dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia pada Materi Lingkaran untuk Siswa Kelas VIII SMP

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMPN 11 KOTA JAMBI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian untuk mengembangkan suatu produk. Adapun produk yang

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI MODEL ATOM HIDROGEN MATA KULIAH FISIKA ATOM DAN INTI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH

BUDAYA KEDIRI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS ETNOMATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK)

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Wina

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi maupun skill. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTU WONDERSHARE DENGAN PENDEKATAN RME PADA MATERI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dikembangkan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengembangan modul himpunan dengan pendekatan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Pengembangan LKS Berbasis Pendekatan Rme Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan R & D (Research and

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Inquiry Berbantuan Software Wingeom

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods)

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D).

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB III METODE PENELITIAN. Lembar Kerja Siswa (LKS) materi matriks dengan pendekatan PMR untuk siswa

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, Euis Sugiarti : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Kata Kunci: Pendekatan matematika realistik (PMR), hasil belajar, motivasi, persamaan diferensial

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PEMECAHAN MASALAH DI KELAS X SMK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari lima tahap yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan),

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PROSIDING ISBN :

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan dan validasi.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang terdiri

Ratulani Juwita *), Afrida Yanti. STKIP PGRI Sumatera Barat

Volume 1 Nomer 2 Desember 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI PLSV KELAS VII SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB III METODE PENELITIAN. materi aritmetika sosial untuk SMP kelas VII dengan model pembelajaran Group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA (LKM) BERORIENTASI CHARACTER BUILDING PADA MATAKULIAH ANALISIS VEKTOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dalam

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika yang panjang dan berkesinambungan,

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL ARIAS UNTUK MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SMP. Wahyu Hidayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1Jurnal Penelitian PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMK SWASTA YPK MEDAN Darajat Rangkuti 1, Darmina Eka Sari Rangkuti 2 Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, Sumatera Utara, Indonesia Email :rangkutidarajat@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar matematika berupa RPP dan buku siswa dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik pada materi Statistika dan untuk mengetahui kualitas bahan ajar berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan ditinjau dari aspek matematika siswa kelas X. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan ADDIE, yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Swasta YPK, Medan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas bahan ajar yang dikembangkan meliputi lembar penilaian kevalidan RPP dan buku siswa, angket respon siswa terhadap kepraktisan bahan ajar, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan tes matematika. Kualitas kevalidan bahan ajar memenuhi kriteria valid ditunjukkan oleh rata-rata skor kevalidan RPP yaitu 4,3 dan rata-rata skor kevalidan buku siswa yaitu 4,3 dengan masing-masing skor maksimal adalah 5,00. Kualitas kepraktisan bahan ajar memenuhi kriteria praktis ditunjukkan oleh rata-rata persentase respon siswa sebesar 89,7%. Kualitas keefektifan bahan ajar ditinjau dari keterlaksanaan pembelajaran memenuhi kriteria efektif ditunjukkan oleh rata-rata skor keterlaksanaancsebesar 4,01 atau berada pada kategori baik sedangkan kualitas keefektifan bahan ajar ditinjau dari kemampuan pemecahan matematika siswa memenuhi kriteria efektif ditunjukkan dari peningkatan persentase ketuntasan siswa pada posttest yaitu 86,7% jika dibandingkan dengan persentase ketuntasan siswa pada pretest yaitu 30%. Kata Kunci: Pengembangan Bahan Ajar, Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Kemampuan Pemecahan Masalah PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Salah satu cabang dari ilmu pengetahuan adalah matematika. Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan daya nalar,

2Jurnal Penelitian cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan penting karena akan membekali siswa dengan kemampuan berpikir yang dibutuhkan dalam menghadapi berbagai macam masalah (O Connel, 2007: 29). Menurut Woolfolk (dalam Hamzah, 2007: 134), kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seorang siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. Sejalan dengan hal tersebut, Mayer (dalam Djamilah, 2009: 2) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan menemukan hubungan antara pengalaman (skema) yang dimilikinya dengan masalah yang sekarang dihadapinya, kemudian bertindak untuk menyelesaikannya. Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan seseorang untuk mengumpulkan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi disebutkan bahwa kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan yang didalamnya meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah pada siswa dapat dilihat dari langkah-langkah pemecahan masalah yang dituliskannya. Menurut Polya (1973: 6-14), terdapat empat langkah dalam memecahkan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pemeriksaan kembali. Namun kenyataannya di lapangan kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah dan kurang mendapatkan perhatian, seperti hasil penelitian dari Nurrokhmah (2014) yang menyebutkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa dari 32 siswa yang mengerjakan soal, 12 siswa masih mengalami kesulitan dalammemahami masalah. Hal ini ditunjukkan dengan siswa tidak menuliskan hal yang diketahui, hal yang ditanyakan, dan mengubah hal tersebut dalam notasi matematika. Menyadari akan rendahnya ini, maka dapat disimpulkan adanya masalah pada variabel ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru harus melakukan upaya-upaya diantaranya membahas masalah tersebut secara komperhensif dalam forum MGMP, merubah paradigma pembelajaran kepada konstruktivis, dan memperbaiki kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran. Upaya upaya tersebut diantaranya dengan menerapkan dan mengembangkan metode, pendekatan,

3Jurnal Penelitian maupun strategi pembelajaran matematika yang karakteristiknya dapat ditujukan untuk melatih siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mampu menjadikan siswa berlatih untuk mencapai dan meningkatkan adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menggunakan situasi yang mengandung permasalahan realistik yaitu permasalahan yang dapat dibayangkan oleh siswa sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika (Wijaya,A, 2012:21). Keberadaan permasalahan realistik akan memfasilitasi siswa untuk melakukan interpretasi situasi melalui kegiatan pemodelan matematika. Selain itu, pendekatan Pendidikan Matematika Realistik juga memfasilitasi siswa untuk mengaitkan berbagai konsep matematika. Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajarmemenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Dari pernyataan Akker (dalam Rochman, 2012:68) disimpulkan bahwa kriteria kualitas suatu bahan ajar yaitu kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness). Sehingga dapat dinyatakan bahwa perangkat yang berkualitas adalah memenuhi ketiga aspek tersebut. Selanjutnya, validitas diperoleh dari validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman sejawat berisikan validasi isi (content), konstuk dan bahasa. Selanjutnya kepraktisan berarti bahwa bahan ajardapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncakan dan mudah dipahami oleh siswa. Sedangkan keeefektifan dilihat dari hasil penilaian autentik yang meliputi penilaian terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar. Namun faktanya masih banyak sekarang ini pendidik ataupun guru yang kesulitan dalam merancang dan menjalankan bahan ajaryang tepat sesuai tuntutan yang diharapkan. Masih banyak guru matematika khususnya di Sumatera Utara yang mengalami kesulitan dalam mempersiapkan bahan ajaruntuk digunakan ketika mengajar. Sebagai upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang ditegaskan pada kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Permendiknas No 22, 23 dan 24 tahun 2006), memuat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI), yang mana baik SKL maupun SI mengutamakan kompetensi siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum KTSP tersebut yaitu guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dituntut mempunyai kemampuan mengelola dan mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Hal ini diperkuat dengan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20 yang menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, salah satu kewajiban guru adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun bahan ajaryang lengkap dan sistematis agar pembelajaran

4Jurnal Penelitian berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Adapun alasan peneliti memilih mengembangkan bahan ajar melalui pendekatan pendidikan matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dikarenakan pembelajaran realistic mampu mengantarkan siswa untuk mencapai indikator-indikator. Sesuai Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses. Untuk memenuhi standar proses tersebut maka pembelajaran harus direncanakan, dinilai dan diawasi. Pada pembelajaran matematika reakistik, guru tidak serta merta memberikan solusi dari setiap masalah. Akan tetapi siswa diberikan peluang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan bimbingan guru, yaitu dengan guru memancing dengan pertanyaan pertanyaan sehingga siswa akan dengan aktif untuk mengkonstruksi, menemukan dan memahami konsep konsep matematika untuk pemecahan masalah sehingga diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan ide, gagasan, atau pemikiran dalam pemecahan masalah yang disajikan. Pembelajaran matematika realistik dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Pembelajaran matematika realistik menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber- sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran matematika realistik diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran, bahan ajar (RPP, dan BS) sebagai sumber belajar yang dapat meningkatkan siswa. sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Tentunya skenario di buat oleh guru dengan mengacu pada referensi yang ada, seperti pada skenario pembelajaran matematika realistic menurut Suchman (dalam Trianto, 2009 : 171). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan realistik lebih menekankan kepada memanipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi yang mana siswa aktif terlibat didalamnya. Artinya melalui pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang telah dipahaminya dan yang ada dalam pikirannya untuk membangun suatu pengetahuan yang akan diperolehnya. Dalam hal ini yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana:(1) kualitas bahan ajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistic berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan; (2) peningkatan siswa kelas X SMK Swasta YPK Medan menggunakan bahan ajar

5Jurnal Penelitian melalui pendekatan matematika realistik yang dikembangkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan ADDIE. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Swasta YPK Medan. Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini mengacu pada Model penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Tahap pengembangan diawali dengan tahap analisis (analysis), dimana Fase-fase dalam tahap ini adalah;(1) Analisis kebutuhan siswa kelas X untuk mengetahui perkembangan keseimbangan kognitif siswa dalam belajar matematika, bahan ajar yang digunakan siswa, dan model pembelajaran yang diterapkan kepada siswa;(2) Analisis kurikulum matematika SMK Kelas X pada materi Statistika mencakup SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar). Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan tahap perencenaan (design) dimana tujuan dari tahap ini ialah untuk merancang bahan ajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik, penyusunan bahan ajarmeliputi: penyusunan tes, pemilihan media dan pemilihan format. Selanjutnya adalah tahap pengembangan (develop), Hal-hal yang dilakukan pada tahap pengembangan yaitu RPP, penulisan bahan ajar, dan validasi bahan ajar oleh ahli materi dan ahli media. Selanjutnya tahap implementasi (implemantation), Tahapan uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini berupa pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dan pelaksanaan postes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mengikuti pembelajaran. Setelah mendapatkan bahan ajar yang efektif, Pengembangan bahan ajar mencapai tahap akhir yaitu tahap evaluasi (evaluation) Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap pengembangan bahan ajar dilihat dari komponen kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan untuk mengetahui kualitas bahan ajar yang dikembangkan. Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, angket dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah.angket digunakan untuk menjaring respon siswa, dan lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan terhadap pelaksanaan bahan ajar yang dikembangkan di kelas. Selanjutnya, untuk melihat keefektifan bahan ajar, yaitu dilihat dari: a. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yakni dianalisis dengan mempertimbangkan bahwa siswa dikatakan tuntas apabila nilai siswa secara individual mencapai skor 75, sedangkan suatu pembelajaran dikatakan telah tuntas secara klasikal yaitu jika terdapat 85% siswa yang mengikuti tes telah mencapai skor 75. b. Keterlaksanaan pembelajaran telah mencapai ketuntasan minimal baik

6Jurnal Penelitian Sedangkan data hasil angket observasi keterlaksanaan terkait dengan respon siswa dianalisis dengan deskriptif kuantitatif, dihitung dengan menggunakan rumus(sinaga, pembelajaran telah memenuhi skor pada kategori Baik atau minimal 3,50. 2007): HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran. x 100% Sebelum dilakukan ujicoba Untuk melihat kepraktisan lapangan, terlebih dahulu dilakukan bahan ajardiukur menggunakan validasi oleh para ahli mencakup angket respon siswa, apabila bahan ajar yang bertujuan untuk banyaknya siswa yang memberikan medapatkan bahan ajar yang valid respon positif lebih besar atau sama sebelum dilakukan uji coba lapangan. dengan 80% dari banyaknya subjek Hasil validasi bahan ajar dapat dilihat yang diteliti untuk setiap uji coba. pada tabel 1 berikut: Sdan selanjutnya dilihat dari Tabel1. Hasil Validasi Bahan Ajar N Nilai rata-rata Tingkat Objek yang dinilai o validitas Validasi 1 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Buku Siswa (BS) 4,3 4,3 Valid Rata-rata 4,3 Valid Seluruh bahan ajar telah melalui proses validasi oleh validator. Nilai validasi rata-rata total adalah 4,3 dengan tingkat validasi valid. Walaupun bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kevalidan, ada beberapa hal yang harus diperbaiki sesuai dengan catatan-catatan yang diberikan oleh validator meliputi isi, bahasa dan konstruk, dan keterkaitan dengan langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dengan bahan ajar yang dikembangkan. Pemenuhan aspek validitas sejalan dengan pendapat Akker (1999: 10) yang menyatakan validitas mengacu pada sejauh mana desain dari bahan ajar didasarkan pada keadaan terbaru dari teknologi, seni,atau ilmu ('validitas isi') dan berbagai variasi komponen dari bahan ajar secara konsisten berkaitan satu sama lain ('validitas konstruk'). 2. Hasil Kepraktisan Perangkat Pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan dikatakan praktis jika hasil dari penelitian menunjukkan bahwa para siswa sebagai pengguna bahan ajar menganggap bahwa bahan ajar tersebut memenuhi kebutuhan, harapan, dan sesuai dengan siswa. Indikator yang digunakan untuk menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan adalah praktis yaitu hasil angket respon siswa. Pada penelitian ini bahan ajar menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistic dalam meningkatkan kemampuan peecahan masalah siswa yang dikembangkan sudah praktis digunakan yakni telah memenuhi kriteria praktis karena

7Jurnal Penelitian dapat digunakan dengan baik yang ditunjukkan melalui respon siswa diperoleh total akhir persentase respon positif sebesar 91,93% dengan nilai respon tiap aspek masing-masing adalah 90,83%, 87,5%, 100%, 73,33%, dan 100%. 3. Hasil Keefektifan Perangkat Pembelajaran. a. Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Hasil uji coba lapangan untuk melihat tingkat ketuntasan hasil belajar siswa apabila sudah memenuhi 85% siswa telah memiliki dengan skor rerata paling kecil 2,67 atau berada pada katagori B- dengan rentang 2,51-2,84. Pada penelitian ini Nilai ketuntasan kemampuan pemecahan masalah menunjukkan 86,7% siswa secara klasikal tuntas memenuhi target individu yang ditentukan. b. Hasil Observasi Keterlasanaan Pembelajaran Hasil uji coba untuk melihat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, dapat dilihat pada setiap ujicoba. Berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran yang telah ditentukan maka secara keseluruhan keterlaksanaan pembelajaran berada dalam kategori baik dengan nilai keterlaksanaan pembelajaran tiap aspek masingmasing adalah 4,05, 4, 4, dan 4,01. 4. Hasil analisis Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis. Setelah bahan ajar dikembangkan hingga dapat dikatakan berkualitas baik meliputi valid, praktis dan efektif, maka akan dilihat besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan bahan ajar tersebut. Peningkatan akan dilihat melalui N-Gain dari hasil pre-test dan post-test kemampuan pemecahan masalah siswa pada uji coba 2. Hasil N-Gain kemampuan pemecahan masalah siswa disajikan pada Tabel 2 Tabel 2 Hasil Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Gain Interpretasi Jumlah Siswa g 0,7 Tinggi 7 0,3 g < 0,7 Sedang 23 g < 0,3 Rendah 0 Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa 7 orang siswa mendapat skor Gain pada rentang 0,7 atau mengalami peningkatan kemampuan pemecahan masalah kategori Tinggi. Untuk siswa yang mengalami peningkatan kategori Sedang atau mendapat skor Gain pada interval 0,3 g < 0,7 berjumlah 23 dan tidak ada satupun siswa yang mengalami peningkatan kemampuan pemecahan masalah kategori Rendah. Hasil Gain untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Pada lampiran dapat dilihat bahwa skor total pretest siswa adalah 195 dari skor maksimal 360. Sedangkan skor total posttest siwa adalah 281. Berdasarkan nilai tersebut, dapat kita lihat besar Gain sebagai berikut.:

8Jurnal Penelitian Nilai Gain sebesar 0,52 jika diinterpretasikan kedalam klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka total peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh berada dalam kategori Sedang. Artinya bahan ajar yang dikembangkan menggunakan realistik telah meningkatkan dengan besar peningkatan berada dalam kategori Sedang yakni dengan nilai Gain 0,52. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik telah memenuhi kriteria keefektifan. Hal ini dikarenakan dengan menerapkan bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik siswa aktif mencari, menyusun sendiri pengetahuan, dan membuat kesimpulan dari pengetahuan yang ditemukan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaanpertanyaan yang mengarah. Sejalan dengan pandangan Vygotsky (Trianto, 2009), yaitu proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zona of proximal development. Dengan demikian, semakin aktif siswa menangani tugas-tugas belajarnya, maka akan semakin efektif pembelajaran yang dilakukan. Hal ini diperkuat oleh teori konstruktivisme dari Piaget (Sugiyono, 2009), menekankan pentingnya kegiatan peserta didik untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri, seperti kegiatan peserta didik dalam mengolah bahan, mengerjakan soal, membuat kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri yang merupakan kegiatan yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat membangun pengetahuannya. Selanjutnya, peningkatan siswa dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan merupakan hal yang wajar, Hal ini dikarenakan siswa sendirilah yang menemukan konsepnya dan menguasai benar temuannya, sedangkan peran guru membimbing siswa dengan memberi arahan (guided) dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan arahan/pertanyaanpertanyaan yang diberikan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Sejalan dengan hasil penelitian Nurrokhmah (2014) yang menunjukkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Disamping itu, respon positif yang diberikan siswa ditimbulkan karena guru telah memberikan stimulus berupa umpan balik dan penguatan yang sesuai dengan karakteristik siswa setelah mempelajari keadaan kelas. Berdasarkan karakteristik siswa, guru

9Jurnal Penelitian membuat RPP yang berisi aktivitas yang dilakukan siswa, waktu, dan evaluasi yang disesuaikan dengan realistik. Program pengajaran juga dituangkan dalam bahan ajar, seperti buku siswa sebagai petunjuk bagi siswa maupun guru dalam mengarahkan siswa untuk memperoleh penyelesaian atas masalah dan mencapai tujuan pembelajaran. Pernyataan ini diperkuat oleh Sanjaya (2010) yaitu proses pembelajaran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi, kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya memerlukan perencanaan yang matang dari setiap guru. Proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik, menuntut siswa lebih banyak berpikir eksploratif daripada sekedar berpikir mekanis dan prosedural. Disamping itu, siswa dilatih untuk memecahkan permasalahan yang sering dialami oleh siswa, dengan memberikan masalah yang sering dialami siswa, maka pola pikir siswapun tidak hanya terbatas pada buku teks, tetapi mereka dapat menyelesaikan permasalahan dengan cara mereka sendiri dan langkah-langkah penyelesaian yang mereka anggap tepat. Sehingga hal tersebut berdampak pada hasil kemampuan hasil penelitian Nurrokhmah (2014) yang menunjukkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran dengan realistik dapat meningkatkan, dimana kebanyakan jawaban siswa sistematis, terstruktur, bervariasi, dan sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang ini. Dalam proses pembelajaran matematika, ketika siswa belajar untuk menemukan, memahami dan mengembangkan konsep yang sedang dipelajarinya melalui kegiatan berfikir, menulis dan berdiskusi sesungguhnya mereka telah menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah sudah merupakan alasan yang cukup untuk menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan kata lain, rendahnya dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan dan manfaat kemampuan itu. Oleh sebab itu kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang perlu ditingkatkan dalam diri siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah realistik. Adapun kelebihan realistic adalah dapat membantu siswa dengan karakteristik gaya belajar kinestik, dimana siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Adapun kelemahan realistic adalah guru harus lebih professional sehingga ketika siswa

10Jurnal Penelitian melakukan proses pemecahan masalah, guru dapat memberikan bantuan yang langsung dapat menggarahkan siswa untuk lebih mudah menemukan penyelesaiannya. Kemampuan pemecahan masalah bukanlah suatu hal yang mustahil untuk ditingkatkan. Penelitian Nurrokhmah (2014) yang menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapat pembelajaran dengan realistik dalam kategori cukup lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Dengan demikian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan realistik berpotensi meningkatkan siswa. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut mendukung hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini. Penelitian ini telah berhasil mengembangkan bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Bahan ajar dikembangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik. SIMPULAN 1. Bahan ajar menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid yakni untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi aspek kelayakan format, bahasa dan isi dengan total skor masingmasing berada dalam kategori Valid, sedangkan untuk Buku Siswa \meliputi aspek kelayakan format, bahasa, isi, penyajian dan kegrafikan berada dalam kategori Valid juga. Tes kemampuan pemecahan masalah berada dalam katagori valid 2. Bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan pendidikan matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa sudah praktis digunakan yakni telah memenuhi kriteria praktis yang dilihat dari rata-rata respon siswa mengenai bahan ajar berada pada kategori baik. 3. Bahan ajar menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang dikembangkan sudah efektif ditinjau dari : a. Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar belajar siswa secara klasikal. Dimana kriteria ketuntasan belajar siswa apabila lebih atau sama dengan 85% siswa telah memiliki kemampuan pemecahan masalahdengan skor paling kecil 2,67 atau berada pada kategori B-. b. Keterlaksanaan pembelajaran dimana keterlaksanaan pembelajaran sudah berada pada kriteria baik sehingga masuk pada kriteria efektif. SARAN 1. Sebaiknya guru harus membuat sendiri RPP yang sesuai dengan jam pelajaran yang akan berlangsung, sehingga akan tercipta suasana belajar yang diharapkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

11Jurnal Penelitian 2. Bagi guru atau pihak lain yang ingin mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik pada materi pokok matematika yang lain atau pada mata pelajaran yang lain dapat merancang/mengembangkan perangkat dengan memperhatikan komponen model pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan, agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai langkah-langkah pembelajaran yang telah kita rancang. DAFTAR PUSTAKA Akker, J.V.D. 1999. Principles And Methods Of Development Research. Dalam Plomp, T; Nieveen, N; Gustafson, E.K; Branch, R.M; dan Akker, J.V.D (Eds). Design Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 1-14). London: Kluwer Academic Publisher Djamilah Bondan Widjajanti. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan BagaimanaMengembangkany a. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FMIPA UNY. Hamzah B. Uno. (2007). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.. Nurrokhmah, Febriana. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Teorema Phytagoras Kelas VIII SMP. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FKIP- UNY. O Connel, Susan. (2007).Introduction to Problem Solving Grades 3-5. Portsmouth: Heinemann. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Polya, G. (1988). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. Diakses dari https://notendur.hi.is/hei2/teachi ng/polya_howtosolveit.pdf pada tanggal 21 April 2014, Jam 20.30 WIB. Rochman. 2012. Desain Model Bahan ajarmatematika. Jurnal Kreano, 3(1):59-72. Sugiyono. 2009. Pemanfaatan Software Cabri dalam

12Jurnal Penelitian Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah, Jurusan Pendidikan matematika.palembang, 06 Desember. (Online), (http://eprints.unsri.ac.id/1532/1/prosiding_semnas Pembejaran_Mat_6_Des_09.pdf, diakses 26 september 2014). Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana