DAMPAK ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR CANDI BOROBUDUR

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan memanfaatkan kekayaan alam

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. atas kehilangan-kehilangan yang mereka alami, mulai dari anggota keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tahun 1994, 1997, 1998, antara tahun , 2006 dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

XI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. erupsi Merapi terhadap sektor pertanian dan lingkungan TNGM di Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB III LANDASAN TEORI

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. bandang Wasior di Irian, Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat hingga

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama Desa Guru Kinayan,

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

118 I. Pendahuluan Borobudur merupakan wilayah kecamatan yang berada di Kabupaten DAMPAK ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR CANDI BOROBUDUR Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dimana terletak sebuah Candi Peninggalan Wangsa Syailendra. Pada lingkungan yang hijau, sejuk dengan hamparan yang indah, bermukim tak kurang 3.000 pedagang mengais rejeki di areal wisata tersebut. Desa-desa sekitarnya juga ikut menikmati dampak keberadaan Candi Oleh : Wito Prasetyo Borobudur sebagai obyek wisata, sehingga mampu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Kenyamanan, keindahan tersebut berubah seketika saat Gunung Merapi Meletus tanggal 26 Oktober kemudian disusul letusan besar tanggal 5 Nopember 2010, keadaan panorama yang hijau, cuaca yang sejuk dan banyak dikunjungi wisatawan kini berubah menjadi gelap karena tertimbun abu vulkanik Gunung Merapi, begitu pula desa-desa sekitar Candi Borobudur. Sebaran dampak Letusan Merapi 2010 di kawasan wisata Borobudur cukup merata, 20 desa di kawasan tersebut terkena dampaknya. Hal yang terparah adalah sektor pertanian. Melihat peta sebaran tersebut Erupsi Gunung Merapi telah menyebabkan lumpuhnya perekonomian di kawasan Borobudur. 20 desa di kawasan Borobudur luluh lantak akibat debu dan pasir Merapi. Ranting pohon patah, atap rumah penuh debu dan pasir, jalan-jalan dan pekarangan rumah juga demikian, tiada lahan yang terbebas dari guyuran abu vulkanik Gunung Merapi. Bencana erupsi Merapi Oktober dan November 2010 memberikan dampak yang luar biasa pada keadaan sosial kemasyarakatan penduduk Kabupaten Magelang secara umum. Erupsi tersebut juga berdampak pada aspek mental, spiritual, pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, sumberdaya alam, dan perekonomian secara umum. Hal ini bisa dilihat dari waktu terjadinya bencana sampai penanganan korban pasca erupsi terjadi. Keadaan sosial masyarakat terutama pengungsi yang berada dalam barak pengungsian yang sesak dan beban pikiran yang sangat berat pasca letusan Merapi sangat memungkinkan mereka mengalami gangguan psikologis. II. Dampak Sosial Ekonomi Sebagai contoh riil adalah kerusakan di Kecamatan Borobudur. Kerusakan

119 120 yang terjadi akibat erupsi Merapi sedikitnya tak kurang dari 3.000 jiwa (Pedagang) desa di wilayah Kecamatan Borobudur, namun dampak terparah adalah pada kehilangan mata pencaharian untuk sementara waktu. Hal ini sektor pertanian dan dikarenakan ditutupnya Candi Borobudur dari kunjungan wisatawan. usaha kecil rumah tangga. Sementara itu di desa-desa penuh abu vulkanik sehingga menutup lahan Dari beberapa pertanian dan mematahkan ranting pohon. Sarana telepon rusak, listrik padam, faktor tersebut, faktor dan lahan pertanian hancur. Upaya pemulihan seyogyanya merambah sektor- ekonomi dalam bidang sektor tersebut agar paling tidak menghidupkan kembali aktivitas produksi produksi, sehari-hari warga yang kebanyakan lahan pekerjaan mereka hilang karena Abu pariwisata, perdagangan Vulkanik tersebut. serta pertanian menjadi Kerugian Kawasan Wisata Borobudur akibat dampak Erupsi Merapi 2010, hal penting berkaitan dengan: akselerasi pemulihan industri dalam 1. Gagal panen aktivitas secara umum. 2. Terhentinya aktivitas Industri Rumah Tangga Pada pemulihan faktor 3. Terhentinya aktivitas Pariwisata ekonomi masyar akat, 4. Munculnya Pengangguran tentu diperlukan Sebagai contohnya adalah yang tercatat di Desa Karangrejo dengan total dukungan finansial yang kerugian Rp 649.480.320,- terdiri dari tanaman musiman, tanaman tahunan tinggi sebagai modal awal yang rusak, usaha rumah tangga yang berhenti berproduksi dan masyarakat untuk membuat kembali yang kehilangan pekerjaan. Selain itu di Desa Tanjungsari kerugian diperkirakan faktor produksi barang Rp. 143.805.000,- maupun jasa yang akan terdiri dari Industri digeliatkan Rum a han ( t ahu) perdagangan nantinya. y a n g t i d a k L e m b a g a berproduksi, keuangan memiliki peran tanaman buah yang penting dalam permodalan gagal panen, lahan usaha di daerah yang pertanian, dan terkena dampak tersebut. m a s y a r a k a t Dibutuhkan strategi yang k e h i l a n g a n Gagal panen yang menyebabkan hilangnya mata pencaharian dalam Aktivitas masyarakat setelah hujan abu baik dalam pemulihan pekerjaan. Kedaan ekonomi masyarakat agar semacam ini terjadi bantuan tersebut tidak hanya tepat sasaran, akan tetapi juga akan mempercepat di hampir semua pertumbuhan ekonomi dari warga sekitar kawasan wisata Borbudur.

121 122 Dengan terjadinya Letusan Gunung Merapi 26 Oktober yang disusul letusan besar pada tanggal 5 November 2010, harapan masyarakat menipis karena bayangan terputusnya penghasilan. Betapa tidak, Candi Borobudur yang berjarak kurang lebih 30 km dari puncak merapi telah terselimuti abu vulkanik sehingga candi peninggalan Wangsa Syailendra tersebut terpaksa harus ditutup sementara waktu untuk kunjungan wisatawan. Kegiatan wisata di Borobudur menjadi lumpuh. Namun demikian pada saat Candi Borobudur kembali dibuka dampak erupsi Merapi masih terjadi. Banjir lahar dingin yang tiba-tiba datang, menghancurkan jembatan Sungai Pabelan Muntilan maupun Jembatan Sungai Pabelan di Srowol. Hal ini mengakibatkan jalan utama yang menghubungkan antara Yogyakarta Borobudur terputus untuk sementara. Hal yang demikian membuat masyarakat mulai meradang kembali. Di sekitar Candi Borobudur terdapat ribuan masyarakat yang tersebar di 20 desa di Kawasan Borobudur yang tak kalah prihatinya. Masyarakat tersebut adalah warga pedesaan yang mengandalkan dari hasil pertanian. Hal ini dikarenakan tanaman pertanian rusak dan tumbang akibat dahan yang tak kuat menahan beban Abu Vulkanik yang menempel pada daun. Selain itu lahan pertanian yang mulai tumbuh juga hancur terpendam Abu Vulkanik yang disertai Situasi pedagang kaki lima di Taman Wisata Candi Borobudur pasca erupsi merapi khususnya pada anak-anak. pasir. Prasarana umum juga banyak terganggu, jaringan telepon rusak, listrik padam, dan jalanjalan menjadi licin dan berdebu. Penyakit yang ditimbulkan karena abu v u l k a n i k j u g a m u l a i m e n g a n c a m w a r g a, sehingga banyak yang me n d er i t a ga n g g ua n pernafasan dan gatal-gatal, Potret kehidupan masyarakat 15 hari pasca letusan, sungguh memprihatinkan. Pemerintah daerah yang telah disibukan dengan berbagai urusan tidak sempat mengurusi dampak masyarakat di kawasan wisata Borobudur. Hanya beberapa Jaringan LSM dan Organisasi Mahasiswa yang peduli dengan mengirim bantuan kebutuhan pokok serta pakaian pantas pakai yang dikumpulkan dari para donatur serta m a s y a r a k a t y a n g membantu secara iklas. Memulihkan kondisi perekonomian masyarakat k a w a s a n B o r o b u d u r membutuhkan tindakan dari lintas sektoral. Masyarakat yang mayoritas petani memerlukan waktu minimal 3 bulan untuk memetik panen dari jenis tanaman yang umurnya pendek dan Pedagang kaki lima tutup Candi Borobudur tutup sementara hanya bisa dikonsumsi sendiri. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anak, usaha yang dapat dilakukan adalah menjual ternak dan tanaman kayu yang selama ini dijadikan sebagai tabungan bagi masyarakat pedesaan. Hal ini dikarenakan warga harus memulai dengan menanam dan menunggu hingga masa panen. Sektor Pariwisata pedesaan ikut terkena imbasnya. Desa wisata di kawasan Borobudur yang menjual kekhasan dan keunikan desa dengan berbagai tanaman dan lingkungan yang hijau, sejuk, nyaman dan jauh dari kebisingan, telah menjadi sebuah hamparan yang gersang dengan debu tebal yang beterbangan. Sebagai masyarakat pedesaan, melihat kondisi lingkungan yang demikian maka secara naluri mereka segara melakukan kerja bakti bergotong royong membersihan abu vulkanik. Aktivitas yang mereka lakukan di antaranya adalah membersihkan jalan-jalan umum, menebang pohon yang menghalangi jalan, dan membersihkan lingkungan rumahnya masing-masing tanpa harus di perintah. Kegiatan ini berjalan selama beberapa hari dimana jalan-jalan dibersihkan

123 124 bersama dengan menggunakan pompa air, sungguh sebuah kebersamaan yang tetap terjaga di masyarakat pedesaan. Setelah sekian pekan berlalu, masyarakat mulai bangkit mengerjakan ladang dengan bercocok tanam. Warga desa yang bercocok tanam masih harus bersabar menggunggu masa panen dengan melakukan berbagai pekerjaan yang dapat mensuplai kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan yang dilakukan di antaranya menjual kayu bakar dari ranting-ranting yang patah, menghemat kebutuhan pokok. Selain itu di sela-sela bercocok tanam mereka juga mencari pasir untuk dijual sebagai bahan bangunan, agar dapat bertahan hingga masa panen tiba. Keadaan demikian dilalui dengan sabar dan terus berusaha. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata yang banyak membantu penghasilan masyarakat untuk sementara tidak bisa berjalan. Kondisi seperti ini diperburuk dengan putusnya jalur transportasi karena hancurnya Jembatan Sungai Pabelan di Muntilan akibat banjir lahar dingin. Dengan demikian jumlah wisatawan Borobudur yang datang dari arah Yogyakarta secara otomatis turun drastis bahkan aktivitas wisata Borobudur nyaris berhenti. III. Kebijakan Mengacu pada hal tersebut di atas maka upaya pemulihan kondisi ekonomi masyarakat kawasan Borobudur, perlu mengedepankan upaya pemulihan ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat dari multi pihak. Hal ini menjadi penting karena kebijakan pemberdayaan masyarakat lokal yang terkait dengan berbagai sektor perekonomian akibat dampak Erupsi Merapi tersebut. Komunitas lokal atau kelompok masyarakat di pedesaan perlu diberi kesempatan berusaha seluas- luasnya dan dijamin kepastian usahanya tanpa mengesampingkan kaidah efisiensi ekonomi. Untuk mewujudkannya, pengambil kebijakan harus berani membuat terobosan kebijakan dan inovasi baru sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat, lembaga pemerintah akan semakin paham mengenai pentingnya perlindungan terhadap pilar-pilar ekonomi kerakyatan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, UNESCO telah membuat terobosan dengan melakukan pemberdayaan komunitas lokal dalam pelestarian Candi Borobudur dengan memberikan kesempatan sehingga memberi harapan baru bagi pemulihan mental setelah terkena dampak Erupsi Merapi. Kebijakan ini tentu akan sangat membantu dalam mendapatkan penghasilan, pengembangan usaha, baik dibidang usaha yang sama atau bidang usaha yang lain. Pekerjaan pembersihan Candi Borobudur tentu tidak bisa dilakukan secara terus-menerus. Namun demikian beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kebijakan tersebut, di antaranya adalah membantu masyarakat lokal mendapatkan pekerjaan/penghasilan sambil menunggu masa panen. Sehingga hal ini menumbuhkan semangat berusaha, dan meningkatkan kepedulian dalam upaya pelestarian Candi Borobudur. Hal yang perlu dilanjutkan dalam pemberdayaan adalah memberikan bekal keterampilan/keahlian sebagai usaha sampingan, sehingga selain pekerjaan sektor pertanian diharapkan di masa mendatang pekerjaan sampingan tersebut mampu memberikan kontribusi dalam mengatasi dampak terjadinya bencana. Pada kawasan wisata Borobudur juga terdapat berbagai industri yang dapat dikembangkan masyarakat, seperti Industri Souvenir, Industri makanan/jajanan dan berbagai industri rumahan lainnya, sedangkan tanaman yang dibudidayakan adalah, tanaman pepaya, polowijo, tanaman rambutan, mangga. Namun semua usaha tersebut terhenti akibat Erupsi Merapi. Dengan demikian, secara umum unit usaha industri dan pertanian yang berkembang di kawasan wisata Borobudur sebagian besar merupakan usaha kecil atau usaha rumah tangga. Unit usaha ini secara umum memiliki masalah pada kurangnya sarana pendukung seperti alat dan mesin yang diperlukan serta masalah pemasaran produk serta keterbatasan modal usaha setelah Erupsi Merapi 2010. Karakteristik ini tentu saja relevan dengan kondisi sejumlah unit usaha di daerah lain yang terkena dampak bencana. Dalam perkembangannya sebagian besar masyarakat harus memulai lagi dari titik nol. Jika diamati secara seksama, secara langsung atau tidak, kompleksitas persoalan perekonomian masyarakat pedesaan ini terlepas dari bencana alam. Paling tidak ada beberapa masalah penting yang bisa dikaji dari kondisi internal maupun eksternal.

125 Erupsi Gunung Merapi pada akhir Oktober dan awal November 2010 lalu, menyebabkan dampak sosial ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat. Ancaman awan panas, hujan abu dan kerikil telah menyebabkan perubahan bentang alam. Dalam kajian umum, setiap kali bencana terjadi, secara langsung simpulsimpul ekonomi di daerah akan menjadi lumpuh, tingkat pengangguran akan meninggi, aktivitas investasi akan terhenti, pendapatan masyarakat berkurang, dan muncul kantong-kantong pengungsi yang rawan terhadap bencana sosial seperti kemiskinan, putus sekolah, kriminalitas, dan sebagainya. Dari dampak kerugian dan potensi alam yang ada, paling tidak secara aplikatif dan evaluatif kebijakan pola pendampingan, advokasi dan pemantauan dari lembaga independen harus dimunculkan. Hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan efektifitas kebijakan tersebut sampai kepada masyarakat yang membutuhkan. Situasi lingkungan pasca erupsi Merapi 2010 IV. Kesimpulan Menilik dari uraian tersebut menunjukkan bahwa secara umum dampak erupsi merapi 2010 di kawasan wisata Borobudur yang terparah adalah di sektor Pertanian, Usaha Rumah tangga dan Industri Pariwisata. Arah dari kebijakan yang disusun hendaknya secara aplikatif dan evaluatif mampu mendorong pemulihan ekonomi melalui pola restrukturisasi dan klasifikasi dampak yang jelas. Selain itu diperlukan juga pola pendampingan, advokasi dan pemantauan dari lembaga independen agar kebijakan tersebut sampai ke masyarakat yang membutuhkan.