BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk


ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

Winardi 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan ekonomi di Kota Yogyakarta tahun 2011 berdasarkan perhitungan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas harga konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah dapat menimbulkan arus migrasi sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan di wilayah tersebut. Dalam proses migrasi tersebut, masyarakat cenderung menggunakan kendaraan bermotor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di D.I. Yogyakarta pada tahun 2011 meningkat 8,76 % dari tahun 2010 yaitu tercatat sebanyak 1.618.457 unit yang terdiri dari 0,68 % bus, 2,80 % mobil barang, 8,56 % mobil penumpang, dan 87,93 % sepeda motor. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang memadati lalu lintas menyebabkan emisi yang dibuang kendaraan bermotor tersebut meningkat. Menurut Bappenas (2006) dalam Suparwoko (2007), kurang lebih 75% pencemar udara perkotaan disebabkan oleh emisi (gas buang) kendaraan bermotor. Jumlah dan pertumbuhan sepeda motor (roda 1

2 2) tertinggi dibanding kendaraan bermotor lain seperti sedan (roda 4), bus, dan truk (roda 4 6). Perkembangan kota ini akan memberikan suatu dampak lingkungan baik pada bagian dalam maupun luar kota. Salah satunya adalah terjadi permasalahan di daerah pinggiran kota. Permasalahan di daerah pinggiran kota yaitu adanya environmental deterioration dengan meningkatnya lalu lintas sebagai akibat dari meningkatnya kepadatan lalu lintas di dalam kota, serta kegiatan-kegiatan industri yang muncul di daerah pinggiran kota yang mengakibatkan meningkatnya kadar polusi baik polusi udara, tanah maupun air (Fandeli, 2004). Menurut Dewi (2012), kepadatan sejumlah ruas jalan utama di Yogyakarta sudah mendekati titik jenuh sehingga terjadi kemacetan lalu lintas karena kapasitas jalan sudah tidak lagi mampu menampung volume kendaraan yang melintas. Titik kejenuhan ini telah mencapai tingkat visi rasio kurang lebih 0,75 0,80. Nilai ini sudah termasuk dalam kategori titik kritis. Ring Road merupakan garis batas terluar Kota Yogyakarta yang berada di daerah pinggiran kota. Jalan ini menjadi jalan utama yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan kabupaten-kabupaten lainnya sehingga kepadatan lalu lintas di area ini menjadi tinggi. Penggunaan lahan di Ring Road Selatan ini berupa pertanian dan pemukiman. Sebagian dari pemukiman dan lahan pertanian tersebut berada tepat di pinggir jalan, tanpa adanya penghalang. Hal ini mengakibatkan kawasan tersebut menerima dampak dari adanya kepadatan lalu lintas. Kendaraan bermotor yang melintas di kawasan ini mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan

3 manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Timbal atau Tetra Etil Lead (TEL) merupakan salah satu bahan yang terdapat pada bahan bakar terutama bensin. Timbal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia seperti gangguan pada sistem saraf pusat, sistem pencernaan, dan jaringan saraf (Governor s office of Appropriate Technology California, 1992 dalam Notodarmojo, 2005). Bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia sampai saat ini nyaris semua masih mengandung konsentrasi timbal yang lebih tinggi dari ukuran minimum internasional. Menurut spesifikasi resmi Ditjen Migas, kandungan maksimum timbal dalam bahan bakar yang diizinkan adalah 0,45 gr/l. Sementara, menurut ukuran internasional, ambang batas maksimum kandungan timbal adalah 0,15 gr/l (Santi, 2001). Timbal yang berasal dari emisi kendaraan bermotor tersebut kemudian akan didispersikan ke udara, yang kemudian akan jatuh ke permukaan tanah dan masuk terserap ke dalam tanah. Timbal ini akan menjadi toksik bagi makhluk hidup baik manusia, binatang, dan tumbuhan. Timbal yang ada di dalam tanah tersebut akan mengendap dan pada suatu saat akan diserap oleh tumbuhan yang tumbuh di atas tanah yang sudah tercemar tersebut. Hasil penelitian Sumiyati (2003) menunjukkan bahwa rata-rata kandungan timbal di sekitar Ring Road Selatan pada tanah non pertanian sebesar 38,981 mg kg -1 dan pada titik kontrol (tidak berbatasan langsung dengan Ring Road Selatan) sebesar 24,8 mg kg -1, sedangkan di tanah pertanian sebesar 31,183 mg kg -1 dan pada titik kontrol sebesar 15,6 mg kg -1.

4 Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan semua vegetasi hijau di kawasan perkotaan sering dianggap sebagai paru-paru kota yang dianggap mampu mengatasi permasalahan kualitas udara dan iklim suatu perkotaan. Dari penelitian Purnomohadi (1995), RTH mampu meredam konsentrasi timbal dari hasil emisi pembakaran. Kandungan timbal di jalan sangat bergantung pada kepadatan lalu lintas, jarak dari sumber dan jenis pohon serta kerapatannya (Smith, 1976). Konsentrasi ambien cemaran udara tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah cemaran yang diemisikan oleh pencemarnya (sumber atau biang penghasil cemaran udara), tetapi juga bergantung pada kemampuan lingkungan dalam meredam dan menyebarkan cemaran udara tersebut (UNEP dan WHO dalam Purnomohadi 1995). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kemampuan RTH dalam mereduksi konsentrasi kontaminan timbal pada tanah akibat emisi kendaraan. B. RUMUSAN MASALAH Kepadatan lalu lintas yang tinggi sebagai akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk menyebabkan emisi kendaraan bermotor yang dihasilkan juga meningkat. Ring Road Selatan ini merupakan salah satu jalan utama penghubung kota-kota di sekitarnya seperti Yogyakarta, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul, Sleman dan bahkan dari luar Provinsi DIY. Kawasan yang ada di sekitar Ring Road Selatan ini banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan pemukiman. Adanya penggunaan lahan sebagai pertanian dan pemukiman ini tidak diimbangi dengan keberadaan jalur hijau di kawasan Ring Road Selatan. Padahal timbal yang terdapat

5 dalam emisi kendaraan bermotor mempunyai sifat toksik bagi makhluk hidup. Timbal yang terdispersi di udara akan turun ke bawah kemudian mengendap dalam tanah. Dengan adanya timbal dari emisi kendaraan bermotor ini akan mengakibatkan tanah mendapat masukan bahan pencemar yang akan mengganggu siklus yang ada di dalam tanah dan suatu saat akan diserap oleh tumbuhan yang hidup di atasnya. Salah satu upaya dalam mereduksi pencemaran timbal pada tanah tersebut melalui pengadaan RTH (Purnomohadi,1995) Rumusan permasalahan pada penelitian ini berdasarkan uraian diatas adalah: 1. Bagaimana kemampuan RTH di Ring Road Selatan dalam mereduksi kandungan timbal dalam tanah? 2. Bagaimana keterkaitan antara kerapatan pohon RTH dengan kandungan timbal yang ada di dalam tanah RTH di Ring Road Selatan Yogyakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kemampuan RTH dalam mereduksi kandungan timbal dalam tanah. 2. Mengetahui keterkaitan antara kerapatan pohon RTH dengan kandungan timbal yang ada di dalam tanah RTH di Ring Road Selatan Yogyakarta.

6 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi dan data ilmiah yang berkaitan dengan bahan pencemar timbal dalam tanah untuk penelitian terkait. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk pengambilan keputusan dalam upaya memperbaiki kualitas lingkungan suatu wilayah.