BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Agies Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vera Puji Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lastarina Andanawari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Riska Nur Azizah, 2014 PENERAPAN METODE DRILLDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERAWATAN TANAMAN HIAS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu. melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self help), mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang bersifat vokasional, salah satunya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum untuk SMP/MTs/ SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, pendidikan kecakapan hidup untuk kepentingan peserta didik dalam

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, semua manusia yang ada di dunia ini adalah sama, tidak

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat diperoleh semaksimal mungkin. yang terjadi pada ketersediaan barang dagangan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. mental yang baik agar siap untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB IV PEMBERDAYAAN REMAJA DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran keterampilan di sekolah merupakan alat untuk mengembangkan potensi siswa sebagai bekal hidup agar pada saat mereka terjun di masyarakat dapat digunakan untuk mencari nafkah. Pembelajaran keterampilan yang dimaksud adalah pembelajaran keterampilan kecakapan hidup, yang dituangkan dalam bentuk pembelajaran keterampilan fungsional. Tujuan pembelajaran keterampilan yaitu untuk mempersiapkan siswa agar memiliki kompetensi berupa kecakapan hidup untuk hidup mandiri yang dapat digunakan di masyarakat serta merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik/siswa di lembaga pendidikan/sekolah dengan masyarakat dunia kerja sehingga melalui keterampilan kecakapan hidup yang dimilikinya siswa tersebut dapat mencari nafkah. Penerapan pembelajaran keterampilan sangat ditentukan apakah program keterampilan dapat diikuti oleh siswa serta dapat diserap sehingga mereka menguasai keterampilan yang diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya perlu dibuat program 1 keterampilan yang sesuai dengan keberadaan siswa atau kemampuan siswa serta ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada di sekitar tempat tinggal siswa. Penyesuain program dipandang sangat penting dikarenakan keterampilan yang dipelajari harus dapat dikerjakan oleh siswa yang bersangkutan sebab apabila pembelajaran keterampilan tidak dapat diikuti maka program tersebut tidak memiliki fungsi apa-apa, begitu juga dengan anak penyandang tunagrahita penyesuain program sangatlah penting mengingat keberadaan mereka yang memiliki kekurangan baik fisik, mental maupun sosial.

Berdasarkan kebutuhan tersebut maka Pemerintah telah berupaya menyelenggarakan pendidikan secara khusus bagi penyandang tunagrahita yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991, sedangkan pengaturan program pengajarannya tertuang di dalam 2 Kurikulum Sekolah Luar Biasa berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1216/ U/1994. Sebagaimana tercantum dalam PP. 72 tahun 1991 Bab II Pasal 2 mengatakan bahwa : Pendidikan Luar Biasa bertujuan membantu para peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/mental agar mampu mengembangkan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Merujuk kepada tujuan Pendidikan Luar Biasa dalam PP. 72 Tahun 1991 Bab II Pasal 2 maka ada tiga hal penting yang menjadi esensi dari penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa yaitu : 1. Mengembangkan kemampuan peserta didik luar biasa dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan. 2. Kemampuan sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut harus menjadi dasar dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya baik secara sosial, budaya dan alam sekitarnya dalam kata lain kemampuan tersebut sebagai kecakapan hidup baik personal, sosial dan vokasional. 3. Membekali peserta didik untuk terjun dalam dunia kerja dan atau melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Tiga hal esensial di atas menunjukkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah melahirkan para peserta didik luar biasa yang memiliki kompetensi baik personal maupun sosial yang dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari sebagai kecakapan hidup sehingga mereka akan mengurangi ketergantungan (independency) kepada orang lain dan hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Beberapa pendapat yang berkaitan dengan pengertian 3 dikemukakan bahwa kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. Seperti dari WHO (1997) dalam Nurseha (tidak ada tahun :1) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan. Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002). Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang

didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Sejalan dengan definisi tersebut di atas, program keterampilan harus senantiasa relevan dengan kebutuhan anak serta kebutuhan lingkungan, sehingga apapun yang mereka dapatkan dari bangku sekolah dapat berguna untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan di masyarakat. Menindaklanjuti tujuan program pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan, mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan semaksimal mungkin sehingga anak-anak luar biasa terutama anak tunagrahita dapat memiliki kompetensi baik kompetensi personal dan sosial yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus mampu untuk memenuhi kebutuhan dirinya, mampu untuk bergaul dengan masyarakat, dapat memiliki keterampilan, sehingga mereka dapat memiliki kecakapan untuk hidup di masyarakat. Dengan terbentuknya kecakapan hidup akan tumbuh kemandirian sehingga anak luar biasa tidak lagi menjadi individu yang memiliki ketergantungan kepada orang lain tetapi mereka dapat hidup mandiri mampu hidup dalam kehidupan. Salah satu peserta didik di Sekolah Luar Biasa adalah anak tunagrahita ringan, anak tunagrahita ringan adalah anak yang memilki kecerdasan paling tinggi diantara anak tunagrahita lainnya. mereka memiliki hak seperti anak pada umumnya, dan merupakan bagian dari masyarakat, baik dalam pendidikan, kesehatan, bersosialisasi, maupun pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika anak tunagrahita ringan ingin memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari mereka 4

sering mengalami kesulitan dikarenakan berbagai hal yang membuat mereka tidak bisa diterima pada perusahaan atau tempat yang memerlukan tenaga kerja, hal ini diakibatkan oleh pandangan masyarakat yang kurang percaya atas kemampuan kerja mereka. Pandangan masyarakat yang terjadi saat ini ketika menilai kemampuan seseorang hanya dilihat dari kemampuan intelektualnya saja, sehingga bagi mereka yang memiliki intelektual di bawah ratarata/tunagrahita mereka dianganggap seseorang/individu yang tidak bisa melakukan hal yang berguna di masyarakat. Sejatinya mereka masih memiliki potensi yang bisa dikembangkan dalam masa perkembangannya. Kecerdasan yang dimiliki anak tunagrahita ringan berkisar antara 50-70, mereka mengalami kesulitan yang berkaitan dengan akademik, sosial dan pekerjaan. Walaupun demikian, mereka masih memilki kemampuan minimal dalam berhitung, membaca, menulis, dan penyesuaian sosial, tidak menutup kemungkinan mereka untuk bisa bekerja di pabrik atau di produsen rumahan pada bagian membungkus produk atau hasil yang akan dijual ke konsumen, sehingga kelak ia dapat menjadi pribadi yang mandiri untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Seperti dikemukakan oleh Samuel A. Kirk (1986) dalam Astati (2001:6) mengemukakan bahwa anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk berkembang dalam 3 bidang yaitu: 1) mata pelajaran sekolah (SD dan awal SMP), 2) dalam penyesuaian sosial sampai akhirnya dapat berdiri sendiri dalam masyarakat, dan 3) kemampuan bekerja yang dapat mandiri sebagian atau sepenuhnya seperti orang dewasa. Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak. Akan tetapi mereka masih mampu mempelajari hal-hal yang bersifat akademik walaupun terbatas. Sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika mencapai usia dewasa. Hasil studi pendahuluan terhadap pembelajaran keterampilan yang diselenggarakan di SLB, di SLB ini telah melakukan pembelajaran yang mengarah kepada melatih kemandirian mereka, 5

siswa di SLB ini sebagian besar termasuk anak tunagrahita ringan, sehingga pembelajaran pun lebih mengarah kepada keterampilan yang nantinya akan berguna bagi anak tunagrahita setelah tamat sekolah menengah atas atau setelah ia dewasa nanti dan berbaur dengan masyarakat. Pembelajaran keterampilan yang diberikan selama ini di SLB Sukagalih hanya berdasarkan pada program yang biasanya dilakukan di sekolah luar biasa pada umumnya seperti, menjahit, tata boga, meronce, dan handycrapt. Hal ini menyebabkan kurangnya peluang bagi lulusan SMALB untuk bisa bekerja sesuai dengan peluang yang ada selama ini di sekitar sekolah/tempat tinggal siswa. Keterampilan tersebut bukan tidak penting bagi anak-anak tunagrahita akan tetapi akan lebih baik apabila program pembelajaran keterampilan disesuiakan dengan peluang pekejaan yang tersedia sehingga akan lebih jelas arah tujuan pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak. Keberadaan fisik anak tunagrahita ringan yang menjadi siswa SLB Sukagalih tidak jauh berbeda dengan anak lainnya, fisik mereka tidak terlihat ada kekurangan selintas mereka terlihat seperti bukan anak tunagrahita, apabila ditelaah lebih jauh ada kekurangan dari mereka yaitu kecerdasan. Hasil studi pendahuluan yang lainnya Lembang merupakan salah satu daerah penghasil sayuran segar, berbagai jenis sayuran yang dihasilkan di daerah Lembang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masayarakat sekitar Lembang, Bandung, bahkan Jakarta lebih luas lagi produk pertanian yang dihasilkan tersebut di kirim ke luar Pulau Jawa salah satunya ke Pulau Kalimantan. Dalam pendistribusiannya sayuran harus dikemas secara tepat agar sayuran tetap segar dan tidak mudah rusak, sehingga sayuran tersebut dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Proses pengemasan sayuran di daerah Lembang dilakukan di industri rumahan yang terletak di sekitar SLB Sukagalih Lembang, pada proses pengemasan ini memerlukan tenaga kerja padat karya dan karena proses pengemasan dikerjakan secara manual, jadi dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Pekerjaan yang terdapat di tempat 6

pengemasan produk pertanian pada umumnya dikerjakan oleh masayarakat sekitar, pekerjaan yang tersedia tidak memerlukan kecerdasan yang tinggi. Pemilik industri rumahan pengemasan produk pertanian bersedia menerima anak tunagrahita ringan untuk bekerja di tempat pengemasan tersebut. Latar belakang pemilihan program keterampilan yang ingin peneliti susun mengacu pada Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 50 menjelaskan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai potensi mereka yang optimal. Pemilihan program yang peneliti buat sejalan dengan yang ditegaskan oleh Bidang PLB Provinsi jawa Barat (2010:9) Jenis keterampilan yang akan dikembangkan diserahklan kepada sekolah sesuai potensi sekolah. Sekolah dapat mengembangkan keterampilan lain yang tidak ada dalam kelompok keterampilan seperti musik, massage, bahasa, tata rias dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan peserta didik. B. Fokus Penelitian Rumusan masalah pada penelitian ini difokuskan pada permasalahan sebagai berikut: Apakah program keterampilan kerja mengemas produk pertanian dapat diterapkan pada anak tunagrahita ringan kelas XI SLB? C. Pertanyaan Penelitian Untuk lebih memudahkan dalam mengkaji dan mengarahkan, maka penulis menguraikan permasalahan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi anak tunagrahita ringan yang mendukung kemampuan keterampilan kerja mengemas produk pertanian? 7

2. Bagaimana peluang kerja di daerah sekitar sekolah, berkaitan dengan keterampilan mengemas produk pertanian yang sesuai dengan anak tunagrahita ringan? Aspek yang ditinjau terdiri dari: a. Jenis pekerjaan yang tersedia b. Kualitas pekerjaan yang distandarkan oleh industri rumahan (home industri) c. Kemampuan produksi pengemasan produk (home indusrti) d. Ketepatan waktu yang harus dicapai dalam penyelesaian pengemasan produk 3. Bagaimana draft program keterampilan kerja mengemas produk pertaninan yang cocok bagi anak tunagrahita ringan? 4. Bagaimana implementasi program keterampilan kerja mengemas produk pertanian bagi tunagrahita ringan? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini, secara umum bertujuan untuk menemukan rumusan program keterampilan kerja bagi anak tunagrahita ringan, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang objektif tentang: 1. Kondisi anak tunagrahita ringan yang mendukung kemampuan keterampilan kerja mengemas produk pertanian. 2. Gambaran tentang peluang kerja di daerah sekitar sekolah, berkaitan dengan keterampilan mengemas produk pertanian yang sesuai dengan anak tunagrahita ringan. Aspek yang ditinjau terdiri dari: a. Jenis pekerjaan yang tersedia b. Kualitas pekerjaan yang distandarkan oleh industri rumahan (home industri) 8

c. Kemampuan produksi pengemasan produk (home indusrti) d. Ketepatan waktu yang harus dicapai dalam penyelesaian pengemasan produk 3. Draft program keterampilan kerja mengemas produk pertaninan bagi anak tunagrahita ringan. 4. Implementasi program keterampilan kerja mengemas produk pertanian bagi tunagrahita ringan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi konsep maupun teori tentang keterampilan kerja khususnya untuk keterampilan kerja mengemas produk pertanian yang menggunakan koran dan plastik. Oleh karena itu teori-teori yang dikaji dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan keterampilan kerja mengemas produk pertanian yang dapat mengembangkan kemampuan anak tunagrahita ringan untuk dapat bekerja ketika lulus dari SMALB. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapakan dapat menggambarkan program keterampilan kerja yang sesuia dengan kondisi fisik/kemampuan anak tunagrahita yang mendukung pekerjaan dan ketersediaan pekerjaan yang terdapat di lingkungan tempat tinggal anak tunagrahita ringan dalam hal ini keterampilan kerja mengemas produk pertanian dengan menggunakan koran dan plastik. Manfaat lain hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada penyelenggara pendidikan bahwa pemilihan keterampilan yang akan diberikan kepada anak hendaknya disesuiakan dengan kondisi anak dan lapangan pekerjaan yang tersedia di lingkungan tempat tinggal anak sehingga anak dapat bekerja di tempat tersebut. 9

Melalui penelitian diharapkan dapat tercipta program keterampilan kerja mengemas produk pertanian yang mampu mendorong terciptanya kemampuan kerja anak tunagrahita ringan lulusan SMALB dan dapat meyakinkan masyarakat bahwa mereka memiliki kemampuan jika dikembangkan sesuai dengan potensi yang mereka miliki. 10