digunakan angka (i) pada awal tahun di neraca, (ii) pada akhir tahun dineraca, ataukah (iii) rata-rata. Rasio Basic Earnings Power (BEP) dirumuskan sebagai berikut : BEP = Laba Operasi x 100% Rata-rata Total Aset Untuk PT. TSR pada tahun 20X2 BEP = 300 x 100% (819 + 878 )/2 BEP = 33.4%

RETURN OF EQUITY Perhatikan bahwa di sini kita menggunakan angka rata-rata dan semua aset dikategorikan sebagai aset operasional meskipun ada akun sekuritas. Kita asumsikan di sini bahwa aset sekuritas tersebut merupakan investasi jangka pendek dari dana menganggur yang sifatnya sementara. Apabila sekuritas tersebut merupakan investasi jangka panjang (yang apabila dana tersebut dihilangkan tidak mengganggu operasi perusahaan), maka aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset non operasional. Kita tidak tahu bagaimana BEP perusahaan-perusahaan lain, tetapi angka 33.4% tersebut nampak cukup tinggi apabila kita bandingkan dengan tingkat bunga rata-rata yang hanya 17.5% RETURN OF EQUITY Rasio ini mengukur seberapa banyak laba yang menjadi hak pemilik ekuitas. Karena itu digunakan laba setelah pajak (EAT). Angka ekuitas yang digunakan sebaiknya juga angka rata-rata. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut. ROE = Laba Setelah Pajak x 100% (Rata-rata) Ekuitas Untuk PT. TSR, ROE pada tahun 20X2 adalah, ROE = 166 X 100% (438 + 517)/2 ROE = 34.8%

RETURN ON INVESTMENT (ROI) atau RETURN ON ASSETS (ROA). ROI atau ROA menghitung berapa banyak laba bersih setelah pajak dihasilkan oleh total aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini banyak yang menghitung meskipun ada ketidaktepatan ketika kita membandingkan andar laba bersih setelah pajak (berarti laba operasi sudah dikurangi biaya bunga dan pajak penghasilan yang sebenarnya merupakan hak pemilik ekuitas dengan total aset (yang sebagian diantaranya mungkin dibiayai dengan hutang). Rasio ROI atau ROA dinyatakan sebagai, ROA = Laba setelah pajak x 100 % (Rata-rata) Total Aset ROA PT. TSR pada tahun 20X2 ROA = 166 x 100% (919 + 878)/2 = 18.5%

PROFIT MARGIN Rasio ini mengukur berapa banyak laba operasi (EBIT) dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Jadi perbandingannya dengan menggunakan angka-angka yang ada di laporan laba rugi. Rasionya dinyatakan sebagai : Profit Margin = Laba Operasi x 100% Penjualan Untuk PT. TSR profit margin untuk tahun 20X2 adalah : Profit Margin = 300 x 100% = 13,6 % 2.200 Profit Margin sering dipergunakan di bisnis perdagangan. Pemilik toko-toko eceran (ritel) sering mengatakan bahwa (misalnya) keuntungan yang kami ambil dari setiap penjualan hanya 5%. Hal tersebut berarti bahwa kalau mereka menjual Rp 100 juta, mereka memperoleh laba operasi Rp 5jt. Beberapa jenis toko menjual produk-produk dengan profit margin yang sangat tipis (mungkin hanya 2-3%) beberapa produk lainnya dijual dengan profit margin yang lebih tebal (misal sampai 20%). Produk-produk yang dijual dengan profit margin yang tipis umumnya adalah produk yang perputaran penjualannya cepat sekali (seperti rokok, sabun dan sebagainya). Pemilik toko membeli hari ini, dalam 2-3 hari sudah laku terjual. Sedangkan produk dengan profit margin yang lebih tebal biasanya lebih lambat laku terjual (misal pakaian, sepatu dan sebagainya). Kalau kita beli hari ini, mungkin dalam 1-2 bulan ke depan baru laku terjual.

RASIO MANAJEMEN ASET Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aset-asetnya. Apabila investasi pada berbagai aset berlebihan, maka total operating capital akan terlalu tinggi, menurunkan Free Cash Flow, yang pada akhirnya akan menekan nilai perusahaan (harga saham). Sebaliknya apabila aset yang dimiliki kurang, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk bisa menjual lebih banyak, mengurangi profitabilitas, mengurangi Free Cash Flow, yang pada akhirnya menekan harga saham. Karena itu diperlukan jumlah yang tepat dari aset yang dimiliki. Beberapa rasio manajemen aset bisa dilihat dari masing-masing jenis aset atau total aset secara keseluruhan. MENGEAVALUIR PERSEDIAAN : RASIO PERPUTARAN PERSEDIAAN (Inventory Turnover Ratio) Rasio ini mengukur berapa sering (rata-rata) persediaan berganti di gudang. Kalau misalkan persediaan berada digudang rata-rata selama 30 hari, maka berarti dalam setahun rata-rata berputar (turnoverr) 12X. Kalau persediaan terlalu lama tertahan di gudang, maka dana yang tertanam pada persediaan tersebut akan makin besar relatif terhadap penjualan. Misalkan kita punya toko dan setiap kita kulakan sabun mandi, kita beli 10 unit. Sabun tersebut rata-rata terjual 2 unit setiap hari. Dalam 5 hari kita harus sudah kulakan lagi. Bandingkan dengan kalau kita kulakan 20 unit, dan penjualan per hari sebesar 2 unit. Berarti setiap 10 hari kita baru kulakan lagi. Jumlah persediaan kita menjadi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan cara yang pertama.

RASIO MANAJEMEN ASET Rasio Perputaran Persediaan dinyatakan sebagai berikut, Perputaran Persediaan = Biaya Operasi (rata-rata) persediaan) Untuk PT. TSR, perputaran persediaan tahun 20X2 adalah, Perputaran Persediaan = 1900 = 16,6x (117 + 112)/2 Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam satu tahun rata-rata persediaan berganti sebanyak 16,6x. Kalau dinyatakan dalam hari (kita anggap setahun = 360 hari) maka rata-rata barang ada di gudang selama = 360 hari + 16,6 = 22 hari (dibulatkan). Mengevaluir Piutang : Berapa Lama Piutang Dilunasi Oleh Pembeli (Days Sales Outstanding) Seringkali perusahaan mempersilahkan pembeli hasil produksinya secara kredit. Barang terjual, tapi uangnya diterima beberapa waktu kemudian. Kita bisa menggunakan pendekatan seperti pada evaluasi persediaan, yaitu dengan menghitung terlebih dahulu.

RASIO MANAJEMEN ASET Perputaran Piutang = Penjualan (Rata-rata) piutang Kemudian menghitung berapa lama piutang dilunasi oleh pembeli, atau Days Sales Outstanding (DSO) sebagai, DSO = Jumlah hari dalam 1 tahun Perputaran Piutang Kalau dia terapkan untuk PT. TSR tahun 20X2, maka Perputaran Piutang = 2.200 = 12,7x (170 + 176)/2 Sedangkan DSO nya adalah, DSO = 360 hari = 28,3 hari 12,7 Kita juga bisa menghitung DSO langsung dengan rumus sebagai berikut. DSO = Rata-rata Piutang Penjualan Setahun /360 = 173 2200/360 = 28,3 Hari

MENGEVALUIR TOTAL ASET : Rasio Perputaran Aset (Assets Turnover Ratio) Ratio ini mengukur efisiensi penggunaan seluruh aset dalam menciptakan penjualan perusahaan dengan total aset yang lebih sedikit tapi mampu menghasilkan penjualan yang sama, dinilai mempunyai efisiensi penggunaan aset yang lebih baik. Raio yang digunakan adalah, Perputaran Aset = Penjualan (Rata-rata) Total Aset Untuk PT. TSR pada tahun 20X2, Perputaran Aset = 2.200 = 2,45x (919 + 878)/2

RASIO-RASIO PENGELOLAAN HUTANG (FINANCIAL LEVERAGE) Penggunaan hutang bagi perusahaan mempunyai beberapa dampak penting : Dengan menggunakan hutang pemilik perusahaan (pemilik ekuitas) tidak perlu berbagi kepemilikan dengan pemasok dana Apabila perusahaan mampu menghasilkan laba dari investasi yang dibiayai dengan hutang tersebut, dan laba tersebut lebih besar dari biaya bunga yang harus dibayar, maka tingkat keuntungan pemilik perusahaan akan diperbesar (leveraged) sebagai akibat penggunaan hutang tersebut, meskipun risikonya juga meningkat Para Kreditur, sewaktu memberi pinjaman, akan memperhatikan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ekuitasnya semakin aman buat mereka. Bagaimana Perusahaan Dibiayai? RASIO TOTAL KEWAJIBAN DENGAN TOTAL ASET (Liabilities to Assets Ratio). Untuk keperluan analisis keuangan perusahaan, sering kali perlu dibedakan antara kewajiban (liabilities) dan hutang (debt). Debt adalah liabilities yang menimbulkan beban bunga, sehingga muncul akun biaya bunga di laba rugi. Meskipun debat juga merupakan bagian dari liabilities, semuanya harus dilunasi. Tetapi ada juga jenis kewajiban yang tidak menimbulkan beban bunga secara eksplisit, seperti accounts payable, accrued taxes, dan accrued wage.. Kreditur biasanya lebih tertarik pada kemampuan perusahaan membayar semua kewajibannya, bukan hanya debat saja. Karena itu rasionya adalah,

Liabitlies to Assets Ratio = Total Liabilities Total Aset Untuk PT. TSR pada tahun 20X2, Liabilities to Assets Ratio = (261 + 100) = 0.41 878 Angka ini menunjukkan sekitar 0.59 aset dibiayai oleh ekuitas. Semakin tinggi proporsi aset yang biayai oleh ekuitas, semakin aman kreditur untuk memperoleh kembali pinjaman yang diberikan. RASIO HUTANG TERHADAP EKUITAS (Debt to Equity Ratio) Meskipun digunakan istilah debt, tapi para kreditur akan menggunakan liabilities dalam perhitungan rasio ini. Rasio ini dinyatakan sebagai, Dept to Equity Ratio = Total Liabilites Total Ekuitas Untuk PT. TSR tahun 20X2, Debt to Equity Ratio = (261 + 100) = 0,70 517

KEMAMPUAN MEMBYAR BUNGA Times Interest Earned Ratio (TIE). Ratio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan membayar biaya bunga dengan menggunakan laba operasi yang dihasilkannya. Semakin besar, semakin bagus kemampuannya. Rasio ini dihitung dengan : TIE = Laba Operasi Biaya Bunga Untuk PT. TSR pada tahun 20X2 TIE = 300 = 5.36 56 Berarti pada tahun 20X2 PT. TSR mampu menghasilkan laba operasi 5.36x biaya bunga yang harus dibayar. Apabila TIE <1, maka berarti perusahaan tidak mampu membayar bunga dari laba operasinya.

DEBT SERVICE COVERAGE (DSC) Kewajiban yang harus dibayar dari penggunaan suatu sumber dana mungkin bukan hanya berasal dari pembayaran biaya bunga. Mungkin ada juga pembayaran angsuran pokok pinjaman dan biaya sewa (Leasing). Kemampuan membayar kewajiban-kewajiban tersebut bukan berasal hanya dari laba operasi, tetapi juga dari depresiasi dan amortisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur DSC juga dari depresiasi dan amortisasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur DSC adalah : DSC = EBITDA + Pembayaran Sewa Angsuran Pokok Pinjaman Biaya bunga + sewa + (1-t) Misalkan PT. TSR tidak menggunakan pendanaan Leasing sehingga tidak ada pembayaran sewa, tetapi perlu melunasi angsuran pokok pinjaman sebesar Rp 100 juta pada tahun 20X2 (ditunjukkan turunnya jumlah hutang jangka panjang dari Rp 200 juta menjadi Rp 100 juta), maka DSCnya adalah : DSC = 350 + 0 = 1,72 56 + 0 + 100/ (1-0,32) Angka tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 20X2 perusahaan masih mampu membayar kewajiban financialnya (dalam bentuk pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman) dari kegiatan operasinya (yaitu dari EBITDA-nya). Mengapa jumlah angsuran pokok pinjaman perlu dibagi dengan (1-t) hal ini disebabkan karena sementara bunga bisa dipakai mengurangi beban pajak, pembayaran angsuran pokok pinjaman tidak bisa. Karena itu perlu dibagi dengan (1- t). Kreditur jangak pendek lebih memperhatikan DSC, sedangkan kreditur jangka panjang lebih memperhatikan TIE.

RASIO-RASIO LIKUIDITAS Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban Financial yang harus segera dipenuhi (kewajiban jangka pendek). Kewajiban Financial jangka pendek terlihat pada neraca sebagai kewajiban lancar. PT. TSR pada tahun 20X2 mempunyai kewajiban lancar sebesar RP 261 juta. Apakah perusahaan bisa melunasinya tahun depan? Rasio-rasio yang bisa dipergunakan adalah, RASIO LANCAR ATAU CURRENT RATIO (CR) Rasio ini mengukur seberapa banyak aset lancar bisa dipakai untuk melunasi kewajiban lancar. Dinyatakan dalam rumus, CR = Aset Lancar Kewajiban Lancar Untuk PT. TSR pada tahun 20X2, CR = 328 = 1,26 261 Artinya, seandainya semua aset lancar perusahaan diubah menjadi kas, maka jumlah kas tersebut bisa dipakai untuk melunasi kewajiban lancarnya lebih dari cukup (yaitu 1,26 kali)

QUICK atau ACID TEST RATIO Karena persediaan merupakan akun yang paling lama untuk berubah menjadi kas (yaitu harus berubah dulu menjadi piutang), dan tingkat kepastian nilainya rendah (nilai persediaan mungkin tidak seperti yang tercantum pada neraca seandainya dijual, terutama untuk barang dalam proses), maka akun persediaan dikeluarkan dari perhitungan. Dengan demikian rasionya dinyatakan sebagai : Quick Ratio = Aset Lancar Persediaan Kewajiban Lancar Untuk PT. TSR pada tahun 20X2. Quick Ratio = 328 112 = 0.83 261 Nampak bahwa kalau persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan, jumlah kas dan piutang tidak cukup untuk membayar kewajiban lancarnya. RASIO NILAI PASAR Rasio ini mengukur bagaimana pasar modal (para pemodal) menilai suatu perusahaan. Bisa terjadi dua perusahaan menghasilkan laba setelah pajak yang sama, tetapi pasar menilai mereka tidak sama. Demikian juga bisa terjadi dua perusahaan mempunyai nilai buku ekuitas yang sama, tetapi pasar memberikan nilai pasar yang berbeda. Beberapa rasio yang sering dihitung adalah,

PRICE EARNINGS RATIO (PER) Rasio ini membandingkan harga saham per lema (yang ditentukan di pasar modal) dengan laba per lembar saham atau Earnings per share (EPS). EPS dihitung dengan membagi EAT dengan jumlah lembar saham, PER dihitung dengan : PER = Harga Saham per Lembar Laba per lembar saham Misalkan jumlah lembar saham PT. TSR adalah 1 juta lembar, dan harga saham pada akhir tahun 20X2 sebesar Rp 600. Karena EAT pada tahun 20X2 sebesar RP 166 juta, maka EPS = Rp 166 juta : 1 juta = RP 166 Maka, PER PT. TSR pada tahun 20X2, PER = 600 = 3.6 166 Apabila pasar modal efisien, rasio ini mengindikasikan pertumbuhan laba perusahaan. Semakin tinggi PER, para pemodal memperkirakan pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.

MARKET TO BOOK VALUE RATIO (MBV) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) rasio ini disebut sebagai Price to Book Value (PBV). Rasio membandingkan antara harga saham per lembar dengan nilai buku ekuitas per lembar. Karena itu dinyatakan sebagai : MBV = Harga saham per lembar Nilai buku ekuitas per lembar saham Dari neraca pada 20X2 diketahui bahwa nilai buku ekuitas sebesar Rp 517 juta. Dengan jumlah lembar saham sebanyak 1 juta lembar maka nilai buku ekuitas per lembar saham = Rp 517 juta + 1 juta = Rp 517 Karena itu MBV PT. TSR pada tahun 20X2 adalah : MBV = 600 = 1,16 517 Semakin tinggi MBV (atau PBV) menunjukkan penilaian para pemodal yang makin baik terhadap suatu perusahaan. Angka 1,16 menunjukkan bahwa para pemodal menghargai PT. TSR 0,16 di atas ekuitas yang sudah diinvestasikan. Kita bisa menghitung MBV bank Mandiri dan Unilever pada tabel 5.3 yaitu MBV (mandiri) = 2.49 dan MBV Unilever = 15.30

BAGAIMANA MENGGUNAKAN RASIO-RASIO KEUANGAN Pada umumnya digunakan dua cara untuk menafsirkan rasio-rasio keuangan. Dengan menggunakan asumsi bahwa metode akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari waktu ke waktu, dan sama dengan dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain (kalau ternyata berbeda, maka analis keuangan perlu melakukan penyesuaian), maka rasio-rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan : Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan dimasa yang lalu. Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan-perusahaan lain dalam suatu industri. Cara kedua relatif lebih baik karena bisa mengetahui kedudukan relatif perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Apakah kita berada di atas rata-rata, di bawah rata-rata atau termasuk rata-rata. Sayangnya ada kecenderungan untuk menjadi makin sulit mengelompokkan perusahaan ke dalam satu industri yang sama, karena banyak perusahaan yang tidak hanya menjalankan satu jenis bisnis saja. Cara lain adalah dengan membandingkan rasio keuangan dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Beberapa rasio keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan seperti dalam hal, penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan mengambil kebijakan kredit menjuala secara kredit dengan jangka waktu 3 bulan.

Dengan demikian maka periode rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan sekitar 90 hari, atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam satu tahun. Perusahaan mungkin juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi sebesar 1 bulan penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu, maka perputaran persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya tidak semua jenis rasio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan, sehingga penggunaan perbandignan dengan rasio tahun lalu dan/atau industri lebih sering dipergunakan. Tabel 5.7 Rasio keuangan beberapa jenis industri perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010 Industri Profit Margin (%) ROE (%) ATO *(x) DER PER PBV Rokok 14,2 35,4 1,83 0,92 19,87 7,08 Semen 30,1 25,7 0,84 0,63 16,64 4,65 Obat-obatan 13,8 10,9 1,29 1,44 10,43 2,89 Makanan terbaik 11,1 27,8 1,58 2,90 6,18 2,10 ATO = Asset Turnover = Perputaran Aset

ANALISIS KEUANGAN SISTEM DU PONT DAN ANALISIS BASIC EARNINGS POWER Dua sistem analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan, yaitu sistem Du Pont dan Basic Earnings Power, perlu kita pahami kesamaan dan perbedaannya. Kedua analisis tersebut memusatkan analisis pada ROE, semakin tinggi ROE akan makin baik bagi pemilik ekuitas. Tetapi meggunakan pendekatan yang berbeda. Sesuai pendekatan Du Pont maka : ROE = ROA x Equity Multiplier Ingat ROA (atau ROI) menunjukkan rasio antara laba setelah pajak dengan total Asset. Sedangkan Equity multiplier menunjukkan rasio antara total Asset dengan equity. Semakin banyak hutang yang digunakan semakin besar equity multipliernya. Jadi analisa Du pon mengatakan bahwa apabila suatu perusahaan menggunakan hutang yang makin banyak (berarti equity multipliernya, makin tinggi) tetapi mampu memperoleh ROA yang sama, maka perusahaan tersebut akan mempunyai ROE yang lebih tinggi. Rumus Du Pont tersebut apabila kita terapkan untuk PT. TSR pada tahun 20X2 hasilnya adalah : ROE = 18,5% x [{(919 + 878)/2} / {(438 + 517)/2}] = 18,5% x 1,881 = 34,8%

Analisis Basic Earnings Power (BEP) menggunakan permikiran bahwa peningkatan ROE bisa dilakukan dengan meminjam lebih banyak asal dana pinjaman tersebut bisa menghasilkan BEP yang lebih besar dari tingkat bunga pinjaman. Yang kedua, ROE akan meningkat apabila BEP makin tinggi. Berikut diilustrasikan contoh numerikal untuk menjelaskan kedua analisis tersebut dan mengapa sebenarnya kedua analisis tersebut (yaitu sistem Du Pont dan BEP) mempunyai pemikiran yang sama untuk dapat meningkatkan ROE. Misalkan ada dua perusahaan, PT. Anna dan PT. Paramita, mempunyai ROA yang sama, yaitu 10% dalam setahun. Laba setelah pajak kedua perusahaan tersebut masing-masing RP 2100 dengan total aset masing-masing sebesar Rp 21.000. PT. Anna tidak mempunyai hutang, sedangkan PT. Paramita mempunyai hutang Rp 10.000, dengan bunga 12% setahun. Kedua perusahaan membayar pajak penghasilan 30%. Sesuai dengan pendekatan Du Pont, maka mestinya PT. Paramita mempunya ROE yang lebih tinggi (karena ROA-nya sama sedangkan hutangnya lebih besar). Berapa ROE kedua perusahaan tersebut?

Tabel 5.8 Perbandingan ROA, ROE, dan BEP, PT. ANNA dan PT. PARAMITA PT. ANNA PT. PARAMITA EBIT Bunga 3000 0 4.200 0,12 x Rp 10.000 = 1.200 Laba Sebelum Pajak Pajak (30%) 3000 0 3000 900 EAT 2100 2100 Total Aset Hutang Ekuitas 21000 21000 21000 10000 11000 ROA ROE BEP = (2100 /21000) x 100% = 10% = (2100 /21000) x 100% = 10% = (3000/21.000) x 100% = 14,3% =(2100/21000) x100% =10% =(2100/11000) x 100% = 19,1% = (4200/21000) x 100% = 20% Bagaimana menghitung ROE dana BEP kedua perusahaan tersebut? kita mulai menghitungnya dari bawah, mulai dari baris EAT (laba setelah pajak). Kedua perusahaan memperoleh EAT yang sama, yaitu Rp 2100. Karena tarif pajak penghasilan yang dibayar sebesar 30%, maka laba sebelum pajak = Rp 2100/0,7 = Rp 3000. PT. Anna tidak menggunakan hutang, dan karenanya tidak membayar bunga, maka EBIT (laba sebelum bunga dan pajak) juga sebesar Rp 3000 PT. Paramita membayar bunga Rp 1.200 (karena mempunyai hutang RP 10.000 dengan bunga 12%), maka EBITnya = Rp 4.200

PT. Paramita mempunyai hutang Rp 10000, maka ekuitasnya = Rp 21.000 Rp 10.000 = RP 11.000. Sedangkan PT. Anna karena tidak mempunyai hutang, ekuitasnya = total asetnya, yaitu Rp 21.000 Perhitungan rasio-rasio keuangan tinggal menggunakan angka-angka yang sudah kita hitung tadi. Rasio-rasio keuangan tersebut menunjukkan bahwa ROE Paramita > ROE Anna, seperti yang tadi dijelaskan oleh analisis Du Pont. Mengapa bisa demikian? Analisis BEP memberikan jawabnya. Karena (1) BEP Paramita > BEP Anna, dan (2) BEP Paramita > dari suku bunga pinjaman.