EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2017
I. PENDAHULUAN Perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim, telah mengubah orientasi pembangunan yang sebelumnya hanya terkonsentrasi pada wilayah daratan telah meluas pada pembangunan wilayah maritim yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia melalui misinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, telah menetapkan beberapa strategi, yaitu: 1 1. Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi. 2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. 3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. 4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional. Salah satu realisasi dari misi KKP dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah program pengembangan Minapolitan, yang merupakan konsep pembangunan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak di sektor kelautan dan perikanan. Sistem manajemen kawasan Minapolitan didasarkan pada prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Program yang mulai dijalankan pemerintah sejak 2009 ini merupakan upaya untuk merevitalisasi sentra produksi perikanan dan kelautan dengan penekanan pada peningkatan pendapatan rakyat. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan dengan program pengembangan minapolitan memerlukan penyesuaian dan perubahan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi yang lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian nasional 2, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan. Penggerak utama ekonomi di Kawasan Minapolitan dapat berupa sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan 1 2 Bank Indonesia, 2015, Boks Pengembangan Sub Sektor Perikanan Budidaya Air Tawar di Kawasan Minapolitan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Jakarta: Bank Indonesia. Kurniawan, Tony F. 2010. Analisis dan Reformasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Indonesia, Online http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2012/10/artikel05.pdf, diakses pada 10 Februari 2017.
ikan, atau pun kombinasi kedua hal tersebut. 3 Sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan adalah pelabuhan perikanan. Sementara itu, penggerak utama minapolitan di bidang perikanan budidaya adalah sentra produksi dan perdagangan perikanan di lahan-lahan budidaya produktif. 4 Sentra produksi pengolahan ikan dan perdagangan yang berada di sekitar pelabuhan perikanan, juga dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan. 5 Suatu kawasan minapolitan perikanan budidaya memerlukan integrasi sistem dari hulu sampai hilir yang meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Meskipun potensi lahan budidaya masih banyak yang belum dimanfaatkan, pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya merupakan salah satu pengembangan kawasan yang konsisten sampai saat ini. 6 Berdasarkan pembahasan sebelumnya, pembangunan wilayah dengan konsep minapolitan diharapkan dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat. Sehingga, permasalahan yang ditemui dalam mengembangkan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam konsep minapolitan, serta strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut mendapat perhatian. Penelitian ini akan diarahkan untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat di kawasan minapolitan, dengan fokus beberapa isu sebagai berikut: (1) perkembangan ekonomi masyarakat di kawasan minapolitan; (2) permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam konsep minapolitan; (3) strategi yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan tersebut. II. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banyumas telah berimplikasi positif terhadap peningkatan dan pengembangan perikanan di 3 4 5 6 Devina Rahma Raissa, dkk, 2014, Identification of Indicators Influencing Sustainability of Minapolitan Area in Lamongan Regency. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 135, 167-171. I. N. Edrus, 2015, Analisis Pengembangan Kawasan Minapolitan Kota Bengkulu. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 7(2), 79-92. Ibid. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Minapolitan Perikanan Budidaya, Menuju Kawasan Terintegrasi Yang Mandiri. Online http://www.djpb.kkp.go.id/arsip/c/344/minapolitan-perikanan-budidaya-menuju- KAWASAN-TERINTEGRASI-YANG-MANDIRI/?category_id=8, diakses pada 15 Mei 2017.
Kabupaten Banyumas khususnya ikan Gurami sebagai komoditas unggulan sebagaimana yang telah ditetapkan melalu Keputusan Bupati Banyumas. Pada tahun 2014 produksi ikan Gurami konsumsi di Kabupaten Banyumas telah mencapai 4.060,09 ton dan memberikan kontribusi hingga 48,81% dari total produksi ikan di Kabupaten Banyumas yang mencapai 8.318,63 ton. Produksi ikan Gurami di tahun 2015 meningkat sebesar 4.952,88 ton dengan tingkat kontribusi mencapai 50,17 % dari total produksi ikan. Dari besarnya kostribusi ikan Gurami yang lebih dari 50%, dapat dikatakan bahwa perikanan Kabupaten Banyumas bertumpu pada budidaya ikan Gurami sekaligus merupakan bagian penting untuk mendorong produksi Gurami konsumsi di Jawa Tengah. Oleh karena itu dengan dukungan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat, pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Banyumas dioptimalkan melalui strategi/kebijakan pengembangan kawasan minapolitan berbasis komoditas unggulan spesifik lokal yaitu Ikan Gurami. Pangsa pasar ikan Gurami ini sangat potensial baik pasar lokal, regional, maupun nasional. Disamping ikan Gurami perkembangan produksi perikanan juga didukung produksi komoditas andalan (ikan lele) maupun potensial (ikan nila). Selain perkembangan produksi juga ada peningkatan prasarana dan sarana budidaya. Perkembangan pembangunan dan peningkatan sarana prasarana budidaya ikan di kawasan minapolitan sudah menyentuh Kawasan Pembenihan, Kawasan Pembesaran maupun Kawasan Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan. Perkembangan infrastruktur di Kawasan Minapolitan meliputi pembangunan/rehabilitasi jalan produksi, jalan poros desa, saluran irigasi, sumur bor, gedung serbaguna, pagar keliling kawasan perkolaman, hatcery, kolam budidaya, dan pasar ikan. Di bawah ini manfaat dan implikasi terhadap masyarakat yang diharapkan dari perkembangan infrastruktur di Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas. Dalam rangka koordinasi, sinergitas serta harmonisasi kebijakan strategis dan perencanaan program guna percepatan pembangunan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banyumas telah ditetapkan Tim Kelompok Kerja (POKJA) Pengembangan Kawasan Minapolitan melalui Surat Keputusan Bupati Banyumas. Sementara untuk Kabupaten Bogor, Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang,Tajurhalang, Rancabungur merupakan kawasan yang layak
menjadi kawasan kegiatan Minapolitan di Kabupaten Bogor. Setelah dianalisis lebih mendalam berdasarkan (i) aspek potensi lahan/area untuk kegiatan perikanan budidaya, (ii) produktvitas dan (iii) jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), hanya empat kecamatan dan 27 desa yang layak menjadi kawasan Minapolitan di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Gunung Sindur dengan 6 desa, Kecamatan Parung dengan 7 desa, Kecamatan Ciseeng dengan 8 desa, dan Kecamatan Kemang dengan 6 desa. Potensi lahan untuk kegiatan perikanan budidaya di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor adalah seluas 2.592,5 Ha yang tersebar di empat kecamatan kawasan pengembangan yaitu Kecamatan Ciseeng seluas 1.309,5 Ha, Kecamatan Parung seluas 607 Ha, Kecamatan Gunung Sindur seluas 192 Ha dan Kecamatan Kemang 484 Ha. Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunung Sindur dan Kemang saat ini merupakan sentra kawasan kegiatan perikanan budidaya di Kabupaten Bogor. Komoditas perikanan budidaya yang dikembangkan di keempat kecamatan tersebut adalah Lele, Gurame Ikan Hias dan beberapa jenis lainya. Dari keempat kelompok komoditas yang dikembangkan di kawasan tersebut, komoditas lele menjadi komoditas yang banyak dibudidayakan kemudian Gurame, Ikan Hias dan kemudian jenis ikan lainnya. Pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Bogor tidak hanya dengan peningkatan produksinya saja, akan tetapi harus juga melihat apa saja yang mengganggu produksi sektor perikanan tersebut. Seperti contohnya penyediaan cara budidaya yang baik dan benar (CBIB). Dengan CBIB ini, pembudidaya dapat melakukan budidaya yang baik dan benar sehingga jumlah kuantitas dan kualitas produksi akan memenuhi persyaratan. Tenaga kerja juga merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena merupakan salah satu faktor pendukung produksi. Tenaga kerja untuk pembudidaya tingkat kecil di Kabupaten Bogor umumnya mengunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan tetangga pemilik lahan sendiri yang merupakan penduduk lokal. Pembudidaya tingkat usaha kecil dan mikro yang hanya mempunyai 1 atau 2 kolam tidak merasakan manfaat seperti pembudidaya tingkat usaha menengah. Pembudidaya tingkat usaha mikro mereka hanya mampu membeli 20.000 ekor benih ikan lele dengan biaya operasional seperti vitamin, obat-obatan, kapur, tenaga kerja dan biaya renovasi serta panen yang tidak jauh berbeda dengan pembudiaya tingkat usaha menengah. Jika dihitung usahanya, pembudidaya tingkat usaha kecil
mengalami kerugian karena harga pakan yang mahal untuk jumlah ikan yang tidak banyak, sehingga biaya per-ekor ikan atau per-kilogramnya jadi lebih mahal. Hal lain yang membedakan adalah pembudidaya pada tingkat usaha menengah yang membutuhkan pakan yang banyak akan mencari distributor atau produser pakannya langsung sehingga bisa lebih leluasa bernegosiasi harga atau meminta diskon untuk pembelian pakan dalam jumlah tertentu. Melihat kondisi diatas diketahui bahwa pembudidaya tingkat kecil dan mikro mempunyai tingkat kerentanan terhadap kegagalan yang cukup tinggi dan yang dapat bertahan jika terjadinya kegagalan adalah pembudidaya tingkat menengah hingga pembudidaya besar. Cara mengantisipasinya dapat dibentuk koperasi atau pengumpul yang mempunyai harga dasar yang cukup tinggi (Rp. 12.000) sehingga tingkat kesejahteraan pembudidaya dapat dipertahankan. Selain itu pula harus dapat mengkoordinir harga bahan pakan agar harga produksi dapat di kontrol. Pengembangan kawasan minapolitan adalah pembangunan sistem dan usaha agribisnis berorientasi kekuatan pasar (market driven) yang diarahkan untuk menembus batas kawasan (bahkan mencapai pasar global); pengembangan sarana-prasarana publik untuk memperlancar distribusi hasil perikanan dengan efisiensi dan risiko yang minimal; dan deregulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha dan perekonomian daerah. Dalam hal minapolitan di kabupaten bogor, khususnya dengan komoditas unggulan Lele, maka kawasan minapolitan harus dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan khususnya pelaku usaha yang terdiri pembenih, pembudidaya dan Pengolah ikan. Kegiatan pembenihan dan budidaya sudah berjalan cukup baik, sehingga yang perlu ditingkatkan adalah produktivitas dan efisiensinya. Kegiatan pembenihan dan budidaya tidak dapat disentralisasi karena telah tercipta keterkaitan produsen dan pasar sesuai dengan mekanisme pasar. Kegiatan yang masih belum berkembang adalah kegiatan pengolahan produk perikanan. Oleh karena itu agar terbuka pasar yang baru maka kegiatan pengolahan sebaiknya di sentralisasi. Atas dasar pemikiran tersebut tersebut, maka kawasan minapolitan Bogor harus mempunyai sentra kawasan terutama untuk kegiatan pengolahan, dan disamping itu juga berfungsi sebagai pusat informasi dan kegiatan minapolitan secara keseluruhan.
III. PENUTUP Program kawasan minapolitan ini pada prinsipnya merupakan suatu program kegiatan yang berupaya untuk mensinergiskan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam satu rangkaian kegiatan besar satu kawasan atau wilayah. Pengembangan kawasan minapolitan merupakan stimulan dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan. Dalam penetapan prioritas pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya perlu strategi dalam pelaksanaanya. Diperlukan peningkatan kesadaran serta peran aktif pemerintah kabupaten dan propinsi untuk lebih memperhatikan sektor perikanan dan diperlukan pula pembentukan tim terpadu pengembangan kawasan minapolitan yang melibatkan instansi terkait. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kegiatan pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap yang merupakan konsep pengembangan yang sedang digalakkan pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Kawasan Minapolitan adalah sebuah proses yang dinamis dengan karakteristik dasar pendekatan multi-sektor secara terintegrasi. Implementasi dari minapolitan harus selalu dievaluasi (melalui alat monitoring) untuk mengukur setiap keberhasilan atau bahkan kegagalan program. Hasil dari monitoring harus bisa digunakan sebagai dasar bagi pengelola untuk memperbaiki setiap rencana aksi (implementasi) berikutnya.