PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

dokumen-dokumen yang mirip
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

PROFIL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN BOGOR

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016

KEBIJAKAN KKP "Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melakukan jumpa pers di kantor KKP Jakarta, Senen (18/10).

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

Transkripsi:

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2017

I. PENDAHULUAN Perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim, telah mengubah orientasi pembangunan yang sebelumnya hanya terkonsentrasi pada wilayah daratan telah meluas pada pembangunan wilayah maritim yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia melalui misinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, telah menetapkan beberapa strategi, yaitu: 1 1. Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi. 2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. 3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. 4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional. Salah satu realisasi dari misi KKP dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah program pengembangan Minapolitan, yang merupakan konsep pembangunan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak di sektor kelautan dan perikanan. Sistem manajemen kawasan Minapolitan didasarkan pada prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Program yang mulai dijalankan pemerintah sejak 2009 ini merupakan upaya untuk merevitalisasi sentra produksi perikanan dan kelautan dengan penekanan pada peningkatan pendapatan rakyat. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan program pengembangan minapolitan memerlukan penyesuaian dan perubahan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian nasional 2, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan. Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan 1 2 Bank Indonesia, 2015, Boks Pengembangan Sub Sektor Perikanan Budidaya Air Tawar di Kawasan Minapolitan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Jakarta: Bank Indonesia. Kurniawan, Tony F. 2010. Analisis dan Reformasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Indonesia, Online http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2012/10/artikel05.pdf, diakses pada 10 Februari 2017.

ikan, atau pun kombinasi kedua hal tersebut. 3 Sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan adalah pelabuhan perikanan. Sementara itu, penggerak utama minapolitan di bidang perikanan budidaya adalah sentra produksi dan perdagangan perikanan di lahan-lahan budidaya produktif. 4 Sentra produksi pengolahan ikan dan perdagangan yang berada di sekitar pelabuhan perikanan, juga dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan. 5 Suatu kawasan minapolitan perikanan budidaya memerlukan integrasi sistem dari hulu sampai hilir yang meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Meskipun potensi lahan budidaya masih banyak yang belum dimanfaatkan, pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya merupakan salah satu pengembangan kawasan yang konsisten sampai saat ini. 6 Berdasarkan pembahasan sebelumnya, pembangunan wilayah dengan konsep minapolitan diharapkan dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat. Sehingga, permasalahan yang ditemui dalam mengembangkan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam konsep minapolitan, serta strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut mendapat perhatian. Penelitian ini akan diarahkan untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat di kawasan minapolitan, dengan fokus beberapa isu sebagai berikut: (1) perkembangan ekonomi masyarakat di kawasan minapolitan; (2) permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam konsep minapolitan; (3) strategi yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan tersebut. II. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banyumas telah berimplikasi positif terhadap peningkatan dan pengembangan perikanan di 3 4 5 6 Devina Rahma Raissa, dkk, 2014, Identification of Indicators Influencing Sustainability of Minapolitan Area in Lamongan Regency. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 135, 167-171. I. N. Edrus, 2015, Analisis Pengembangan Kawasan Minapolitan Kota Bengkulu. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 7(2), 79-92. Ibid. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Minapolitan Perikanan Budidaya, Menuju Kawasan Terintegrasi Yang Mandiri. Online http://www.djpb.kkp.go.id/arsip/c/344/minapolitan-perikanan-budidaya-menuju- KAWASAN-TERINTEGRASI-YANG-MANDIRI/?category_id=8, diakses pada 15 Mei 2017.

Kabupaten Banyumas khususnya ikan Gurami sebagai komoditas unggulan sebagaimana yang telah ditetapkan melalu Keputusan Bupati Banyumas. Pada tahun 2014 produksi ikan Gurami konsumsi di Kabupaten Banyumas telah mencapai 4.060,09 ton dan memberikan kontribusi hingga 48,81% dari total produksi ikan di Kabupaten Banyumas yang mencapai 8.318,63 ton. Produksi ikan Gurami di tahun 2015 meningkat sebesar 4.952,88 ton dengan tingkat kontribusi mencapai 50,17 % dari total produksi ikan. Dari besarnya kostribusi ikan Gurami yang lebih dari 50%, dapat dikatakan bahwa perikanan Kabupaten Banyumas bertumpu pada budidaya ikan Gurami sekaligus merupakan bagian penting untuk mendorong produksi Gurami konsumsi di Jawa Tengah. Oleh karena itu dengan dukungan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat, pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Banyumas dioptimalkan melalui strategi/kebijakan pengembangan kawasan minapolitan berbasis komoditas unggulan spesifik lokal yaitu Ikan Gurami. Pangsa pasar ikan Gurami ini sangat potensial baik pasar lokal, regional, maupun nasional. Disamping ikan Gurami perkembangan produksi perikanan juga didukung produksi komoditas andalan (ikan lele) maupun potensial (ikan nila). Selain perkembangan produksi juga ada peningkatan prasarana dan sarana budidaya. Perkembangan pembangunan dan peningkatan sarana prasarana budidaya ikan di kawasan minapolitan sudah menyentuh Kawasan Pembenihan, Kawasan Pembesaran maupun Kawasan Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan. Perkembangan infrastruktur di Kawasan Minapolitan meliputi pembangunan/rehabilitasi jalan produksi, jalan poros desa, saluran irigasi, sumur bor, gedung serbaguna, pagar keliling kawasan perkolaman, hatcery, kolam budidaya, dan pasar ikan. Di bawah ini manfaat dan implikasi terhadap masyarakat yang diharapkan dari perkembangan infrastruktur di Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas. Dalam rangka koordinasi, sinergitas serta harmonisasi kebijakan strategis dan perencanaan program guna percepatan pembangunan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banyumas telah ditetapkan Tim Kelompok Kerja (POKJA) Pengembangan Kawasan Minapolitan melalui Surat Keputusan Bupati Banyumas. Sementara untuk Kabupaten Bogor, Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang,Tajurhalang, Rancabungur merupakan kawasan yang layak

menjadi kawasan kegiatan Minapolitan di Kabupaten Bogor. Setelah dianalisis lebih mendalam berdasarkan (i) aspek potensi lahan/area untuk kegiatan perikanan budidaya, (ii) produktvitas dan (iii) jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), hanya empat kecamatan dan 27 desa yang layak menjadi kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Gunung Sindur dengan 6 desa, Kecamatan Parung dengan 7 desa, Kecamatan Ciseeng dengan 8 desa, dan Kecamatan Kemang dengan 6 desa. Potensi lahan untuk kegiatan perikanan budidaya di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor adalah seluas 2.592,5 Ha yang tersebar di empat kecamatan kawasan pengembangan yaitu Kecamatan Ciseeng seluas 1.309,5 Ha, Kecamatan Parung seluas 607 Ha, Kecamatan Gunung Sindur seluas 192 Ha dan Kecamatan Kemang 484 Ha. Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunung Sindur dan Kemang saat ini merupakan sentra kawasan kegiatan perikanan budidaya di Kabupaten Bogor. Komoditas perikanan budidaya yang dikembangkan di keempat kecamatan tersebut adalah Lele, Gurame Ikan Hias dan beberapa jenis lainya. Dari keempat kelompok komoditas yang dikembangkan di kawasan tersebut, komoditas lele menjadi komoditas yang banyak dibudidayakan kemudian Gurame, Ikan Hias dan kemudian jenis ikan lainnya. Pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Bogor tidak hanya dengan peningkatan produksinya saja, akan tetapi harus juga melihat apa saja yang mengganggu produksi sektor perikanan tersebut. Seperti contohnya penyediaan cara budidaya yang baik dan benar (CBIB). Dengan CBIB ini, pembudidaya dapat melakukan budidaya yang baik dan benar sehingga jumlah kuantitas dan kualitas produksi akan memenuhi persyaratan. Tenaga kerja juga merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena merupakan salah satu faktor pendukung produksi. Tenaga kerja untuk pembudidaya tingkat kecil di Kabupaten Bogor umumnya mengunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan tetangga pemilik lahan sendiri yang merupakan penduduk lokal. Pembudidaya tingkat usaha kecil dan mikro yang hanya mempunyai 1 atau 2 kolam tidak merasakan manfaat seperti pembudidaya tingkat usaha menengah. Pembudidaya tingkat usaha mikro mereka hanya mampu membeli 20.000 ekor benih ikan lele dengan biaya operasional seperti vitamin, obat-obatan, kapur, tenaga kerja dan biaya renovasi serta panen yang tidak jauh berbeda dengan pembudiaya tingkat usaha menengah. Jika dihitung usahanya, pembudidaya tingkat usaha kecil

mengalami kerugian karena harga pakan yang mahal untuk jumlah ikan yang tidak banyak, sehingga biaya per-ekor ikan atau per-kilogramnya jadi lebih mahal. Hal lain yang membedakan adalah pembudidaya pada tingkat usaha menengah yang membutuhkan pakan yang banyak akan mencari distributor atau produser pakannya langsung sehingga bisa lebih leluasa bernegosiasi harga atau meminta diskon untuk pembelian pakan dalam jumlah tertentu. Melihat kondisi diatas diketahui bahwa pembudidaya tingkat kecil dan mikro mempunyai tingkat kerentanan terhadap kegagalan yang cukup tinggi dan yang dapat bertahan jika terjadinya kegagalan adalah pembudidaya tingkat menengah hingga pembudidaya besar. Cara mengantisipasinya dapat dibentuk koperasi atau pengumpul yang mempunyai harga dasar yang cukup tinggi (Rp. 12.000) sehingga tingkat kesejahteraan pembudidaya dapat dipertahankan. Selain itu pula harus dapat mengkoordinir harga bahan pakan agar harga produksi dapat di kontrol. Pengembangan kawasan minapolitan adalah pembangunan sistem dan usaha agribisnis berorientasi kekuatan pasar (market driven) yang diarahkan untuk menembus batas kawasan (bahkan mencapai pasar global); pengembangan sarana-prasarana publik untuk memperlancar distribusi hasil perikanan dengan efisiensi dan risiko yang minimal; dan deregulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha dan perekonomian daerah. Dalam hal minapolitan di kabupaten bogor, khususnya dengan komoditas unggulan Lele, maka kawasan minapolitan harus dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan khususnya pelaku usaha yang terdiri pembenih, pembudidaya dan Pengolah ikan. Kegiatan pembenihan dan budidaya sudah berjalan cukup baik, sehingga yang perlu ditingkatkan adalah produktivitas dan efisiensinya. Kegiatan pembenihan dan budidaya tidak dapat disentralisasi karena telah tercipta keterkaitan produsen dan pasar sesuai dengan mekanisme pasar. Kegiatan yang masih belum berkembang adalah kegiatan pengolahan produk perikanan. Oleh karena itu agar terbuka pasar yang baru maka kegiatan pengolahan sebaiknya di sentralisasi. Atas dasar pemikiran tersebut tersebut, maka kawasan minapolitan Bogor harus mempunyai sentra kawasan terutama untuk kegiatan pengolahan, dan disamping itu juga berfungsi sebagai pusat informasi dan kegiatan minapolitan secara keseluruhan.

III. PENUTUP Program kawasan minapolitan ini pada prinsipnya merupakan suatu program kegiatan yang berupaya untuk mensinergiskan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam satu rangkaian kegiatan besar satu kawasan atau wilayah. Pengembangan kawasan minapolitan merupakan stimulan dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan. Dalam penetapan prioritas pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya perlu strategi dalam pelaksanaanya. Diperlukan peningkatan kesadaran serta peran aktif pemerintah kabupaten dan propinsi untuk lebih memperhatikan sektor perikanan dan diperlukan pula pembentukan tim terpadu pengembangan kawasan minapolitan yang melibatkan instansi terkait. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kegiatan pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap yang merupakan konsep pengembangan yang sedang digalakkan pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Kawasan Minapolitan adalah sebuah proses yang dinamis dengan karakteristik dasar pendekatan multi-sektor secara terintegrasi. Implementasi dari minapolitan harus selalu dievaluasi (melalui alat monitoring) untuk mengukur setiap keberhasilan atau bahkan kegagalan program. Hasil dari monitoring harus bisa digunakan sebagai dasar bagi pengelola untuk memperbaiki setiap rencana aksi (implementasi) berikutnya.