Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 59/PUU-XII/2014 Daluwarsa Masa Penuntutan I. PEMOHON 1. Duhuaro Zega, sebagai Pemohon I; 2. Aroziduhu Zega, sebagai Pemohon II; 3. Arosokhi Zega, sebagai Pemohon III; 4. Aronasokhi Zega, sebagai Pemohon IV; 5. Arozatulo Zega, sebagai Pemohon V; II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materil Pasal 78 juncto Pasal 79 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji undang-undang adalah: 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. ; 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. ; 3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Bahwa Pemohon sebagai kelompok orang warga negara Indonesia, yang sama-sama merasakan kerugian konstitusional. Kerugian konstitusional yang dimaksudkan adalah tidak dapat memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak, karena tempat mata pencaharian dan tempat kediaman telah dirampas oleh Terlapor di Kantor Termohon. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, yaitu: Pasal 78 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (1) Kewenangan menuntut pidana hapus karena daluwarsa:
1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan percetakan sesudah satu tahun; 2. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun; 3. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun, sesudah dua belas tahun; 4. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, sesudah delapan belas tahun. (2) Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umurnya belum delapan belas tahun, masing-masing tenggang daluwarsa di atas dikurangi menjadi sepertiga. Pasal 79 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tenggang masa daluwarsa mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan dilakukan, kecuali dalam hal-hal berikut: 1. Mengenai pemalsuan atau perusakan mata uang, tenggang mulai berlaku pada hari sesudah barang yang dipalsu atau mata uang yang dirusak digunakan; 2. Mengenai kejahatan dalam pasal-pasal 328, 329, 330, dan 333, tenggang dimulai pada hari sesudah orang yang langsung terkena oleh kajahatan dibebaskan atau meninggal dunia; 3. Mengenai pelanggaran dalam Pasal 556 sampai dengan Pasal 558a, tenggang dimulai pada hari sesudah daftar-daftar yang memuat pelanggaran-pelanggaran itu, menurut aturan-aturan umum yang menentukan bahwa register-register catatan sipil harus dipindah ke kantor panitera suatu pengadilan, dipindah ke kantor tersebut. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Pasal 30 ayat (4) UUD 1945 Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Bahwa adanya pemalsuan Akta Hibah Nomor 42/HB/THB/1994 tanggal 22 September 1994 serta pemalsuan tanda tangan di dalamnya, maka para Pemohon mengajukan laporan/pengaduan kepada Polres Nias Gunungsitoli, tanggal 21 Mei 2012 dengan Nomor STPLP/254/V/2012/NS; 2. Bahwa berdasarkan surat dari Polres Nias Gunungsitoli tertanggal 13 Mei 2014 Nomor B/298.A/V/2014/Reskrim, Jaksa Penuntut Umum telah mengembalikan berkas perkara kepada Termohon dengan alas an, perkara ini telah daluwarsa masa penuntutannya (vide Pasal 78 juncto 79 KUHPidana). Selanjutnya disebutkan, proses penyidikan laporan tersebut dihentikan demi hukum, terhitung sejak tanggal 12 Mei 2014. Sedangkan surat dari Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Gunungsitoli belum diterima para Pemohon; 3. Bahwa akibat penerapan Pasal 78 junto Pasal 79 KUHPidana, para Pemohon dan keturunan para Pemohon harus mengalami kehilangan hak, dan sebagai aktivitas mata pencaharian sehari-hari untuk menyembung hidup sangat mengalami kesulitas dan kritis, sehingga sebagian diantara para Pemohon keluar dari kampong halaman (tempat kelahiran), dikarenakan tidak ada tempat kediaman dan tempat berusaha. VII. PETITUM 1. Menerima permohonan para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya; 3. Menyatakan Pasal 78 dan Pasal 79 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (4), Pasal 28I ayat (4), Pasal 30 ayat (4) UUD 1945;
4. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 78 dan Pasal 79 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, bertentangan dengan UUD 1945 lebih lanjut pada Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (4), Pasal 28I ayat (4), Pasal 30 ayat (4) UUD 1945.