BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu komunikasi saat ini berkembang pesat. Salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang sedang berkembang pesat adalah komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan salah satu tipe komunikasi yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Melalui komunikasi massa, pesan-pesan komunikasi dapat disampaikan kepada banyak orang di tempat yang berbeda-beda dan pada waktu yang bersamaan. Media massa dibagi dua yakni cetak dan elektronik. Media massa elektronika yaitu televisi sebagai bagian dari media komunikasi saat ini sudah tidak bisa dihilangkan keberadaannya. Media ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia terutama dalam mengisi aktivitas kesehariannya, dan tidak hanya dilakukan pada saat untuk mengisi waktu luang, melainkan juga di saat-sat melakukan pekerjaan. Bahkan dibandingkan media cetak seperti, surat kabar, majalah, leaflet, maka media elektronika ini jauh lebih banyak penggunanya. Beberapa alasan orang menggunakan media elektronik, massa dalam hal ini televisi karena media ini bisa memberikan informasi secara cepat, sifatnya yang audio-visual memudahkan orang memahami informasi yang diberikan baik secara langsung pada saat kejadian maupun pada saat mengerjakan
aktivitas lain. Karena kemudahannya inilah, maka pengguna media elektronik semakin banyak. Informasi yang diberikan pun sangat beragam dan penggunanya juga beragam. Media massa, memiliki empat fungsi yakni, menyiarkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, mendidik dengan menyajikan informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan, menghibur dengan menyajikan tayangan yang dapat menghibur khalayak dan membujuk atau mempersuasi khalayak untuk melakukan suatu tindakkan. Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat, walaupun perkembangan tersebut hanya berpusat pada televisi swasta saja, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dunia pertelevisian telah mempengaruhi kehidupan sebagian besar masyarakat di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 11 stasiun Televisi nasional, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV),Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV, Trans 7, Metro TV, tvone, dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain televisi nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di Indonesia telah memiliki stasiun televisi lokal. (http://www.lintasberita.com/fun/humor- Hiburan/Perkembangan-Televisi-Di-Indonesia,) Masyarakat Indonesia setiap harinya dapat melihat berbagai macam program acara yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi tersebut. Tingginya
animo masyarakat untuk menonton program program acara tersebut, tentunya akan berpengaruh terhadap rating program tersebut, jika rating suatu program tinggi maka akan mendatangkan iklan-iklan produk komersial yang merupakan sumber penghasilan utama stasiun televisi, oleh karena itulah stasiun televisi saling berlomba untuk menayangkan program-program acara yang disukai oleh pemirsanya. Berbagai macam program acara televisi telah ditayangkan oleh stasiun televisi, mulai dari sinetron, kuis, talkshow,variety show, komedi situasi, program berita, program olahraga, infotaiment hingga reality show. Maraknya berbagai program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta maupun nasional, baik itu yang bersifat edukatif ataupun sekedar hiburan semata memang ditujukan untuk memanjakan pemirsanya. Dewasa ini khalayak makin cerdas untuk memilih jenis program acara yang mereka inginkan, sesuai dengan kebutuhan mereka apakah sekedar untuk mencari hiburan atau benarbenar untuk memuaskan kebutuhan mereka akan informasi. Program acara yang ditayangkan televisi kini pun semakin beragam, khalayak sebagai pemirsa diberikan kebebasan untuk memilih acara apa yang mampu memuaskan kebutuhan mereka. Salah satu program acara televisi yang sedang menjadi trend dan diminati pemirsa adalah program talkshow. Sebut saja Main Mata (TPI), Bukan Empat Mata (Trans7), D Show (Trans TV), Makin Malam Makin Mantap (ANTV), Kick Andy (Metro TV), Apa Kabar Indonesia Malam (tvone).
Talkshow sering kali disiarkan secara langsung, beberapa stasiun televisi juga terkadang mengandalkan acara yang direkam sebelumnya, dalam acara talkshow wawancara tetap menjadi sentral. Acara ini biasa diproduksi oleh sejumlah pekerja khusus. Para pengisi acara tentu didaftar atau diriset dengan sangat hati-hati mengenai latar belakang masalah dan tamu dengan melengkapi catatan-catatan sebagai bahan referensi bagi presenter atau pembawa acara. Sedangkan anggota staff yang lain melengkapi dokumentasi baik berupa video untuk tayangan tambahan pada acara talkshow. Sementara music director mempersiapkan musik pengiring, dan produser acara berhasil memproduksi sebuah acara yang informatif dan juga tidak melupakan unsur menghibur pemirsanya. Apa Kabar Indonesia Malam merupakan acara yang tampaknya menjadi andalan tvone. tvone yang sebelumnya bernama Lativi adalah salah satu stasiun televisi swasta Indonesia, yang secara progresif memacu masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas agar berfikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui program News and Sports yang menjadi fokusnya. Mengklasifikasikan program programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, Reality One, dan Talkshow One. tvone menunjukkan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan formatformat yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program. Apa Kabar Indonesia Malam adalah acara talkshow yang tayang setiap Senin hingga Jum at Pukul 22.30 WIB hingga 22.30 WIB, dipandu oleh Tina Talisa. Acara ini disiarkan langsung dari Wisma Nusantara Jakarta. Sebagai acara
yang menggabungkan program berita dan talkshow, Apa Kabar Indonesia Malam menuai banyak pujian dari masyarakat dan termasuk dalam Nominasi Panasonic Award 2009 dan 2010 untuk kategori Program talkshow Berita. Penghargaan yang diterima acara ini, menunjukan bahwa sebagian besara masyarakat menyukai program acara ini.(http://www.tvone.co.id) Topik yang disajikan dalam Apa Kabar Indonesia Malam pun merupakan permasalahan yang sedang hangat-hangatnya di sekitar masyarakat, baik itu mengenai ekonomi, politik, sosial, budaya dan isu internasional. Format talkshow ini menghadirkan langsung narasumber terkait dengan isu atau topik yang dibahas dan tentu saja narasumber yang diundang adalah narasumber yang kompeten maka pertanyaan seputar permasalahan yang terjadi di masyarakat atau sedang diperbincangkan dapat menjadi lebih jelas dan terbuka. Tidak jarang yang hadir dalam acara tersebut setingkat pejabat tinggi lembaga pemerintahan, politikus, ekonom, tokoh masyarakat dan sebagainya, dimana para narasumber yang hadir memang harus menjelaskan bagaimana permasalahan itu terjadi dan bagaimana bisa di atasi. Alih-alih acara talkshow yang membosankan, program ini bisa berkembang menjadi debat seru, adu argumen, maupun perang urat syaraf antara narasumber. Acara ini juga memuat berbagai paket berita terhangat secara singkat yang diselipkan disela-sela perbincangan. Dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam, Presenter juga menjadi faktor yang diperhatikan sebagai mediator antara narasumber dan rasa keingintahuan masyarakat akan sebuah informasi tertentu dalam sebuah tayangan talkshow. Faktor presenter sampai sekarang masih dianggap sebagai daya tarik
sebuah talkshow di tanah air. Seorang presenter atau pembawa acara talkshow adalah talk entertainer, artinya presenter harus mempunyai kemampuan entertainment untuk menguasai pembicaraan dan membuat pertanyaan pertanyaan yang menarik untuk menjawab rasa keingintahuan masyarakat. Mahasiswa, merupakan salah satu penonton yang biasanya memiliki pandangan kritis mengenai suatu acara. Sebagaimana sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Susantoro (2003) bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berusia antara 18 hingga 28 tahun, yang memang dalam usia tersebut merupakan usia peralihan dari remaja ke fase dewasa. Mahasiswa juga merupakan sosok yang kental dengan kedinamisan dan sikap keilmuan dalam melihat sesuatu dan bersikap berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dipilih sebagai responden penelitian ini, karena menurut peneliti mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik merupakan khalayak yang membutuhkan informasi dan memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikapnya dengan apa yang ada di sekitarnya. Hal ini tidak terlepas dari konsentrasi studi mahasiswa yang terdiri dari berbagai departemen yang erat dengan permasalahan sosial budaya, ekonomi dan politik. Penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan memilih sampel yang mewakili populasi penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di tvone terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Sejauhmanakah pengaruh Tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di tvone terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU? 1.3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini bersifat korelasional dan terbatas pada sikap mahasiswa FISIP USU akan Permasalahan publik yang ditayangkan dalam acara talkshow Apa Kabar Indonesia Malam. 2. Objek penelitian yang diteliti adalah mahasiswa FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi dan Administrasi Negara Angkatan 2008 dan 2009 yang masih aktif kuliah. 3. Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang pernah menonton tayangan Apa Kabar Indonesia Malam minimal 3 kali. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - September 2010.
5. Penelitian ini dibatasi pada efek kognitif dan afektif saja. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah, terdiri dari : 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan publik yang diangkat dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi informasi yang menarik terkait dengan permasalahan publik yang ditayangkan dalam Apa Kabar Indonesia Malam. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketertarikan mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Apa Kabar Indonesia Malam. 4. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tayangan talkshow Apa Kabar Indonesia Malam terhadap sikap mahasiswa FISIP USU akan permasalahan Publik.
1.4.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik dari segi akademis, teoritis dan praktis, di antaranya yaitu : 1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian terutama tentang komunikasi massa. 3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. 1.5. Kerangka Teori Rakhmat (1993: 6), menyatakan teori adalah himpunan konstruk (konsep) definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Nawawi (1993: 40), menjelaskan setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas. Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi dan
komunikasi massa, televisi sebagai media massa, S-O-R, teori pesan, teori komunikator,efek komunikasi massa, talkshow, dan sikap. 1.5.1. Teori S-O-R Prinsip stimulus-respon pada dasarnya merupakan suatu prisip belajar yang sederhana,dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu (Sasa, 2005 : 5.14) S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus Organism Response. Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikolog yang kemudian menjadi teori komunikasi ini menyatakan bahwa, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur unsur dalam teori S- O-R adalah a) Stimulus ( S ) : Pesan b) Organism ( O ) : Komunikan c) Response ( R ) : Efek Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah how bukan what atau why. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya, jika stimulus yang menerpa benar- benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam meneelah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting, yaitu :
a) Perhatian b) Pengertian c) Penerimaan Organism: Perhatian Stimulus Pengertian Penerimaan Response Gambar 1 (Model S-O-R) (Effendy,2002:253) II.5.2. Teori Komunikator Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure. AA Procedure ini sebenarnya adalah Attention, interest, desire, decision, dan action. Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang
disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi menjadi source of credibility disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendi, 2007:306). Komunikator berperan penting dalam proses komunikasi karena komunikatorlah yang mengelola, mengatur, dan menyusun (mengorganisasikan) pesan sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak dan tujuan dari komunikasi dapat dicapai ditandai dengan adanya perubahan sikap khalayak. Pesan juga haruslah disusun sedemikian rupa agar memudahkan pengertian, pengingatan, dan perubahan sikap. Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise). Kredibilitas memperngaruhi penerimaan komunikan terhadap seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya (Clow & Baack, 2007:214). 1.5.3. Teori Pesan Dalam sebuah artikel How Communication Works yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur Schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi
manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama). Menurut Schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur: 1. Sumber berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (Koran, rumah produksi, televise) 2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal sinyal lain yang memiliki makna 3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dan lain-lain. Menurut teori Cutlip dan Center, pesan meliputi berbagai hal yang dikenal dengan The 7C s of Communication, yaitu (Ruslan, 1997:72-74) : a. Credibility b. Context c. Content d. Clarity e. Continuity f. Consistency g. Capability
1.5.4. Efek Komunikasi Massa Menurut Steven M. Caffe, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan yang kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain yang dikenal sebagai perubahan Kognitif, Afektif, dan Behavioural. Pendekatan yang ketiga yaitu observasi pada khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa. (Ardianto,2004 : 39). Efek media massa sebagai benda fisik, meliputi : 1. Efek ekonomi 2. Efek Sosial 3. Penjadwalan kegiatan sehari hari 4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman 5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu Sedangkan efek pesan media massa, yaitu : 1. Efek kognitif 2. Efek afektif 3. Efek konatif (behavioural) Dalam perkembangan komunikasi kontemporer saat ini, sebenarnya proses pengaruh munculnya efek komunikasi massa dari segi pesan media tidak bisa
berdiri sendiri, dengan kata lain, ada beberapa factor yang mempengaruhi proses penerimaan pesan ( Nurudin, 2004:215-220) yaitu : 1. Faktor Individu : selective attention, selective prevention, selective retention motivation and learning beliefs, opinions, values, and needs persuability personality and adjustment 2. faktor Sosial : Umur dan jenis kelamin Pendidikan dan latihan Pekerjaan dan pendapatan Agama Tempat tinggal 1.5.4. Talkshow Program Talkshow adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (Host). Istilah Talkshow adalah aksen dari bahasa inggris di Amerika. Di Inggris sendiri, istilah talkshow ini biasa disebut dengan chat show.
Pengertian talkshow adalah sebuah program televisi dimana seseorang ataupun group berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana serius tapi santai yang dipandu oleh moderator/presenter. Kadang kala, talkshow menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Acara talkshow ini terkadang diikuti dengan menerima telepon dari para pemirsa yang berada di rumah atapun di tempat lain. Talkshow sering kali disiarkan secara siaran langsung (live). Namun ada juga beberapa program acara talkshow mengandalkan taped talk program, artinya direkam dahulu baru disiarkan (Pane, 2004 :80) I. 6. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa (Nawawi, 1993:40). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X) adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, factor atau unsure lainnya (Nawawi, 1993: 56). Variabel bebas penelitian ini adalah tayangan talkshow Apa Kabar Indonesia Malam. 2. Variabel Terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau factor atau unsure yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1993: 57).
Variabel terikat ini adalah sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. I.7. Model Teoritis Model Teoritis merupakan paradigm yang menstraformasikan permasalahan permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. variabel variabel yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut : Variabel Bebas (X) Tayangan Apa Kabar Indonesia Malam Variabel Terikat (Y) Sikap Mahasiswa akan Permasalahan Publik Variabel Intervening Departemen Ilmu Komunikasi Departemen Administrasi Gambar.2 Model teoritis penelitian I. 8. Variabel Operasional Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur (Rakhmat, 1993: 1)
Berdasarkan kerangka teori dan konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk melakukan kemudahan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut : Tabel 1 Tabel Operasional Variabel Variabel Teoritis Variabel Bebas (X) Tayangan Talkshow Apa Kabar Indonesia Malam Variabel Operasional 1. Credibility (kredibelitas) Pembawa acara dan narasumber a) Attractiveness (daya tarik) b) Trustworthiness c) Expertise d) likeability 2. Pesan yang disampaikan a) Topik yang diangkat : Perampokan dan Terorisme Bencana Alam Gunung Sinabung Sengketa Indonesia Malaysia. b) Context c) Content d) Clarity
e) Contuinity 3. Waktu penayangan 4. Durasi Penayangan Variabel Terikat (Y) Sikap Mahasiswa FISIP USU 1. Frekuensi menonton 2. Intensitas menonton terhadap Publik Permasalahan 3. Lama menonton 4. Efek Kognitif Pengetahuan akan informasi 5. Efek Afektif Setuju - Tidak setuju Suka Tidak Suka Variabel Intervening Asal Departemen Responden 1. Ilmu Komunikasi 2. Ilmu Administrasi Negara 9. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang menginformasikan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi variabel operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana cara mengukur variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X) Tayangan Talkshow Apa Kabar Indonesia Malam 1) Kredibilitas Pembawa Acara dan Narasumber a) Attractiveness: untuk mengetahui apakah presenter dan narasumber memiliki daya tarik dimata khalayak. b) Likeability: untuk mengetahui apakah Presenter dan narasumber disukai oleh khalayak. c) Trustworthiness: untuk melihat apakah Presenter dan Narasumber dipercayai oleh khalayak dalam penyampaian pesannya. d) Expertise: untuk melihat apakah Presenter memiliki keeahlian atau kemampuan dalam memandu topik bahasan dan untuk melihat apakah narasumber yang dihadirkan memilki kapasitas dan kemampuan untuk membahas topik yang diangkat. 2) Pesan yang disampaikan a) Topik yang diangkat: Perampokan dan Terorisme : Penangkapan Pelaku Perampokan CIMB NIAGA terkait dengan jaringan terorisme dan aksi terorist serta perburuan terorisme. Bencana Alam Gunung Sinabung : Terkait dengan meletusnya Gunung Sinabung yamg berlokasi di Tanah Karo.
Sengketa Indonesia Malaysia : Informasi mengenai permasalahan hubungan Luar Negeri / Diplomatik yaitu antara Indonesia Malaysia yang kembali memanas hingga mulai sedikit mereda melalui perundingan Kinabalu. b) Context: Untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan sejalan dengan kondisi kehidupan khalayak pada umumnya. c) Content: untuk mengetahui kecocokan manfaat pesan terhadap khalayak. d) Clarity: untuk mengetahui apakah bahasa yang dipergunakan sebagai alat menyampaikan pesan mudah dipahami oleh khalayak. e) Continuity: Untuk mengetahui apakah ada pengulangan secara berkesinambungan akan suatu topik informasi 3) Waktu penayangan informasi yang memuat jadwal penayangan suatu acara. Waktu penayangan acara Apa Kabar Indonesia Malam adalah pukul 20.30 wib 22.30 wib setiap hari senin hingga jumat. 4) Durasi Penayangan Informasi yang memuat berapa lama masing-masing topik ditayangkan dalam suatu acara.
2. Variabel Terikat (Y) Sikap Mahasiswa FISIP USU akan Permasalahan Publik. 1) Frekuensi menonton Untuk mengetahui seberapa sering responden sebagai khalayak menyaksikan Apa Kabar Indonesia Malam dalam setiap minggunya. 2) Intensitas menonton Untuk mengetahui berapa kali khalayak sebagai responden menyaksikan tayangan Apa Kabar Indonesia Malam dalam setiap minggunya. 3) Lama menonton Untuk mengetahui, berapa lama dalam durasi 2 jam setiap edisinya responden menyaksikan Apa Kabar Indonesia Malam. 4) Kognitif Berkaitan dengan pemenuhan informasi, pengetahuan faktual, dan pemahaman mengenai lingkungan yang didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan dan dorongan untuk menyelidiki informasi yang diterima oleh khalayak.
5) Afektif Berkaitan dengan peneguhan-peneguhan pengalaman pengalaman yang estetis dan emosional (Setuju, Tidak setuju dan Suka, Tidak Suka,) tentang suatu stimulus yang diterima oleh responden. 3. Variabel Intervening Asal Departemen Responden 1) Ilmu Komunikasi Mahasiswa yang menjadi responden penelitian adalah mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2008 dan 2009. 2) Administrasi Negara Mahasiswa yang menjadi responden penelitian adalah mahasiswa departemen Administrasi Negara angkatan 2008 dan 2009. I. 10. Hipotesis Hipotesis diturunkan dari teori. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu fenomena dan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Oleh sebab itu, rumusan hipotesis ditulis dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yang mengandung hubungan dua variabel atau lebih. Meskipun demikian, pernyataan tesebut mesti diuji kebenarannya secara empiris, sebab pendapat yang terkandung dalam pernyataan tersebut belumlah mendalam.
Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yang diajukan yaitu : Ho 1: tidak terdapat hubungan antara tayangan Apa Kabar Indonesia Malam terhadap Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik akan Permasalahan Publik. Ha 1: terdapat hubungan antara menyaksikan tayangan Apa Kabar Indonesia Malam terhadap Sikap Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik akan Permasalahan Publik. Ho 2: tidak terdapat hubungan antara tayangan Apa Kabar Indonesia Malam terhadap Sikap Mahasiswa Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik akan Permasalahan Publik. Ha 2: terdapat hubungan antara menyaksikan tayangan Apa Kabar Indonesia Malam terhadap Sikap Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik akan Permasalahan Publik.