FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-IV Kebidanan INTI SARI Latar belakang:. Intra Uterine Device (IUD) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian Intra Uterine Device (IUD) yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas (BKKBN, 2005). Studi pendahuluan yang peneliti dilakukan pada Tahun 2012 jumlah akseptor sebanyak 1.034 jiwa tapi yang menggunaka alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) (0,45%). Tujuan Penelitian: Mengetahui Faktor- Faktor Yang mempengaruhi Penggunaan alat Kontraseps KB Intra Uterine Device (IUD) DI Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie tahun 2013. Metode Penelitian:Analitik,dengan pendekatan cross sectional dilakukan pada bulan juni diwilayah kerja.populasi Penelitian seluruh Akseptor KB yang berjumlah 175 orang. Pengambilan sampel melalui propartional stratified sampling.data yang dikumpulkan adalah penggunaan IUD,Pendidikan ibu,pengetahuan dan dukungan suami.pengolahan data dilakukan dengan menggunakan chi square dengan tingkat kemaknaan 95% (P<0,05). Hasil Penelitian: menunjukan bahwa 63 responden yang menunjukkan bahwa 88.9% ibu yang berada pada jenjang pendidikan rendah tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi, 100% ibu yang memiliki pengetahuan rendah tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi, 88.6% ibu yang tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi tidak ada dukungan dari suami. Kesimpulan dan saran: dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pendidikan, pengetahuan dan dukungan suami berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi IUD pada akseptor KB. Dan disarankan atau Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya di bidang pelayanan Keluarga Berencana agar dapat selalu memberikan penyuluhan, bimbingan serta saransaran kepada ibu-ibu akseptor KB agar memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang alat kontrasepsi IUD Kata kunci : Akseptor KB, Pendidikan, Pengetahuan, Dukungan Suami Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah besar dan memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya. Salah satu bentuk perhatian khusus pemerintah dalam menanggulangi angka kelahiran yang tinggi tersebut, adalah denganmelaksanakan pembangunan dan keluarga berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). Program BKKBN memberikan penekanan pada kontrasepsi IUD terutama adalah Cu T380 A yang menjadi primadona BKKBN. Adapun keuntungan keuntungan dari alat kontrasepsi tersebut adalah efektif segera setelah pemasangan, merupakan metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan tidak perlu diganti) Angka 1
kegagalan hanya satu dalam 125-170 kehamilan, Akseptor tidak perlu mengingat ngingat kapan dia harus ber KB. Tidak ada pengaruh terhadap lingkungan seksual, meningkatkan kenyamanan tanpa takut hamil. Tidak ada efek samping hormon dengan Cu T380 A. Tidak ada pengaruhnya terhadap hambatan dan volume ASI dapat dipasang segera setelah melahirkan atau Perolehan data dari Dinas Kependudukan Kesejahteraan dan Tenaga kerja diprovinsi Aceh tahun 2012 bahwa jumlah keseluruhan penduduk diprovinsi aceh adalah 411.976 jiwa, jumlah keseluruhan pemakai KB berjumlah 151,436, pil (36,1%), suntik (43,7%), implant (3,59%), kondom (11,8%), IUD (3,72%), MOW (0,8%), MOP (0,01%), dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala maupun senggama terputus (BKKBN, 2012). Berdasarkan data dari Puskesmas simpang tiga tahun 2012 yang menggunakan alat kontrasepsi terdiri dari: pil (4,6%), suntik (4,5%), kondom (0,7%), implant (0,01%), IUD (0,00%) Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa AKDR sangat rendah, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor diantaranya rendahnya pendidikan, ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD. Di mana pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrsepsi yang digunakan, kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrsepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, Adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrsepsi IUD, Norma-norma dimasyarakat, salah satunya pemasangan IUD yang dilakukan diaurat (vagina), sehingga menimbulkan perasaan malu sehingga enggan untuk menggunakan IUD (Maryatun 2007). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apa Sajakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan alat Kontrasepsi KB Intra Uterine Device ( IUD) Di Wilayah Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan alat Kontrasepsi KB Intra Uterine Device (IUD ) Di Wilayah Puskesmas Simpang Tiga kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan Akseptor KB terhadap penggunaan alat Kontrasepsi KB IUD Di Wilayah Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan Akseptor KB terhadap penggunaan alat Kontrasepsi KB IUD Di Wilayah Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. c. Untuk Mengetahui pengaruh Dukungan keluarga Akseptor KB terhadap penggunaan alat Kontrasepsi KB IUD Di Wilayah Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. 2
Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi guna meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang Intra Uterine Device ( IUD) 2. Bagi Tempat Penelitian Bagi puskesmas lebih mempromosikan tentang pemakaian IUD dan menambah wawasan akseptor tentang manfaat dan keunggulan menggunakan metode alat kontrasepsi dalam rahim 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan informasi untuk peningkatan strategi pengembangan dan penelitian tentang pengetahuan IUD yang lebih efektif dimasa yang akan datang 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penenelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Bagi Akseptor KB Sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang bertujuan untuk menambah wawasan akseptor KB Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo, 2005, Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep, konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep penelitian ini, Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, dan Dukungan Suami terhadap faktor-faktor penggunaan kontrasepsi IUD Di wilayah Kecamatan Kabupaten Pidie Tahun 2013. Karena keterbatasan waktu dan biaya,penulis hanya memfokuskan pada variabel, pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga dapat dilihat pada bagan dibawah ini: Variabel Independent Variabel Dependent Pendidikan Pengetahuan Dukungan Suami Hipotesa 1. Ha: Ada pengaruh pendidikan Akseptor KB terhadap penggunaan IUD. 2. Ha : Ada pengaruh pengetahuan Akseptor KB terhadap penggunaan IUD. 3. Ha: Ada pengaruh Dukungan Suami Akseptor KB terhadap penggunaan IUD Jenis Penelitian Penelitian ini adalah bersifat Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama mengetahui faktor-factor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrsepsi KB IUD diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akseptor KB yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Simpang Tiga jumlah akseptor KB bulan Januari s/d Juni 2013 yang berjumlah 494 orang. Pemilihan sampel peneliti didasarkan atas kriteria inklusi yaitu: karakteristik umum subjek penelitian Pengaruh penggunaan Alat kontrasepsi KB IUD 3
dari suatu populasi target yang terjangkau akan diteliti, kriterianya adalah: Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Sampel dicari dengan menggunakan rumus Slovin ( Notoatmodjo, 2010 ) yaitu : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. pada tanggal 1 sampai 7 Juni 2013. Jenis Pengumpulan data Data Primer Data yang dikumpulkan adalah data yang langsung diperoleh dilapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden. Kemudian peneliti menjelaskan tentang petunjuk pengisian kuesioner, setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan untuk isi. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner untuk memudahkan responden jika ada hal-hal yang tidak mengerti, dapat ditanyakan langsung kepada peneliti. Data Sekunder Data yang penulis peroleh dari Dinas Kesehatan, Klinik bidan swasta dan dari Puskesmas setempat, data Puskesmas Simpang Tiga serta referensi yang berkaitan dengan penelitian Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010) Pengolahan data dilakukan dengan tahap sebagai berikut : Editing, Coding, Transfering, Tabulating No. 1 2 Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Penggunaan Kontrasepsi IUD Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Tahun 2013 Penggunaan Metode Kotrasepsi IUD Menggunakan Tidak Menggunakan. Jumlah (%) 11 72 13,3 86,7 Jumlah 83 100 Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah kerja yaitu sebanyak 72 (86,7%) tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi. b. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Akseptor KB di Wilayah Kerja Tahun 2013 No. Pendidikan Jumlah (%) 1. 2. 3. Tinggi Menengah Dasar. 20 49 14 24,1 59,0 16,9 Jumlah 83 100 4
N o. 1. 2. 3. Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden di wilayah kerja berada pada jenjang pendidikan menengah yaitu 49 (59,0%). c. Pengetahuan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Akseptor KB di Wilayah Kerja Tahun 2013 Pengetahuan Jumlah (%) Tinggi Sedang Rendah 23 20 40 27,7 24,1 48,2 Jumlah 83 100 Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah kerja yaitu 40 (48,2%) memiliki pengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi IUD. d. Dukungan Suami Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan suami Akseptor KB di WilayahKerja Tahun 2013 N o. 1. 2. Dukungan Suami Jumlah (%) Mendukung Tidak Mendukung 61 22 73,5 26,5 Jumlah 83 100 Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah kerja yaitu 61 (73,5%) mendapatkan dukungan suami dalam menggunakan alat kontrasepsi. 2. Analisa bivariat a. Pengaruh Pendidikan Akseptor KB Terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD Tabel 4.5 Pengaruh Pendidikan Akseptor KB Terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Wilyah Kerja Tahun 2013 Pendidikan Penggunaan IUD Total P Value Menggunakan Tidak Menggunakan f % f % f % Tinggi 8 40,0 12 60,0 20 100 0,000 Menengah Dasar 3 0 6,1 0,0 46 14 93,9 10,0 49 14 100 100 Jumlah 11 13,3 72 86,7, 83 100 Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa 14 (100%) ibu yang berada pada jenjang pendidikan dasar tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi, sedangkan 8 (40%) ibu dengan pendidikan tinggi memilih IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada Pengaruh yang signifikan antara 5
pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi IUD b. Pengaruh Pengetahuan Ibu Akseptor KB Dengan Penggunaan IUD Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Akseptor KB Terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Wilyah Kerja Tahun 2013 Pengetahuan Penggunaan IUD Total P Value Menggunakan Tidak Menggunakan f % f % f % Baik Cukup Rendah 9 0 2 39,0 0 5,0 14 20 38 5,0 0 39,1 23 20 40 100 100 100 0,000 Jumlah 11 13,3 72 86,7 83 100 Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa 38 (95%) ibu yang memiliki pengetahuan kurang tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi, sedangkan 9 (39,1%) ibu dengan pengetahuan baik memilih IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil c. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Penggunaan IUD uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada Pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Tabel 4.7 Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Tahun 2013 Dukungan Suami Penggunaan IUD Total P Value Menggunakan Tidak Menggunakan f % f % f % Mendukung 11 18,0 50 82,0 61 100 0,032 Tidak Mendukung 0 0 22 100 22 100 Jumlah 11 13,3 72 86,7 83 100 Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa 22 (100%) ibu yang tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi tidak ada dukungan dari suami. Dan sebanyak 11 (18%) ibu yang ada dukungan dari suami memilih IUD sebaga alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.032, sehingga memperlihatkan ada pengaruh yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi IUD. C. Pembahasan 1. Pengaruh Pendidikan Dengan Penggunaan IUD 6
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,0% pendidikan ibu akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga berada pada jenjang pendidikan menengah yaitu tingkat SMA. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan-bahan / materi pendidikan pada sasaran pendidik (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku dan tujuan (Notoatmodjo, 2005). Hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 100% ibu yang berada pada jenjang pendidikan rendah tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi, sedangkan 40% ibu dengan pendidikan tinggi memilih IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Berdasarkan hasil analisis bivariat tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemakaian metode kontrasepsi IUD. Berarti terdapat kecenderungan bahwa pendidikan tinggi seseorang akan berpengaruh terhadap pemakaian metode kontrasepsi IUD. Hal ini dimungkinkan bahwa selama proses pembelajaran berkaitan dengan informasi pelayanan KB. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pemakaian metode kontrasepsi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, yang berarti tingkat pendidikan ibu sebelumnya akan mempengaruhi ibu dalam praktek pemakaian metode kontrasepsi IUD. Penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan di Kenya menunjukan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi IUD dan Implant dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Sedangkan responden yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk menggunakan metode kontrasepsi IUD (Magadi, 2003) 2. Pengaruh Pengetahuan Dengan Penggunaan IUD Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa 48,2% pengetahuan tentang alat kontrasepsi pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga berada pada kategori kurang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan 7
manusia diperoleh melaui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 95% ibu yang memiliki pengetahuan kurang tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi, sedangkan 39,1% ibu dengan pengetahuan baik memilih IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.000, sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi IUD karena semakin baik pengetahuan responden maka tingkat kesadaran responden untuk menggunakan IUD semakin tinggi karena IUD lebih efektif dibandingkan KB lain. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD dikarenakan kurangnya pengetahuan akseptor tentang kelebihan metode tersebut. Ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan metode kontrasepsi IUD disebabkan informasi yang disampaikan petugas pelayanan KB kurang lengkap. Menurut asumsi peneliti pengetahuan akseptor KB sangat erat kaitannya terhadap pemilihan alat kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap metode kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif digunakan sehingga membuat pengguna KB lebih nyaman terhadap kontrasepsi tersebut dan dengan pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai bagi pengguna itu sendiri.. 3. Pengaruh Dukungan Suami Dengan Penggunaa IUD 4. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan terdapat 26,5% suami di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yang tidak memberikan dukungan kepada istri untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003) dukungan adalah sokongan, penunjang, bantuan. Dalam hal ini adalah sokongan, dukungan, bantuan suami sebagai pasangan hidup dari akseptor dalam menentukan keputusan pilihan terhadap tindakan yang akan dilakukan yaitu jenis pemilihan kontrasepsi yang digunakan. Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan yang membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan 8
kepuasan psikologis (Radmacher, 2008) Berdasarkan hasil analisa data bivariat menunjukkan bahwa 100% ibu yang tsidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi tidak mendapatkan dukungan dari suami. Dan sebanyak 18% ibu yang mendapatkan dukungan dari suami memilih IUD sebagai alat kontrasepsi. Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada = 0.05 didapatkan nilai P Value 0.032, sehingga memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak, karena suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah tangga dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak menyetujui pasangan untuk menjadi akseptor KB karena mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja berbagai alat kontrasepsi yang ditawarkan dan suami akan kawatir tentang kesehatan istrinya. Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Pinem (2009), suami dan isteri membicarakan/mempertimbangkan secara bersama-sama untuk memilih kontrasepsi terbaik yang disetujui bersama, saling berkerjasama dalam penggunaan kontrasepsi, memperhatikan tanda-tanda bahaya penggunaan kontrasepsi dan menanggung biaya untuk penggunaan kontrasepsi. Menurut Prawirohardjo (2011), ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Menurut asumsi peneliti dukungan dari suami dalam penggunaan kontrasepsi sangat diperlukan karena tanpa adanya dukungan dari suami rasa nyaman untuk menggunakan kontrasepsi tidak akan didapatka, metode kontrasepsi tidak dapat dipaksakan pasangan suami isteri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda dan bahaya. PENUTUP Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik secara chi square mengenai faktorfaktor apa saja yang berpengaruh dalam penggunaan alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada Pengaruh antara pendidikan dengan penggunaan Kontrasepsi IUD dengan nilai p=0,016 (p<0,05). 2. Ada Pengaruh antara pengetahuan dengan penggunaan Kontrasepsi 9
IUD dengan nilai p=0,016 (p<0,05). 3. Ada Pengaruh antara dukungan suami dengan penggunaan Kontrasepsi IUD dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Saran 1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan dengan metode dan variabel yang lebih kompleks tentang kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD). 2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya di bidang pelayanan Keluarga Berencana agar dapat selalu memberikan penyuluhan, bimbingan serta saran-saran kepada ibu-ibu akseptor KB agar memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang alat kontrasepsi IUD. 3. Diharapkan institusi pendidikan agar dapat menjadikan karya tulis ilmiah ini sebagai bahan tambahan dalam belajar dan dapat menambah referensi perpustakaan. REFERENSI Arikunto, 2007. Manajemen Penelitian, Renika Cipta. Jakarta Pengendalian Lapangan. Perwakilan Provinsi Aceh, 2008. Modus Workshop, Dua Anak Lebih Baik. Di akses Tanggal 23 Mei 2013 Hartanto, H. 2010, Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta Harna, 2010. Indikasi Pemasangan IUD Diakses Tanggal 25 Mei 2013 Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi. Cv. Tans Info Media: Jakarta. Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Sugiyono. (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Sulistyawati Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta, Salemba Medika. Sukmadinata. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakaya. Bkkbn, 2012. Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencacatan Dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Dan 10