BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masingmasing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang dan jasa dari negara lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. mengenai barang ataupun jasa-jasa. (Sobri, 2001:2 dalam Yuliarmi, 2006:5).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kahendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional diartikan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Universitas Bina Darma

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

Perdagangan, Globalisai, dan Neraca Pembayaran Internasional. Pengantar Ilmu Ekonomi

Perekonomian Indonesia

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.

Herdiansyah Eka Putra B

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya yang timbul akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud. Perdagangan selalu menguntungkan masing-masing pihak atau setidak-tidaknya salah satu pihak tidak ada yang dirugikan. Perdaganga timbul karena salah satu atau kedua piha melihat adanya manfaat / keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut (Boediono, 2000 : 10). Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional adalah perdagangan antara atau lintas Negara yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi 2 kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi, pembayaran bunga, dan remmitance seperti gaji tenaga kerja Indonesia serta fee atau royalty teknologi (lisensi). Perdagangan antar Negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan tersebut disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, kebudayaan, selera dan sebagainya. Dari segi penawaran, disebabkan oleh perbedaan faktor produksi baik kualitas, kuantitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. 12

Perbedaan faktor produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara. Faktor harga juga menentukan adanya perbedaan harga komparatif antar negara menyebabkan timbulnya arus persaingan perdagangan internasional. (Nopirin, 2000 : 206) Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami mengapa sebuah negara melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara lain. Teori tersebut makin disempurnakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan Heckser Ohlin. 1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme) Merkantilisme adalah suatu aliran atau filsafat yang tumbuh dan berkembang dengan pesat pada abad XVI XVIII di Eropa Barat.Kaum merkantilisme memiliki pandangan bahwa perdagangan internasional merupakan suatu hal penting bagi kemakmuran suatu negara. Dengan kata lain, kekayaan atau kemakmuran suatu negara identic dengan jumlah emas yang dimiliki (Hady Hamdy, 2001:7). Negara atau raja akan makmur dan kuat apabila ekspor lebih besar daripada impor (X-M). Surplus dari X-M (export netto) diselesaikan dengan pemasukan logam mulia terutama emas dan perak dari luar negeri, karena pada waktu itu logam mulia dipakai sebagai alat pembayaran. Kebijakan perdagangan dilakukan oleh merkantilis dalam melaksanakan ide pokok dengan cara melaksanakan ekspor sebesar-besarnya kecuali logam mulia dan melarang atau membatasi impor dengan ketat kecuali logam mulia (Hady Hamdy, 2001:24) 13

2) Teori Klasik Menurut Adam Smith, suatu Negara akan mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada Negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Keunggulan mutlak oleh Adam Smith merupakan kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit disbanding kemampuan Negara-negara lain (Deliarnov, 1995 : 198). Suatu Negara yang memiliki keunggulan mutlak tidak selalu akan mengekspor emua barang yang diproduksinya. Menurut David Ricardo salah seorang ekonom klasik, yang berlaku dalam keadaan seperti ini adalah teori keunggulan komparatif dimana suatu Negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang memiliki keunggulan komparatif rendah, yaitu barang yang jika dihasilkan sendiri memerlukan biaya yang lebih besar (Boediono, 2000 : 21). 3) Teori Modern Perkembangan teori perdagangan internasional selanjutnya dikembangkan oleh ahli ekonomi Swedia yaitu Eli Hecksher dan Berti Ohlin, dimana kedua ahli ekonomi ini terkenal dengan teori Hecksher Ohlin yaitu teori faktor proposi. Teori yang lebih modern yang menyatakan bahwa terjadinya perdagangan internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif faktor-faktor pemberian dan intensitas penggunaan faktor produksi (Lindert, 1994 : 35). Hecksher Ohlin yang menyatakan bahwa setiap Negara akan mengekspor barang yang 14

diproduksinya menggunakan faktor poduksi yang persediaannya melimpah dan murah serta menyimpan barang yang produksinya menggunakan sektor produksi yang persediaannya langka dan mahal secara intensif. Suatu Negara akan menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang lebih banyak (harga relatif faktor produksi rendah). Atau sebaliknya teori ini menganggap bahwa tiap-tiap Negara akan mengekspor komoditi yang relatif murah dan melimpah di Negara itu dan mengimpor komoditi yang relatif langka dan mahal. (Boediono, 2000 : 52) 4) Teori Permintaan dan Penawaran Pada prinsipnya perdagangan dua negara itu timbul karena adanya permintaan dan penawaran.dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang dan penawaran suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harga (Sukirno, 2006:76). Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa).dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan. Disisi lain teori penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan komoditas yang dijualnya. Penggabungan permintaan pembeli dan penawaran penjual dapat menunjukkan bagaimana interaksi antara pembeli dan penjual akan menentukan harga keseimbangan atau harga pasar serta jumlah komoditas yang akan diperjualbelikan (Herlambang, 2002:34) 15

2.2.2 Teori Impor Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah pabean suatu Negara dengan memenuhi ketentuan ketentuan yang berlaku (Hutabarat Roseline, 1997 : 403). Barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh suatu Negara, tidak semuanya bisa atau dapat dihasilkan didalam negeri, maka rumah tangga akan mengimpornya ke Negara lain. Dalam perekonomian terbuka selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan dan pemerintah juga ada sektor luar negeri karena penduduk di Negara bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan Negara lain. Suatu Negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke luar negeri, sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari Negara lain. Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, dimana semakin besar impor dari suatu sisi baik karena berguna untuk menyediakan kebutuhan akan barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk suatu Negara, namun disisi lain bisa mematikan produk atau jasa sejenis dalam negeri dan yang paling mendasar dapat menguras pendapatan Negara yang bersangkutan. Besarnya impor suatu Negara dipengaruhi oleh kesanggupan barangbarang yang diproduksi oleh Negara-negara untuk bersaing dengan barang dan jasa produksi domestik. Bila barang dan jasa produksi luar negeri lebih baik mutunya atau harganya lebih murah maka ada kecenderungan untuk mengimpor (Herlambang, 2001 : 216). 16

Dalam melakukan kegiatan impor diperlukan suatu tata cara impor agar kegiatan perdagangan internasional tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tata cara atau prosedur pelaksanaan impor adalah: 1) Importir menempatkan pesanan (order) kepada eksportir di luar negeri (A B) 2) Importir membuka letter of credit (L/C) untuk dan atas nama eksportir di luar negeri melalui pihak bank di luar negeri (opening bank) (A F) 3) Bank menyelenggarakan pembukaan L/C untuk eksportir melalui korespondennya di negara eksportir (F G) 4) Shipping Document diterima oleh bank di dalam negeri dari korespondennya di luar negeri (G F) 5) Bank di dalam negeri mengeksportir atau menghonorir wesel yang ditarik oleh eksportir dan yang dikirimkan dengan shipping documents dan kemudian menyerahkan shipping documents kepada importir (F A) 6) Importir menyerahkan bill of leading kepada maskapai pelayaran (atau agennya) yang menyangkut barang-barang itu untuk di tukarkan dengan Delivery Order (DO) (A-C) 7) Importir menyelesaikan bea-bea masuk dengan pabean (A-D) 8) Importir mengambil barang-barang dari maskapai pelayaran setelah semua formalitas impor terpenuhi (A-C) 17

9) Importir mengajukan ganti rugi kepada eksportir atau kepada eksportir atau kepada maskapai asuransi dalam hal kedapatan kerusakan atau kekurangan (A-E dan A-B) 10) Melunasi wesel pada hari jatuh temponya, kalau hal itu belum di selesaikan sebelumnya denga bank (A-F) Gambar 2.1 Tata cara atau prosedur pelaksanaan impor B Supplier Seller 3 4 Bank Luar Negeri G Luar Negeri 1 Dalam Negeri Maskapai Pelayaran C 6 8 A Importer Buyer 10 5 Bank Dalam Negeri F 2 9 7 Pabean D Asuransi E Sumber : Hutabarat (1997:162) 18

2.1.2.1 Fungsi Impor Impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran keluar modal luar negeri. Oleh karena itu pendapatan yang ditimbulkan karena proses produksi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam negeri (C), atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan (S) atau pembelian barang dari luar negeri (M). Dengan anggapan bahwa harga dan tingkat bunga tetap, maka impor seperti halnya tabungan tergantung (secara positif) pada pendapatan.makin tinggi pendapatan, maka makin tinggi impor. Tabel 2.1 berikut menunjukkan hubungan tersebut : Tabel 2.1 Skedul Impor GNP (Y) Impor (M) APM (M/Y) Y M MPM ( M/ Y) A 90 0 0 50 5 0,1 B 140 5 0,03 50 5 0,1 C 190 10 0,05 50 5 0,1 D 240 15 0,06 50 5 0,1 Sumber : Nopirin (2000:240) Keterangan : GNP : Gross National Product Y M : Total Pendapatan : Total Impor APM : Average Propensity to Import MPM : Marginal Propensity to Import 19

Secara Grafik dapat ditunjukkan sebagai berikut : Gambar 2.2 Fungsi Impor Impor (M) 20 10 MPM α C B D A " 0 100 150 200 250 300 M (fungsi impor) GNP (Y) Sumber : Nopirin (2000 :241) Dua konsep penting yang berhubungan dengan fungsi impor ini adalah average propensity to import (APM) dan marginal propensity to import (MPM). APM adalah proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang impor = M/Y, sedangkan MPM adalah proporsi dari kenaikan (penurunan) pendapatan yang digunakan untuk menambah (mengurangi) impor = M/ Y. Secara grafik MPM ditunjukkan dengan sudut arah dari fungsi impor.karena fungsi impor merupakan garis lurus, maka M/ Y konstan. Dalam ekonomi terbuka pendapatan digunakan untuk konsumsi barang dalam negeri(c), impor (M) atau ditabung (S), konsekuensinya :APC + APS + APM = 1. Karena setiap pendapatan juga digunakan untuk menambah C,S atau M, maka MPC + MPS + MPM = 1. Impor tidak hanya tergantung pada pendapatan. Faktor lain yang juga mempengaruhi, seperti misalnya daya saing produksi dalam negeri, selera 20

sebagainya. Perubahan faktor-faktor ini akan menggeser fungsi impor. Seperti misalnya karena inflasi terjadi di dalam negeri sehingga daya saing menurun, maka impor cenderung naik dan kurva impor bergeser ke atas (Nopirin,2000 : 241). 2.1.2.2 Fungsi Ekspor Ekspor suatu Negara adalah impor Negara lain. Dengan harga diangap tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional Negara tersebut. Oleh karena itu dalam diagram ekspor pendapatan nasional, fungsi ekspor digambarkan sebagai garis lurus horizontal. Artinya, ekspor tidak tergantung pada pendapatan nasional. Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3 Fungsi Ekspor X Xo X (fungsi ekspor) 0 Sumber : Nopirin (2000:242) Y Berapapun besarnya pendapatan nasional maka ekspor pun akan tetap. Ini berarti pendapatan nasional tidak mempengaruhi ekspor. Tetapi sebaliknya, seperti halnya investasi, ekspor mempengaruhi pendapatan nasional (Nopirin, 2000 : 242). 21

2.1.3 Kurs Valuta Asing Valuta asing merupakan mata uang tiap-tiap Negara di dunia seperti dollar AS untuk Amerika, yen untuk Jepang, pondsterling untuk Inggris dan mata uang lainnya.permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dalam pasar valuta asing. Kurs valuta asing merupakan mata uang Negara lain yang dinilai dengan mata uang dalam negeri. Kurs valuta asing adalah perbandingan atau harga antara dua mata uang (Nopirin, 2000 : 163). Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs atau exchange rate. Sifat dari kurs valuta asing tergantung dari pasar. Jika transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijakan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi swasta, maka kurs akan berubah-ubah dalam batas yang kecil meskipun batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu. Pemerintah juga dapat menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing.dalam hal ini kurs tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, sistem ini disebut exchange control. yaitu: Sistem yang dipergunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uang 1) Sistem Kurs Devisa Mengambang System kurs devisa mengambang yaitu kurs satu mata uang dengan mata uang lain dibiarkan untuk ditentuan secara bebas oleh tari menarik antara kekuatan pasar. Dalam system kurs yang benar-benar mengambang tidak 22

ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran sebab bekerjanya pasar selalu menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dengan devisa yang keluar. 2) Sistem Kurs Pertukaran Tetap Sistem kurs pertukaran tetap adalah suatu system dimana pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain dan berusaha untuk mempertahankan dengan berbagai kebijaksanaan secara sadar. Dalam kurs devisa ini mencegah kenaikan kurs valuta asing yang dimiliki terbatas, ini mungkin menyebabkan pemerintah tidak bisa sepenuhnya untuk mengembalikan ke tingkat yang dikehendaki, sedangkan usaha untuk mencegah penurunan kurs lebih mudah dijalankan. 3) Sistem Kurs Terkait Sistem kurs terkait adalah system nilai tukar yang ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan nilai tukar negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Salah satu variasi dari system kurs terkait adalah Currency Board System (CBS) yang diterapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter.currency Board System (CBS) dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai tukar tetap antara mata uang suatu negara dengan Hard Currency tertentu didasarkan kepada jumlah mata uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (dalam bentuk mata uang Hard Currency) (Hady Hamdy, 2001:20) 23

2.1.4 Hubungan Impor dengan Kurs Valuta Asing Teori permintaan menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dengan harga. Bahkan semakin tinggi harga komoditas maka semakin rendah kuantitas permintaan terhadap komoditas tersebut. Demikian sebaliknya semakin rendah harga komoditas akan dapat meningkatkan permintaan terhadap komoditas tersebut dengan asumsi cateris paribus (faktor lain dianggap tetap atau tidak mengalami perubahan). Harga yang dimaksud adalah kurs valuta asing sedangkan permintaannya adalam impor dari Negara yang bersanngkutan, jika kurs valuta asing meningkat maka impor cenderung menurun, sebaliknya jika kurs valuta asing menurun maka impor akan meningkat (Sukirno, 2006:359). Suatu kenaikan kurs (terjadi penguatan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asinng) akan menaikkan harga barang-barang dalam negeri bagi importir luar negeri. Ini berarti bahwa ekspor menjadi lebih mahal bagi orangorang asing karena mereka harus mengorbankan lebih banyak mata uang negaranya untuk membeli barang-barang dalam negeri dan impor naik karena baranng-barang luar negeri menjadi lebih menarik bagi warga Negara dalam negeri.jika terjadi penurunan kurs, maka ini berarti bahwa lebih sedikit mata uang asing yang harus dibayar untuk membeli sejumlah tertentu barang-barang luar negeri. Turunnya harga dari barang impor akan mengakibatkan permintaannya menjadi meningkat. Meningkatnya permintaan akan mengakibatkan jumlah impor meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa antara kurs dengan volume impor memiliki hubungan yang negatif (Nopirin, 2000 : 144). 24

2.1.5 Cadangan Devisa Cadangan diartikan sebagai valuta asing yang dicadangkan bank sentral, dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) untuk keperluan pembiayaan lainnya pada pihak asing. Menurut IMF, cadangan devisa adalah aktiva luar negeri setiap waktu dan dikuasai oleh otoritas moneter (Bank Indonesia). Karena kriteria inilah maka cadangan devisa yang diumumkan pemerintah secara periodic sejak awal tahun 1998 adalah aktiva luar negeri (bruto) dengan kata lain aktiva luar negeri dianggap sebagai cadangan devisa. Sebelum IMF membuat kriteria tersebut, Bank Indonesia membedakan cadangan devisa bruto dengan cadangan devisa bersih atau lebih dikenal dengan cadangan devisa bersih. Devisa atau valuta asing juga lazim disebut dengan alat-alat pembayaran luar negeriatau foreign exchange sesungguhnya merupakan tagihan terhadap luar negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi segala hutang kita terhadap luar negeri. Menurut Amir, 2001:13, valuta asing atau foreign exchange mempunyai arti sebagai berikut : 1) Alat pembayaran 2) Alat penukaran 3) Alat peengukur nilai 4) Alat penyimpan nilai Dalam peredaran devisa terdapat berbagai macam atau bentuk, yaitu : 1) Wesel luar negeri 2) Saham perusahaan luar negeri 3) Surat-surat obligasi luar negeri 25

4) Cheque atau giro luar negeri 5) Rekening di luar negeri 6) Uang kertas luar negeri 7) Surat-surat berharga lainnya Menurut Amir, 2001:13 ada dua aspek penggunaan devisa : 1. Pengadaan barang impor, baik barang modal bahan baku dan barang konsumsi perlu dibayar dengan devisa termasuk juga jasa-jasa di perusahaan asing, seperti jasa angkut, jasa perbankan, jasa asuransi, jasa perekayasaan (consulting dan engineering) harus dibayar dengan valuta asing. 2. Pembayaran hutang luar negeri dan bunganya maupun biaya kantor perwakilan kedutaan, konsulat termasuk biaya untuk mahasiswa di luar negeri juga memerlukan devisa. Menurut Hamdy Hady, 2001:22 cadangan devisa Negara biasanya di kelompokkan atas: 1) Cadangan devisa resmi (official foreign exchange reserve), yaitu cadangan devisa milik Negara yang dikelola, dikuasai, diurus, dan ditatausahakan oleh Bank Sentral/Bank Indonesia. 2) Cadangan devisa nasional (country foreign exchange reserve), yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan, dan lembaga, terutama perbankan yang secara moneter merupakan kekayaan nasional (termasuk milik Bank Umum nasional). 26

3) Bank Indonesia mengumumkan secara periodik cadangan luar negeri bersih Net International Reserve (NIR). Perbedaan antara aktiva luar negeri bruto dengan NIR adalah aktiva luar negeri bruto adalah tagihan Bank Indonesia terhadap penduduk luar negeri yang terdiri dari emas, moneter, giro, deposit on call, deposito berjangka, penanaman surat-surat berharga dan tagihan lainnya. Sedangkan NIR adalah aktiva luar negeri bruto dikurangi kewajiban-kewajiban valuta asing yang terdiri dari : 1) Gross Liabilitiy. Semua utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai dengan satu tahun termasuk penggunaan dana IMF. 2) Net forward position Kewajiban Bank Indonesia dalam valuta asing terhadap penduduk dan bukan penduduk dalam transaksi forward. 3) Devisa bank yang disimpan Bank Indonesia dalam rangka memenuhi giro wajib minimum dalam valuta asing. Sumber penerimaan devisa secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet, kopi, minyak tanah, timah, tekstil kayu lapis, ikan, udang, anyaman rotan, topi pandan, dan lain sebagainya. Begitu pula hasil sektor jasa seperti uang tambang (freight), angkutan, povinsi dan komisi jasa perbankan, premi asuransi, hasil perhotelan dan industri pariwisata lainnya. 27

2) Pinjaman yang diperoleh dari Negara asing, badan-badan internasional, serta Swasta Asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Government Group In Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank dan Supllier s credit dari perusahaan swasta asing. 3) Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP, UNESCO dan pemerintahan asing seperti pemerintah Saudi Arabia, Jepang dan lain-lain. 4) Laba dari penanaman modal luar negeri, seperti laba yang ditransfer atau perusahaan milik pemerintah dn warga segara Indonesia yang berdomisili di luar negeri, termasuk transfer dari warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Timur Tengah. 5) Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu wisata, dan lain-lain. 2.1.6 Hubungan Impor dengan Cadangan Devisa Antara cadangan devisa dengan impor memiliki hubungan yang positif dimana apabila suatu Negara memiliki cadangan devisa yang tinggi, maka kecenderungan untuk melakukan impor dari Negara lain juga akan meningkat, ditambah lagi dengan beberapa kendala yang dimiliki suatu Negara sehingga memutuskan untuk melakukan impor. Seperti biaya produksi didalam negeri tinggi, tidak tersedianya bahan baku yang dibutuhkan serta 28

kemampuan yang kurang untuk memproduksi barang impor tersebut. Cadangan devisa bertambah atau berkurang akan tampak dalam neraca lalu lintas moneter. Jika tandanya negatif (-) berarti cadangan devisa bertambah dan bila positif (+) berarti cadangan devisa berkurang. Cadangan devisa mengambil peranan penting dalam perdagangan internasional suatu Negara, maka tanpa cadangan devisa yang kuat, perekonomian suatu Negara akan terganggu. Oleh karena itu pengaruh pembiayaan cadangan devisa sangat penting guna keperluan impor, pembayaran utang serta menjaga perekonomian Negara kita dari goncangan yang terjadi pada suatu perekonomian (Juniarta, :2005). 2.1.7 Produk Domestik Bruto Produk domestik bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah total nilai atau harga pasar (market price) dari seluruh barang dan jasa akhir (final goods and services) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya 1 bulan). Produk Domestik Bruto merupakan salah satu ukuran atau indikator yang secara luas digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi (economic performance) atau kegiatan makro ekonomi dari suatu Negara (Nanga Muana, 2005:13) Produk Domestik Bruto (PDB) diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan ekonomi suatu Negara.Perhitungann pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama tentang kondisi suatu Negara.Pada umumnya perbandingan kondisi antar Negara dapat dilihat 29

dari pendapatan nasionalnya. Sebagai gambaran, Bank Dunia menentuan apakan suatu Negara berada dalam kelompok Negara maju atau berkembang melalui pengelompokkan besarnya PDB dan PDB suatu Negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian (Herlambang, 2001:16). Menurut Samuelson (1997:112) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu Negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu Negara tanpa membedakan kewarganegaraannya pada suatu periode waktu tertentu.dengan demikian warga Negara yang bekerja di Negara lain, pendapatan tidak dimasukkan dalam PDB. Sukirno (2006 :33) mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang di produksi oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut dan warga Negara asing. Sedangkan Wijaya (1997:13) menyatakan bahwa PDB adalah nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya satu tahun.secara umum PDB dapat diartikan sebagai nilai akhir barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu Negara selama periode terteentu (biasanya satu tahun). Pendapatan nasional merupakan nilai yang diterima oleh semua lapisan masyarakat di Negara yang bersangkutan selama kurun tahun waktu tertentu (biasanya satu tahun) uang diperoleh sebagai balas jasa atas faktor produksi yang disumbangkan atau dijual kepada perusahaan (Deliarnov, 30

1995:34). Analisis pendapatan nasional dalam istilah ekonomi makro biasanya dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu Negara, istilah pendapatan nasional mewakili arti dari Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasional Bruto (Sukirno, 2006 :34). Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar yaitu : a) PDB harga berlaku Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku tersebut. Cara ini adalah cara yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan nasional dari period eke periode berikutnya. Data pendapatan nasional dalam berbagai tahun-tahun tersebut nilainya akan selalu berubah-ubah dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hail ini disebabkan oleh dua faktor yaitu : 1) Pertambahan fiskal barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian 2) Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu periode ke periode berikutnya. b) PDB harga konstan Pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara dalam periode tertentu, berdasarkan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yang 31

dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam menilai barangbarang dan jasa yang dihasilkan pada periode tertentu atau tahun berikutnya.pendapatan nasional pada harga konstan sama dengan Pendapatan Nasional Riil. Menurut Mulyono dalam Hanton (2002:27), pendapatan nasional pada harga konstan dapat diperoleh melalui : Indeks harga yang digunakan untuk mendefinisikan PDB harga berlaku adalah Implicit Price Deflator. 2.1.8 Hubungan Impor dengan Produk Domestik Bruto Impor mempunyai sifat yangn berlawanan dengan ekspor.kalau ekspor dapat dikatakan sebagai faktor injeksi, maka impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional.artinya, makin besar impor makin banyak uang negara yang lari keluar negeri.berbeda dengan ekspor jumlah impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan bantuan luar negeri. Kalau kemampuan rendah, jumlah impor akan naik. Selain itu, yang paling menentukan jumlah impor adalah kemampuan masyarakat dalam membeli barang-barang hasil buatan luar negeri, yang berarti impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional itu sendiri (Deliarnov, 1995:20). 32

Menurut perkiraan empiris di beberapa negara, impor suatu negara tergantung secara positif pada tingkat pendapatan nasional yang nyata. Hubungan positif ini mempunyai dua penjelasan. Pertama, bahwa impor sering kali digunakan sebagai masukkan untuk mnghasilkan barang dan jasa yang merupakan produk nasional; Kedua, bahwa impor mengikuti perkembangan nyata secara keseluruhan atau penyerapan dalam perekonomian (Bawono Ari, 2008:24). Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta makin rendah kemampuan dalam menghasilkan barang-barang tersebut, makin tinggi impor dan makin banyak terdapat kebocoran dalam pendapatan nasional.jadi terdapat hubungan langsung antara impor dengan pendapatan nasional yang nilainya ditentukan oleh kecenderungan mengimpor (marginal propensity to import aatau MPM atau m).secara sederhana yang dimaksud dengan kecenderungan mengimpor adalah perbandingan antara pertambahan impor dengan pertambahan dalam pendapatan nasional. Hubungan antara pendapatan nasional (yang didekati dengan PDB) dengan impor secara sistematis (Deliarnov, 1995:204) : 1) Average propensity to import (APM) yaitu dapat dinyatakan dengan jumlah pendapatan nasional yang dikeluarkan untuk impor (M/Y) 2) Marginal propensity to import (MPM) yaitu perbandingan antara tambahan impor dengan tambahan pendapatan ( M/ Y) Hubungan antara MPM dengan APM disebut elastis pendapatan atas impor, yaitu perbandingan antara persentase perubahan pendapatan 33

nasional dengan impor sehingga apabila terjadi pertambahan perdapatan nasional sebesar Y maka akan terkadi perubahan impor sebesar MPM atau sebesar M/ Y (Mulyono, 1991 :160) Hubungan antara impor dengan pendapatan nasional secara sistematis dirangkum oleh fungsi impor sebagai berikut : Keterangan: M = jumlah impor Mo = jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh pendapatan (Y) m = kecenderungan untuk mengimpor Y = pendapatan nasional Semakin besar pendapatan nasional maka impor akan semakin besar yang ditentukan oleh Marginal Propensity to Import. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya mengenai impor dilakukan oleh Ni Luh Putu Tuti Indriyani (2008) yang berjudul Analisis Pengaruh Produk Domestik Bruto, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Cadangan Devisa terhadap Nilai Impor Kendaraan Bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990 2009 memperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 140,969 + 0,0000769 X 1 0,022 X 2 + 0,004 X 3 34

Dengan menggunakan data 20 tahun dan pengolahan bantuan program SPSS diperoleh secara parsial Produk Domestik Bruto tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2009 sedangkan Kurs Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2009 dan cadangan devisa tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2009. Secara serempak Produk Domestik Bruto, kurs dollar AS dan Cadangan Devisa berpengaruh terhadap nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2009. Nilai koefisien determinasinya (R 2 ) bernilai 0,450, ini berarti 45 persen nilai impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang periode 1990-2009 dipengaruhi bersama-sama oleh variabel Produk Domestik Bruto (PDB), Kurs Dollar AS dan cadangan devisa, sedangkan sisanya 55 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak di masukkan dalam model penelitian. Terdapat persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel bebasnya juga menggunakan Kurs Dollar AS, Cadangan Devisa dan Produk Domestik Bruto serta menggunakan teknik analisis linier berganda dan analisis koefisien determinasi. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel terikatnya, dimana pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah nilai impor minyak bumi Indonesa sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan impor kendaraan bermotor 35

Indonesia dari Jepang. Kurun waktu yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah 1990-2009, sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode 1994 2010. Penelitian oleh I Nyoman Artha Wijaya (2003) dengan judul Analisis Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar AS dan Tingkat Inflasi dalam negeri terhadap Impor Barang Konsumsi Indonesia tahun 1987-2002.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan analisis koefisien determinasi. Dari hasil regresi diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 2008,66 + 0,01045 X 1 + 0,03290 X 2 + 4,484 X 3 Dengan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,0904 artinya 90,4 persen variasi impor barang konsumsi dipengaruhi oleh variasi PDB, kurs dollar AS, dan tingkat inflasi dalam negeri, sedangkan sisanya sebesar 9,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dalam analisis koefisien regresi secara parsial menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh nyata dan positif terhadap impor barang konsumsi Indonesia dengan t-hitung (10,795) > t-tabel (1,782), sedangkan kurs dollar AS tidk berpengaruh nyata terhadap nilai impor barang konsumsi Indonesia dengan t-hitung (0,360) < t-tabel (1,782), hasil perhitungan secara serempak diperoleh hasil F-hitung > F-Tabel (37,718) > (3,49) yang berarti bahwa Produk Domestik Bruto, kurs dollar AS dan tingkat Inflasi dalam negeri berpengaruh secara serempak terhadap impor barang konsumsi Indonesia. 36

Terdapat persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel bebasnya juga menggunakan Kurs Dollar AS dan Produk Domestik Bruto (PDB), serta menggunakan teknik analisis linier berganda dan analisis koefiien detrminasi. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel terikatnya, dimana pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah nilai impor minyak bumi Indonesia, sedangkan pada penelitian sebelumnya meneliti impor volume barang konsumsi Indonesia. Kurun waktu yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah 1987-2002, sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode tahun 1994-2010. 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga bahwa kurs dollar Amerika Serikat, cadangan devisa dan Produk Domestik Bruto secara serempak berpengaruh dan signifikan terhadap nilai impor minyak bumi Indonesia tahun 1994-2010. 2. Diduga bahwa kurs dollar Amerika Serikat secara parsial berpengaruh negatif terhadap nilai impor minyak bumi Indonesia tahun 1994-2010. 3. Diduga bahwa Cadangan devisa dan Produk Domestik Bruto secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor minyak bumi Indonesia tahun 1994-2010. 37