Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Metode Penelitian

BAB III RENCANA PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

4 Pembahasan Degumming

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODA PENELITIAN

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

TRANSESTERIFIKASI PARSIAL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ETANOL PADA PEMBUATAN DIGLISERIDA SEBAGAI AGEN PENGEMULSI

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

BAB III METODE PENELITIAN

Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok B Pembimbing

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

Transkripsi:

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit. Pada reaksi gliserolisis trigliserida yang telah dilakukan terdapat beberapa parameter kondisi reaksi yang mempunyai efek yang signifikan yang dipelajari terhadap perolehan produk monogliserida yaitu perbandingan konsentrasi reaktan yaitu trigliserida terhadap gliserol dan waktu reaksi. Penelitian yang telah dilakukan ini berdasarkan studi literatur, terutama pada penentuan kondisi reaksi, yaitu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Feuge dan Bailey (1943). Bailey dkk. (1943) melakukan reaksi gliserolisis minyak tumbuhan (cottonseed oil yang telah dihidrogenasi) untuk menghasilkan monogliserida. Penelitian yang dilakukan oleh Bailey dkk, ini merupakan metoda sintesis monogliserida yang konvensional dan termasuk salah satu perintis dalam sintesis monogliserida, dimana melibatkan temperatur reaksi yang cukup tinggi yaitu 175-250 0 C dan menggunakan katalis alkali (dalam hal ini natrium hidroksida). Berdasarkan studi literatur tersebut, maka pada penelitian ini telah dipelajari keefektifan dari sintesa monogliserida dengan metoda gliserolisis dengan berdasarkan kepada kondisi reaksi yang telah dilakukan oleh Bailey dkk. Dalam penelitian ini ditentukan beberapa parameter reaksi yang divariasikan yaitu perbandingan rasio reaktan trigliserida : gliserol yaitu 1:2, 1:3, dan 1:4, yang berlangsung dengan panjang waktu reaksi selama 1 jam, 3 jam dan 4 jam. Reaksi dilakukan pada temperatur 200 0 C, dengan pertimbangan bahwa reaksi pada perbandingan reaktan yang equimolar dari asam lemak dan gliserol pada suhu dibawah 200 0 C yaitu 180 0 C akan memproduksi terutama digliserida dan trigliserida. Sedangkan pada temperatur diatas 250 0 C akan terjadi dekomposisi dan polimerisasi. Selain itu Feuge dan Bailey menunjukkan bahwa kesetimbangan reaksi dicapai pada temperatur reaksi 200 0 C, dimana campuran reaksi menjadi homogen (Feuge dan Bailey, 1946). Untuk waktu reaksi yang terlalu lama 37

cenderung untuk menghasilkan produk yang berwarna gelap. Katalis yang digunakan adalah natrium hidroksida sebanyak 1% dari berat minyak sawit. IV.1 Hasil Analisa Awal Pada penelitian ini menggunakan parameter kondisi reaksi yang divariasikan sebagai rasio mol reaktan trigliserida (minyak sawit) : gliserol yaitu 1:2, 1:3 dan 1:4 dengan variasi waktu reaksi selama 1, 3 dan 4 jam. Analisa awal dari minyak goreng sawit yang digunakan sebagai sumber trigliserida dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV.1. Tabel IV.1 Data Analisis Awal Minyak Goreng Sawit Parameter Hasil Data literatur Kadar Air (%) 0,097 0,1 a) Angka asam (mg KOH/g minyak) 0,1 1-2 a) Angka penyabunan (mg KOH/g minyak) 192,39 190-202 b) a) Ketaren (2005). b) O Brien (1998). Berdasarkan literatur, standar mutu minyak kelapa sawit adalah untuk kadar airnya < 1%, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan reaksi gliserolisis dengan katalis basa. Angka asam merupakan ukuran banyaknya asam lemak bebas yang terdapat di dalam minyak. Agar reaksi gliserolisis berkatalis basa ini dapat berjalan dengan baik, maka syarat angka asam minyak adalah < 1. Dari hasil analisa diperoleh angka asam mempunyai nilai 0,1, sehingga minyak hidrogenasi sawit tersebut layak untuk dilakukan reaksi gliserolisis. Sedangkan angka penyabunan menunjukkan berat molekul dari minyak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan komponen penyusun terbesar dalam minyak sawit. Berdasarkan angka penyabunan untuk minyak goreng sawit diperoleh nilai angka penyabunan 192,36, maka komponen penyusun minyak sawit tersebut adalah C-18. Selain itu angka sabun tersebut masuk di dalam rentang nilai angka sabun dari data literatur, sehingga dapat disimpulkan bahwa minyak sawit tersebut cukup murni dan dapat digunakan sebagai reaktan. 38

Bahan bahan kimia yang digunakan dalam percobaan (proses) didapatkan dari pasar curah, kecuali bahan-bahan kimia untuk tujuan analisis. Hal ini ditujukan untuk mendekati keadaan sebenarnya dalam proses industri. IV.2 Reaksi Gliserolisis Minyak Goreng Sawit Dilakukan pemanasan pendahuluan untuk masing-masing reaktan untuk mencapai kondisi reaksi yang diinginkan. Katalis natrium hidroksida (0,1% berat minyak) dalam gliserol dipanaskan sampai melarut sempurna pada temperatur 80 0 C, sedangkan untuk minyak dipanaskan sampai 150 0 C. Selama proses pemanasan awal dialirkan gas inert nitrogen agar tidak terjadi oksidasi minyak oleh udara. Berikut adalah gambar rangkaian alat yang dipergunakan pada penelitian: Gambar IV.1. Rangkaian peralatan pada pelarutan katalis NaOH dalam gliserol pada suhu 90 0 C, dengan dialiri gas nitrogen. 39

Gambar IV.2. Rangkaian peralatan pada pemanasan awal trigliserida (minyak sawit) pada suhu 150 0 C, dengan dialiri gas nitrogen. Setelah pemanasan awal, kedua campuran tersebut dicampur pada labu reaksi. Pemanasan campuran terus dilanjutkan sampai mencapai temperatur reaksi yaitu 200 0 C. Selama reaksi, campuran tersebut dilakukan pengadukan dan dialirkan gas inert nitrogen yang bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi degradasi dari minyak goreng kelapa sawit dan meengusir uap air. 40

Gambar IV.3. Rangkaian peralatan pada saat reaksi gliserolisis pada suhu 200 0 C dengan campuran gliserol dan katalis diumpankan pada trigliserida. Suhu reaksi dipertahankan selama waktu reaksi. Setelah menempuh panjang waktu reaksi, produk didinginkan sampai 100 0 C. Kemudian dilakukan deaktivasi katalis dengan menambahkan asam fosfat sampai mencapai ph netral. Secara umum produk monogliserida ini, dengan berbagai variasi kondisi operasi, berwarna kuning pucat dan berbentuk fasa padat pada suhu kamar. Berikut adalah gambar dari produk monogliserida yang dihasilkan oleh reaksi gliserolisis minyak goreng sawit yang telah dilakukan : 41

Gambar IV.4. Produk monogliserida sebelum mengkristal (gambar sebelah kiri), dan produk monogliserida pada fasa padat pada temperatur ruang (gambar sebelah kanan). Dalam pembuatan monogliserida melalui rute gliserolisis trigliserida terjadi kecenderungan pada trigliserida untuk membentuk monogliserida dan digliserida karena pengaruh basa. Berikut adalah data-data yang diperoleh dari percobaan gliserolisis minyak goreng sawit untuk menghasilkan monogliserida yang ditampilkan pada Tabel IV.2 dan Tabel IV.3. Tabel IV.2. Hasil Analisa Produk Monogliserida, Suhu Reaksi 200 0 C Dengan Katalis NaOH 0,1%-berat. (1) TG : gliserol t-reaksi (jam) angka asam (mg KOH/g) angka sabun(mg KOH/g) 1:2 1 1.2758 189.7220 1:3 1 0.8573 192.7505 1:4 1 0.9850 191.8857 1:2 3 0.6137 197.4904 1:3 3 0.5604 198.1024 1:4 3 0.9431 181.1185 1:2 4 1.1329 197.6203 1:3 4 1.1143 198.3764 1:4 4 1.4169 197.4080 42

TG : gliserol Tabel IV.3. Hasil Analisa Produk Monogliserida, Suhu Reaksi 200 0 C dan Katalis NaOH 0,1%-berat. (2) t-reaksi (jam) Gttl (%-b) Gbebas (%-b) G terikat (%-b) monogliserida (%-b) 1:2 1 22.4823 4.9460 16.8300 18.4061 1:3 1 24.3861 5.7688 18.6173 22.5898 1:4 1 27.5699 6.0782 21.4917 22.9607 1:2 3 20.1707 2.8760 15.1643 22.4460 1:3 3 21.1553 4.1058 17.0495 23.5108 1:4 3 25.1010 5.4788 19.6222 23.2698 1:2 4 21.9889 4.8074 17.1815 20.3916 1:3 4 21.6003 6.1242 15.4761 20.5383 1:4 4 22.5941 5.2168 17.3773 22.0246 IV.3 Pembahasan Data-data mentah yang diperoleh dari reaksi gliserolisis minyak goreng sawit diolah untuk mendapatkan data-data analisis yang diperlukan. Data-data analisis tersebut berupa angka asam, angka sabun, gliserol total dan gliserol bebas, monogliserida dan angka hidroksil. Data-data analisis tersebut digunakan untuk menguji kualitas dan kuantitas produk monogliserida yang dihasilkan. Analisa dari data-data analisis akan djelaskan lebih lanjut pada sub bab berikutnya. IV.3.1 Kandungan Monogliserida Pada Produk Dari data hasil analisa tersebut diperoleh alur korelasi antara parameter rasio mol reaktan terhadap persentasi berat monogliserida pada produk. Korelasi tersebut ditampilkan pada gambar IV.5. 43

alfa monogliserida (%-berat) 29 27 25 23 21 19 17 15 waktu reaksi = 1 jam waktu reaksi = 3 jam waktu reaksi = 4 jam 1:2 1:3 1:4 Rasio trigliserida : gliserol Gambar IV.5. Grafik pengaruh rasio mol reaktan trigliserida:gliserol terhadap % berat alfa monogliserida, suhu reaksi 200 0 C dan 0,1%-berat katalis NaOH. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perolehan produk monogliserida dengan menggunakan metoda gliserolisis minyak dan menggunakan katalis NaOH sebanyak 0.1%-berat minyak menghasilkan konsentrasi persentasi α- monogliserida yang cenderung meningkat (walau tanpa keteraturan) dengan bertambahnya rasio mol reaktan gliserol terhadap trigliserida. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin gliserol yang berlebih secara teoritik yang bereaksi terhadap minyak akan menghasilkan produk dengan kandungan α-monogliserida yang lebih banyak. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa semakin banyak mol gliserol yang ditambahkan ke dalam sistem reaksi gliserolisis, maka semakin banyak tempat untuk terikatnya asam-asam lemak yang terbebas dari trigliserida, sehingga probabilitas konversi trigliserida menjadi monogliserida maupun digliserida menjadi lebih besar. Asam-asam lemak bebas ini akan lepas dari trigliserida dan kemudian terikat pada gliserol membentuk monogliserida dan digliserida. Waktu reaksi gliserolisis yang optimum adalah 3 jam, hal ini ditunjukkan dengan perolehan alfa monogliserida yang paling banyak dalam produk (23,511 %-berat) 44

dengan perbandingan rasio mol trigliserida:gliserol adalah 1:3. Hal ini disebabkan karena pada waktu reaksi yang optimum maka semakin banyak trigliserida yang terpecah dan menghasilkan asam-asam lemak bebas. Dengan semakin banyaknya trigliserida yang terpecah, maka kemungkinan terbentuknya monogliserida dan digliserida juga meningkat. Hal ini berarti pula konversi trigliserida ke digliserida, yang kemudian akan terpecah menjadi monogliserida akan meningkat. Pada waktu reaksi yang lebih lama, yaitu 4 jam, kemungkinan terjadi reaksi samping berupa polimerisasi membentuk di-acid diglycerol (Feuge dan Bailey,1946) Sementara waktu reaksi yang terlalu lama akan menyebabkan produk berwarna lebih gelap. Perolehan (yield) produk monogliserida juga mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi gliserol yang ditambahkan dalam reaksi, seperti yang ditampilkan oleh gambar 4.6. Yield monogliserida secara keseluruhan mencapai nilai optimum pada reaksi dengan tempuhan selama 3 jam, dan mencapai nilai tertinggi untuk reaksi dengan perbandingan mol trigliserida : gliserol sebesar 1:3 (23.5108 %-berat ). 29 27 waktu reaksi = 1 jam waktu reaksi = 3 jam waktu reaksi = 4 jam yield monogliserida 25 23 21 19 17 15 1:2 1:3 1:4 Rasio trigliserida : gliserol Gambar IV.6. Kurva yield monogliserida pada beberapa rentang waktu reaksi, suhu reaksi 200 0 C dan katalis NaOH 0,1%-berat. 45

IV.3.2 Kandungan Gliserol Total dan Gliserol Bebas Pada Produk monogliserida Banyaknya kadar gliserol total dan gliserol bebas menunjukkan banyaknya sisasisa trigliserida, digliserida dan reaktan gliserol yang tidak terkonversi menjadi monogliserida. Korelasi antara rasio trigliserida : gliserol terhadap kadar gliserol dalam produk ditampilkan pada gambar IV.7. gliserol total (%-berat) 29 27 25 23 21 19 17 15 waktu reaksi = 1 jam waktu reaksi = 3 jam waktu reaksi = 4 jam 1:2 1:3 1:4 Rasio trigliserida : gliserol Gambar IV.7. Grafik pengaruh rasio mol reaktan trigliserida : gliserol terhadap % berat gliserol total pada produk monogliserida. Dari data hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio mol reaktan trigliserida terhadap gliserol maka kadar gliserol total pada produk monogliserida cenderung meningkat. Jumlah gliserol total tertinggi dapat ditemui pada produk monogliserida dengan waktu reaksi 1 jam dan perbandingan konsentrasi trigliserida:gliserol 1: 4 (27,57 %-berat). Hal ini terjadi karena gliserol total merupakan jumlah total gliserol yang terdapat di dalam produk monogliserida, baik gliserol bebas maupun gliserol yang berikatan dengan asamasam lemak. Sehingga dengan penambahan gliserol di setiap penambahan rasio mol reaktan trigliserida terhadap gliserol menyebabkan %-berat gliserol total meningkat. Selain itu dapat diambil hipotesa bahwa semakin banyak gliserol bebas yang ditambahkan pada sistem reaktan, maka semakin banyak kemungkinan asam-asam lemak untuk menyebar ke gliserol-gliserol bebas, 46

sehingga probabilitas terjadinya lompatan-lompatan asam-asam lemak dari trigliserida dan digliserida ke gliserol-gliserol bebas membentuk monogliserida. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perolehan gliserol total pada produk monogliserida adalah pada waktu reaksi 1 jam dengan perbandingan mol reaktan trigliserida : gliserol yaitu 1: 4. IV.3.3 Konversi Gliserol Nilai konversi gliserol bukan merupakan acuan utama untuk menilai keberhasilan pembuatan monogliserida, karena gliserol yang terkonversi tidak hanya menghasilkan satu produk saja, yaitu monogliserida trigliserida, melainkan terdapat produk antara, yaitu digliserida dan trigliserida. Dalam reaksi esterifikasi, transesterifikasi, maupun gliserolisis dari campuran equimolar gliserol dan asam lemak akan menghasilkan monogliserida, digliserida, trigliserida, residual gliserol, dan asam lemak bebas. Telah dikaji lebih jauh (O Brien,1998), bahwa trigliserida dan digliserida terbentuk lebih dahulu dan kemudian terpecah membentuk monogliserida sepanjang proses reaksi. Hasil-hasil yang disajikan pada gambar IV.8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan konversi gliserol mencapai nilai optimum pada reaksi dengan waktu reaksi 3 jam. Dan terjadi kecenderungan nilai konversi gliserol semakin meningkat dengan bertambahnya gliserol yang ditambahkan pada reaksi. Konversi gliserol tertinggi terdapat pada produk dengan waktu reaksi 3 jam, pada perbandingan mol trigliserida:gliserol 1: 4 (85,3183 %-berat). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak gliserol bebas yang ditambahkan pada sistem reaktan, maka semakin banyak kemungkinan asam-asam lemak untuk menyebar ke gliserol-gliserol bebas, sehingga probabilitas terjadinya lompatanlompatan asam-asam lemak dari trigliserida dan digliserida ke gliserol-gliserol bebas membentuk monogliserida. 47

90 85 Konversi gliserol 80 75 70 65 waktu reaksi =1 jam waktu reaksi =3 jam waktu reaksi = 4 jam 60 1:2 1:3 1:4 Rasio trigliserida : gliserol Gambar IV.8 Kurva konversi gliserol pada beberapa rentang waktu reaksi, suhu reaksi 200 0 C dan katalis NaOH 0,1%-berat. IV.3.4 Angka Asam Pada Produk Monogliserida Angka asam adalah banyaknya miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas di dalam satu gram sampel. Angka asam menunjukkan tingkat kesempurnaan terkonversinya asam lemak menjadi produk (baik monogliserida atau digliserida). Angka asam yang tinggi mengindikasikan kandungan asam lemak bebas yang tinggi pula di dalam produk monogliserida, asam lemak bebas tersebut jika teroksidasi oleh udara akan menghasilkan rasa tengik pada produk. Hasil analisa terhadap angka asam produk monogliserida selengkapnya disajikan pada Tabel IV.4. Tabel IV.4. Angka Asam Pada Produk Monogliserida, Suhu Reaksi 200 0 C dan Katalis 0,1%-berat TG : gliserol t-reaksi (jam) angka asam (mg KOH/g) 1:2 1 1.2758 1:3 1 0.8573 1:4 1 0.9850 1:2 3 0.6137 1:3 3 0.5604 1:4 3 0.9431 1:2 4 1.1329 1:3 4 1.1143 1:4 4 1.4169 48

IV.3.5 Angka Penyabunan Pada Produk Monogliserida Angka penyabunan menyatakan jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak. Minyak-lemak yang dikonversi sempurna menjadi produk monogliserida atau digliserida apabila nilai angka penyabunan mempunyai nilai sama atau mendekati angka penyabunan bahan bakunya. Hal ini juga menunjukkan bahwa bahan baku yang hilang (loss) selama proses pembuatan monogliserida sangat sedikit. Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa angka penyabunan untuk produk monogliserida sama atau mendekati angka penyabunan minyak goreng sawit. Menurut literatur, nilai angka sabun dari minyak sawit berkisar antara 190-202 (O Brian,1998). Angka sabun minyak sawit berada pada rentang nilai tersebut maka komponen penyusun minyak sawit tersebut adalah C-18. Tabel IV.5 Angka penyabunan Pada Produk Monogliserida, Suhu Raksi 200 0 C dan Katalis NaOH 0,1%-berat TG : gliserol t-reaksi (jam) angka sabun (mg KOH/g) 1:2 1 182.7721 1:3 1 192.7505 1:4 1 191.8857 1:2 3 197.4904 1:3 3 198.1024 1:4 3 181.1185 1:2 4 197.6203 1:3 4 198.3764 1:4 4 197.4080 Parameter analisa angka sabun merupakan parameter intrinsik dari minyak sawit yang nilainya relatif tetap (tidak bergantung pada kondisi reaksi). Minyak yang dikonversi sempurna menjadi produk apabila nilai angka penyabunan dari produk sama atau mendekati angka penyabunan bahan bakunya. Hal ini juga menunjukkan bahwa bahan baku yang hilang selama proses gliserolisis sangat sedikit. 49