ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO SKRIPSI

TINDAK TUTUR PEMBELI DENGAN PENJUAL SAYURAN DI PASAR SRENGAT KABUPATEN BLITAR

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Dalam komunikasikeberadaan bahasa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA JUAL WIRANIAGA DAN KARYAWAN SWALAYAN DI KUD MARDIRAHAYU 74 JUWIRING: TINJAUAN PRAGMATIK.

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI

ERIZA MUTAQIN A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DI KALANGAN ANAK TK BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DI KECAMATAN POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: NOFIKA ALFIANI A

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA SURAT DINAS DI BALAI DESA BUTUH KRAJAN, KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF OLEH USTAD MUHAMMAD NUR MAULANA DALAM ISLAM ITU INDAH PROGRAM TRANS TV SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

ANALISIS CAMPUR KODE OPERATOR TAKSI GELORA TAKSI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI TRUE OR FALSE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SINE KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012/2013

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh:

AHMAD KHOIRUL ANWAR NIM A

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY

KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK TENTANG BERTOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI

REALISASI TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA TENAGA KEPENDIDIKAN FKIP TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH NGASEM

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR GUNDIH KABUPATEN GROBOGAN: KAJIAN PRAGMATIK

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA SE KECAMATAN BOYOLALI DALAM PELAKSANAAN PENILAIAN PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Drajat S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. Disusun oleh : ARIYANI A53C090015

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan

PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

Transkripsi:

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian Pernyataan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah ALFIAN KRIDA DANUARTA A 310 080 109 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrohim Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : ALFIAN KRIDA DANUARTA NIM : A 310 080 109 Fak/ Prodi : FKIP / Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Jenis : SKRIPSI Judul : ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 29 Januari 2014 Yang Menyatakan Alfian Krida Danuarta A 310 080 109

ABSTRAK ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK Alfian Krida Danuarta, A 310 080 109, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 69 halaman Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: (1) memahami dan menjelaskan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali dan (2) memahami dan menjelaskan maksud yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan objek penelitian penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekaman, simak, dan catat. Analisis data menggunakan metode padan. Hasil peneltian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literaldiantaranya meliputi: (a) bentuk tuturan yang berupa sindiran terdapat satu tuturan, (b) bentuk tuturan yang berupa rayuan terdapat tiga tuturan, dan (c) bentuk tuturan yang berupa penawaran terdapat empat tuturan, (2) maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Maksud tindak tutur tidak langsung tidak literal diantaranya meliputi: (a) tuturan yang bermaksud menolak lawan tutur terdapat tiga tuturan, (b)tuturan yang bermaksud mengungkapkan kebohongan terdapatsatu tuturan, dan (c) tuturan yang bermaksud merayu terdapat dua tuturan. Kata kunci: tindak tutur, tidak langsung tidak literal 1

A. PENDAHULUAN Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat vital dalam kehidupan. Bahasa adalah alat vital komunikasi yang juga dapat dipergunakan untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau membahas persoalan yang dihadapi. Menurut Keraf (1994: 1) bahasa ialah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tarigan (1991: 13) mengemukakan bahwa komunikasi adalah pertukaran ideide, gagasan-gagasan, informasi, dan sebagainya antara dua orang atau lebih. Komunikasi secara lisan sebagai pertukaran informasi melalui penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal, mode-mode, serta proses-proses produksi dalam berbahasa. Penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal yang ditemui dalam bahasa lisan yang digunakan oleh seseorang saat berbicara sering ditanggapi secara berbeda oleh partisipan atau lawan bicara.untuk mudah dipahami oleh partisipan, pembicara memerlukan tidak tutur atau pertuturan secara teratur. Yule (2006: 82-83) tindak tutur adalah suatu tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Jenis-jenis tindak tutur itu sendiri menurut Wijana (1996: 36) dibagi menjadi 8: Tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur angsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan berlangsungnya ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur banyak dilihat pada makna/arti tindakan dalam tuturanya. Tindak tutur dan peristiwa tutur adalah dua gejala yang terjadi pada suatu proses yaitu proses komunikasi (Chaer dan Agustina, 1995: 61). 2

Peneliti tertarik mengkaji tindak tutur tidak langsung tidak literal, yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan, karena dalam tindak tutur ini penutur menyimpan maksud lain, dari sini lah ketertarikan peneliti untuk mengkaji maksud-maksud yang sebenarnya ada dalam tuturan tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual buah. Berikut contoh dialog penjual dan pembeli mengungkapkan tuturan yang modus kalimat dan maknanya tidak sesuai dengan yang hendak diutarakan. (1a) Pembeli : Mbah lombok e sekilone pinten? (Mbah lomboknya sekilo berapa?) Pedagang : kuwi sekilone 20 ewu mbak. (itu sekilonya 20 ribu mbak.) Pembeli : kok murah, napa mboten angsal kirang mbah? (Murah sekali, apa tidak bisa kurang mbah?)(sd 1 ) Tuturan (1a) kok murah, napa mboten angsal kirang mbah? merupakan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal karena dalam tuturan tersebut penutur mengungkapkan secara langsung maksud dan tujuan yang diharapkan. Penutur menyindir secara halus kepada pedagang cabai dengan tujuan agar pedagang cabai mau manurunkan harga cabainya tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian yang berjudul Analisis Tindak Tutur antara Pembeli dengan Penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali: Kajian Pragmatik. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali? 2. Bagaimana maksud yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali? Ada dua tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini. 3

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan maksud yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi: 1. Manfaat Teoretis Dapat memberikan pengetahuan bahasa tentang tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali serta dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kajian ilmu bahasa tindak tutur di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap penelitian berikutnya dan dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk bersikap kritis dan kreatif dalam menyikapi perkembangan tindak bahasa. B. METODE PENELITIAN Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli yaitu di Pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaen Boyolali. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai bulan Maret 2012. Rincian kegiatan seperti pengajuan judul, proposal penelitian, proses penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Djajasudarma (1993: 3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasannya seperti peristilahan. Teknik pengumpulan data berupa teknik rekaman, teknik simak, dan teknik catat. Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 90). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat 4

penentunya diluar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:3). Dalam penelitian ini yang harus diperhatikan untuk menhgiji keabsahan penelitian adalah triangulasi data/sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti, triangulasi teori. Pada tahap analisis data dilakukan dengan metode padan. Metode padan a dalah metode yang alat penentunya diluar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:3). C. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Lokasi Penelitian Lahan yang sekarang menjadi sebuah pasar sayur ini dulunya merupakan sebuah lapangan. Pasar sayur ini karang sering disebut pasar cepogo, karena pasar ini pertempat di Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Pasar ini bediri pada saat penjajahan kolonial Belanda, dapat dikatakan lebih tepatnya pada tahun 1917. Pertama kali pasar ini berdiri di Desa Jonggol, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Pasar sayur ini didirikan sebagai pusat penjualan sayur bagi para petani sayur yang berada di Kabupaten Boyolali. 1. Bentuk-bentuk Tindak tutur tidak langsung tidak literal a. Bentuk tuturan yang berupa sindiran Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada penggalan tuturan berikut. (1a) Pembeli : Teronge miro? (Teorongnya berapa?) (1b) Penjual : Teronge rongewu seprapat. (Terongnya Rp 2.250) (1c) Pembeli : lha saiki terong regane murah ki! Sewu seprapat yo? (Sekarang terong harganya murah itu! Rp 1.250 ya) (1d) Penjual : Raetuk (Tidak boleh) 5

Pada tuturan (1c) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa sindiran terdapat pada kalimat lha saiki terong regane murah ki! (sekarang terong harganya murah itu!). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada pedagang (mitra tutur) bahwa harga terong yang sekarang murah dari pada harga yang dipatok oleh penjual. Pada hal dalam hatinya, pembeli tersebut berkata bahwa harga terongny sangat mahal. (b1) suara radionya keras sekali, (b2) matikan! Pada tuturan (b1) suara radionya keras sekali, merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut berupa perintah yang bermaksud agar suara radionya bisa dikecilkan. b. Bentuk tuturan yang berupa rayuan Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Mbok ora larang-larang to mbak? (Jangan mahal-mahal to mbak?) (1b) Penjual : Ora larang (Tidak mahal) (1c) Pembeli : Wis 18 entuk opo ora mbak? (yasudah 18 dapat apa tidak mbak?) (1d) Penjual : Ora entuk, rongewu tenan kae entuk potongan e mbak. (Tidak boleh, Rp 2.000 itu juga dapat potongan mbak) Pada tuturan (1a) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa rayuan terdapat pada kalimat Mbok ora larang-larang to mbak (Mbok jangan mahal-mahal to mbak). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa pembeli menginginkan harganya boleh berkurang lagi. (2a) Pembeli : Pinten niki sawine buk? 6

(berapa ini buk sawinya?) (2b) Pedagang : Sewu gangsalatusan. (seribu limaratusan) (2c) Pembeli : mboten saget kirang niki? (ini tidak boleh kurang) (2d) Pedagang : mpun pas niku, sawine niku sae mbak.(sd 2 ) (sudah harga pas itu, sawinya itu bagus mbak.) (2e) Pembeli : sing niki? (yang ini?) (2f) Pedagang : nggih mbak. (iya mbak.) Pada tuturan(2d) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa rayuan terdapat pada kalimat sawine niku sae mbak. Jadi, di sini pedagang sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa sayur sawi yang akan dibeli kualitasnya bagus. (1b) berasmu bagus kok pak. (2b) jelas bagus bu, harganya juga mahal. Pada tuturan (b1) berasmu bagus kok pak, diatas termasuk di dalam tindak tutur langsung tidak literal. Jadi, disini pembeli (penutur) mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa beras yang dia jual bagus. c. Bentuk tuturan yang berupa penawaran Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Kobise piro? (Kobisnya berapa?) (1b) Pedagang : Loro seprapat, Sarbi mau nganyang rongewu lho mbak, tenan! (Rp 2.250, Sarbi tadi menawar Rp 2.000 lho mbak, tenan!) 7

(2c) Pembeli : Kurang seprapat entuk opo ora? (Rp 1.750 dapat apa tidak?) Pada tuturan (2c) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa penewaran terdapat pada kalimat Kurang seprapat entuk opo ora? (Rp 1.750 dapat apa tidak?). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa harga kobis tersebut mahal. Di sini pembeli menawar harga kobis tersebut agar harganya bisa kurang. 2. Maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal a. Mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak lawan tutur Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Kobise piro? (Kobisnya berapa?) (1b) Pedagang : Loro seprapat, Sarbi mau nganyang rongewu lho mbak, tenan! (Rp 2.250, Sarbi tadi menawar Rp 2.000 lho mbak, tenan!) (1c) Pembeli : Kurang seprapat entuk opo ora? (Rp 1.750 dapat apa tidak?) (1d) Penjual : Ora entuk, pancen sarbi nganyang rongewu, aku ngepas ngakon yu sarbi yo rongewu seprapat. (Tidak boleh, memang sarbi menawar Rp 2.000, saya tetap menyuruh yu sarbi Rp 2.250). Pada tuturan (1d) di atas maksud tindak tutur tidak langsung tidak literal yang mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak lawan tutur terdapat pada kalimat Ora entuk, pancen sarbi nganyang rongewu, aku ngepas ngakon yu sarbi yo rongewu seprapat (tidak boleh, 8

memang sarbi menawar Rp 2.000, saya tetap menyuruh yu sarbi Rp 2.250). Jadi, penjual sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa penjual tidak memperbolehkan harga kobisnya turun, agar tetap dengan harga Rp 2.250. (2a) dimakan dulu saja mas mienya, dari pada keburu dingin. Pada tuturan (2a) dimakan dulu saja mas mienya, dari pada keburu dingin. Diatas termasuk dalam tindak tutur langsung tidak literal berupa pengungkap perintah. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) agar segera memakan mienya sebelum mienya dingin. b. Pengungkap kebohongan Tuturan yang dimaksuddapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Lha sing ndisik piro? (Yang dulu berapa?) (1b) Pedaagang :Sing ndisik loro setengah, yo tak etung nemlikur wae dari pada rame, aku bakul raseneng angel-angel. (Yang dulu dua setengah, saya hitung dua puluh enam saja dari pada bertengkar, saya penjual tidak suka susah-susah.) (1c) Pembeli : Wong mas anto we sing ndisik jarene dietunge patlikur kok saiki dadi pitulikur.(sd 1 ) (Kata Mas Anto dulu dihitung dua puluh empat kenapa skarang jadi dua puluh tujuh.) Pada tuturan (1c) di atas maksud tindak tutur tidak langsung tidak literal yang mengungkapkan kebohongan terdapat pada kalimat wong mas 9

Anto we sing ndisik jarene dietunge patlikur kok saiki dadi pitulikur (Kata Mas Anto dulu dihitung dua puluh empat kenapa skarang jadi dua puluh tujuh). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada pedagang (mitra tutur) bahwa penjual tersebut berbohong bahwa harga yang diberikan kemarin dengan yang sekarang berbeda dan lebih mahal. (2a) semangkanya beli yang warna kuning apa yang warna merah mbak? Pada tutran (2a) semangkanya beli yang warna kuning apa yang warna merah mbak? diatas termasuk dalam tindak tutur langsung tidak literal yang berupa penegasan. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa penjual menegaskan kepada pembeli mau membeli semangka yang warna kuning apayang warna merah. c. Pengungkap modus berita dengan maksud merayu Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Mas kentange sing koyo biasane endi? (Mas kentang yang biasanya mana?) (1b) Pedagang : piro? (Berapa?) (1c) Pembeli : Sing limangewu. (yang Rp 5.000) (1d) Penjual : O iyo, pirang kilo? (O iya, berapa kilo?) (1f) Pembeli : Sepuluh (10 kg) (1g) Penjual : Yo (Ya) (1h) Pembeli : Sing endi? Sing rodo gedhe. (Yang mana? Yang agak besar) (1i) Penjual : Raeneng, ki bayaren limangewu tak longke iki, iki wis payu. 10

(Tidak ada, yang ini bayar Rp 5.000 saja saya kurangkan yang ini, yang ini sudah laku) Pada tuturan (1i) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa penawaran terdapat pada kalimat Raeneng, ki bayaren limangewu tak lungke iki, iki wis payu (Tidak ada, yang ini bayar Rp 5.000 saja saya kurangkan yang ini, yang ini sudah laku). Jadi, penjual sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa harga Rp 5.000,00 untuk membeli kentang yang besar tidak boleh dan panjual bermaksud merayu pembeli agar pembeli mau membeli kentang yang agak kecil walaupun kentang yang dijual tersebut sudah dibeli oleh orang lain. (a1) jeruknya satu kilo pak. (a2) tidak sekalian klengkengnya bu? Klengkengnya manis manis bu. Pada tuturan (a2) tidak sekalian klengkengnya bu?diatas termasuk dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa klengkengnya manis-manis, agar pembeli mau membeli buah klengkengnya. D. SIMPULAN Sejalan dengan perumusan dan pembahasan masalah yang telah disajikanpada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Terdapat dua hal pokok yang perlu disampaikan dalam simpulan ini. duasimpulan yang dimaksud dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. a. Tuturan yang berupa sindiran terdapat satu tuturan. b. Tuturan yang berupa rayuan terdapat tiga tuturan. 11

c. Tuturan yang berupa penawaran terdapat empat tuturan. 2. Maksud yang terkandung pada tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang sayur di di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. a. Maksud mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak lawan tutur terdapat tiga tuturan. b. Maksud yang mengungkap kebohongan terdapat satu tuturan. c. Maksud yang mengungkap modus berita dengan maksud merayu terdapat dua tuturan. Implikasi Dari hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat memberikan manfaat bagi pedagang dalam proses jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat meningkatkan pendapatan pedagang dan menarik pembeli untuk membeli dagangannya Bagi pembaca, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu wawasan dalam memahami bentuk-bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal dan maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal khususnya dikalangan pedagang sayur. Saran Dalam penelitian ini, peneliti menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu, serta dana. Untuk itu, penelitimenyarankan kepada peneliti lain agar mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang sayur di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. DAFTAR PUSTAKA Djajasudarma, Fatimah.1993. Metode Linguistik Ancaman Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT GRESCO. 12

Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional. Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kamus Linguistik.edisi Ke-3. Gramedia PustakaUtama. Jakarta. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahardi, Kujana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: DuaWacana University Press. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar, Teori, dan Penerapan dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press. 13