PENERAPAN FORMATIVE SUMMATIVE EVALUATION MODEL DALAM PENELITIAN TINDAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL

ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL

JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4

BAB III METODE PENELITIAN

ELEMEN DASAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Ramadhon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Program

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

DASAR PROFESIONALITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN

Zainal Abidin Mustopa Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif

KONSEP RENCANA PEMBELAJARAN

Oleh: Gunawan SD N 1 Wonoanti, Trenggalek

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan. Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KAIDAH FUNDAMENTAL BANGSAKU DENGAN TEKNIK JIGSAW DI SMAN I GADING. Luluk Hidayati

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

Herman Dwi Surjono, Ph.D.

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD

BAB III METODE PENELITIAN. dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan yang menekankan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action

BAB III RENCANA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif,

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab metode penelitian ini akan diuraikan mengenai pendekatan dan

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MODEL FORMATIF DAN SUMATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Observing (Pengamatan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PERMAINAN LEMPAR TURBO MELALUI PENERAPAN METODE PRAKTEK TERBIMBING. Sulama

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMPN 12 Bandung, di Kota Bandung

Dian Pujianto, Bayu Insanistyo dan Syafrial Universitas Bengkulu, Jl. W.R. Supratman, Kandang Limun, Kota Bengkulu

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KUTAMENDALA 02.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BERTANYA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS VA SD PERTIWI 3 PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian Research and Development (R&D) merupakan suatu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA. Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati** ABSTRAK

REALITAS PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 JOGONALAN

PROGRAM SEMESTER SILABUS RPP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilakukan berdasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Abstrak. Kata kunci : Pembelajaran Pendidikan Ilmu Sosial, Keaktifan Belajar, Hasil Belajar

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan

Transkripsi:

PENERAPAN FORMATIVE SUMMATIVE EVALUATION MODEL DALAM PENELITIAN TINDAKAN Farizal Fetrianto (Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang) farizalfetrianto@gmail.com Abstrak: Evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya. Terdapat beberapa model evaluasi, salah satunya adalah Formative Summative Evaluation Model. Evaluasi formatif digunakan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah program berakhir. Salah satu implementasi dari model evaluasi formatif dan sumatif adalah untuk mengevaluasi keterlaksanaan proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas. Evaluasi formatif digunakan untuk menilai keterlaksanaan proses pembelajaran pada masing-masing pertemuan dan dapat dilihat dari RPP yang telah disusun sedangkan evaluasi sumatif digunakan untuk mengevaluasi program dengan cara tes di akhir program dan secara tertulis Kata kunci: evaluasi, formatif, sumatif PENDAHULUAN Evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan evaluasi, efektifitas suatu program pendidikan dapat dipertimbangkan kelayakannya dan ditentukan tindak lanjut pengembangannya. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria,penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku. Dengan demikian evaluasi program merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya, baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah berlalu. Evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya. Melalui evaluasi suatu program dapat dilakukan penilaian secara sistematik, rinci dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya sehingga penentuan kebijakan akan tepat, dengan catatan data yang digunakan sebagai dasar 394 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

pertimbangan tersebut adalah data yang tepat, baik dari segi isi, cakupan format maupun tepat dari segi waktu penyampaian. Salah satu model evaluasi yang dibahas pada artikel ini adalah Formative Summative Evaluation Model. Pada artikel ini juga akan dijelaskan mengenai implementasi model evaluasi formatif dan sumatif untuk mengevaluasi pelaksanaan proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas. PEMBAHASAN Menurut Scriven (1991) dalam Badrujaman (2009), evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan. Sujana (1990:156) telah dijelaskan Tes formatif dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar-mengajar, khususnya pada akhir pengejaran. Sedangkan Weston, McAlpine dan Bordonaro (1995) dalam Badrujaman (2009) menjelaskan bahwa tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program. Hal ini senada dengan Worthen dan Sanders (1997) dalam Badrujaman (2009) yang menyatakan bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat untuk memperbaiki suatu program. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kegunaan evaluasi formatif, yaitu kontrol dan waktu. Bila saran perbaikan akan dijalankan, maka evaluasi formatif diperlukan sebagai kontrol. Informasi yang diberikan menjadi jaminan apakah kelemahan dapat diperbaiki. Apabila informasi mengenai kelemahan tersebut terlambat sampai kepada pengambilan keputusan, maka evaluasi bersifat sia-sia. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program. Evaluasi formatif dapat menanggapi program dalam konteks yang dinamis, dan berusaha untuk memperbaki keadaan yang berantakan dari kerumitan yang merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari berbagai bentuk program dalam lingkungan kebijakan yang berubah-ubah. Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan program baik pada konteks organisasi, personil, struktur, dan prosedur menjadi fokus evaluasi formatif. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 395

Menurut Scriven (1991) Badrujaman (2009), Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur pencapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu di dalam kelompoknya. Mengingat bahwa obyek sasaran dan waktu pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan sumatif maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda. Model evaluasi yang diungkapkan Scriven (1991) menyatakan bahwa evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah system sudah selesai menempuh pengujian dan penyempurnaan. Pola evaluasi sumatif ini dilakukan apabila guru bermaksud untuk mengetahui tahap perkembangan terakhir dari siswanya. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa hasil belajar merupakan totalitas sejak awal hingga akhir. Tahap-tahap Formatif dan Sumatif Evaluation Model, Dalam model evaluasi formatif dan sumatif dilakukan dengan menggunakan empat tahap yaitu: Needs Assessment Program Planning Formative Evaluation Summative Evaluation Needs assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah. a) Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan program. b) Kebutuhan apakah yang terpenuhi dengan adanya pelaksanaan program tersebut. c) Apa tujuan jangka panjang dalam program tersebut. Program planning, dalam tahap kedua evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini program pembelajaran dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran telah disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah dirumuskan Formatif evaluation, Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan terlibat dalam program karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembang program Summative evaluation, Dalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, para evaluator diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program. Melalui evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah 396 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

tujuan yang dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum, dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya. Fungsi evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajarmengajar. Manfaat evaluasi formatif menurut Arikunto (1999) yaitu: (1) Manfaat bagi siswa: a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh atau belum. b) Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat. c) Untuk perbaikan belajar siswa. d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa. (2) Manfaat bagi guru: a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa. (3) Manfaat bagi program sekolah: a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak, d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1999: 34-36). Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya mungkin jika dilakukan secara sistematis dan bertahap. Dengan menilai aspek tingkah laku dari evaluasi formatif cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan khusus pelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran yang cukup panjang. Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting. Pendekatan evaluasi yang digunakan merupakan kecakapan nyata setiap peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dalam penilaian evaluasi formatif adalah penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak. Dengan beberapa cara pengolahan hasil evaluasi formatif. 1) Menghitung presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Dengan melihat hasil presentase ini, guru akan dapat mengetahui sejauh mana tujuan khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan soal telah dicapai atau dikuasai oleh kelas. 2) Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Dengan kata lain, berapa persen PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 397

kah dari bahan yang telah disajikan itu dikuasai kelas. Cara pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan, apakah keterangan apakah kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan telah tercapai. 3) Menghitung presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini, guru akan dapat mengetahui sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta didik atas bahan yang telah diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat keberhasilan setiap peserta didik atas unit pengajaran yang telah diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan atau yang telah ditetapkan. Hasil pengolahan evaluasi formatif dapat digunakan untuk keperluankeperluan sebagai atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Guru dapat mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu dibicarakan lagi secara umum atau tidak. Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar. Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka guru akan mencari sebabnya dan kemudian ia akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu diadakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien dan efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai. Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan atau pelayanan khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Arikunto, 1999: 73-75). Fungsi evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar peserta didik. : 1) Untuk menentukan nilai, 2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. 3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1999: 36). Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar seperti pada akhir program pengajaran. Evaluasi sumatif merupakan evaluasi untuk menilai hasil jangka panjang, maka aspek tingkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai). Penilaian sumatif ini merupakan evaluasi yang dilakukan pada akhir program pengajaran. Ini berarti bahan pengajaran yang menjadi sasaran penilaian cukup luas dan banyak. Oleh karena itu, tidak efisien jika soal-soalnya disusun atas dasar tujuan khusus pengajaran (TKP) seperti pada evaluasi formatif. Akan 398 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

tetapi penyusunan soal-soalnya harus didasarkan pada tujuan umum pengajaran (TUP) yang ada di dalam program pengajaran tersebut. Evaluasi sumatif untuk menentukan angka kemajuan setiap peserta didik yang di antaranya untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya, maka masalah tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Artinya, soal-soal itu harus disusun sedemikian rupa sehingga mencakup yang mudah, sedang dan sukar yang jumlahnya perbandingannya sekitar 3 : 5 : 2, perbandingan ini tidak harus mutlak demikian. Masalah tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan agar hasil penilaian dapat memberi gambaran mengenai tingkat kecerdasan atau kemampuan atau kepandaian tiap-tiap peserta didik atas dasar klasifikasi kurang, sedang dan pandai. Di samping masalah tingkat kesukaran soal, pada evaluasi sumatif ini diperhatikan daya pembeda dari setiap soal. Artinya setiap soal harus mempunyai daya untuk membedakan peserta didik yang pandai dengan yang kurang atau tidak pandai. Tapi tingkat kesukaran dan daya pembeda suatu soal itu hanya dapat diketahui melalui analisis soal setelah tes itu dicobakan. Untuk itu perlu diperhatikan pengetahuan lebih lanjut mengenai teknik penilaian pendidikan yang menyangkut masalah analisis soal. Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan ukuran mutlak. Jika pengolahan hasil evaluasi itu berdasarkan ukuran atau kriteria mutlak, maka yang harus dicari adalah presentase jawaban benar yang dicapai oleh setiap peserta didik. Pengolahan hasil evaluasi berdasarkan norma relatif (kelompok). Untuk mengolah hasil evaluasi yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai yang standar seperti skala nilai 0 10 atau skala nilai 0 100. Untuk merubah nilai atau skor mentah ke dalam skor terjabar berdasarkan skala penilaian tertentu, maka prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut: a) Menyusun distribusi atau frekwensi skor yang diperoleh peserta didik b) Menghitung angka rata-rata c) Menghitung standar devisi d) Mengubah skor ke dalam skala penilaian yang dikehendaki Hasil pada evaluasi sumatif, sebagai, a) Menentukan kenaikan kelas, b) Menentukan angka raport, c) Mengadakan seleksi, d) Menentukan lulus tidaknya peserta didik, e) Mengetahui status setiap peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lainnya dalam kelompok yang sama Formative Evaluation Model, Disini akan mengkaji kasus penelitian tindakan yang dilakukan oleh Denny Pradana melalui pendekatan formatif. Pada pendekatan formatif menurut Sujana (1990:156) telah dijelaskan Tes formatif dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar-mengajar, khususnya pada akhir pengejaran. Pertanyaan bisa berupa lisan ataupun tertulis. Untuk itu proses pengkajiaannya adalah pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh peneliti. Untuk Standar kompetensi (SK) dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 399

kompetensi dasar (KD) sudah ada ketetapan yang dibuat oleh BSNP dari pemerintah. Pada permasalahan kali ini, Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan oleh Deny Pradana meliputi Standar Kompetensi : Mempraktikkan teknik dasar permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kompetensi Dasar : Mempraktikkan teknik dasar salah satu nomor olahraga bola besar beregu lanjutan serta nilai kerja sama, toleransi, memecahkan masalah, menghargai teman dan keberanian. RPP Siklus Pertama Pertemuan 1, Dari Kompetensi dasar (KD) turun menjadi indikator. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. Indikator yang ada pada RPP SIKLUS PERTAMA Pertemuan 1 sudah memenuhi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pada (1) aspek kognitif terdapat 2 indikator, (2) aspek afektif ada 3 indikator, dan (3) aspek psikomotor ada 4 indikator. Dari indikator turun ke tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus memenuhi persyaratan ABCD. Komponen-komponen yang di maksud menurut Baker (1971) adalah berupa empat criteria yang diwujudkan dalam ABCD. A (Audience, sasaran), berupa kejelasan siapa yang belajar. B (Behavior, tingkah laku) berupa kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat diamati setelah berakhirnya peristiwa belajar. C (Conditions, syarat) adalah keadaan yang ada sewaktu dilakukan penilaian. Dan D ( Degree, ukuran) adalah ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah dapat mencapai tujuan. Dari tujuan pembelajaran Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan pertama masih kurang pada point D ( Degree, ukuran) yang mana kejelasan ukuran yang telah di capai tidak jelas. Dari tujuan pembelajaran akan akan dikembangkan menjadi langkahlangkah pembelajaran. Dari langkah-langkah pembelajaran Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 1 : (1) kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (2) metode yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (3) penggunaan bahan atau alat masih kurang jelas yang mana ukuran lapangan, jumlah bola, jumlah cone dan peletakan cone dalam ilustrasi/gambar pembelajaran tidak ada, (4) alat yang digunakan yaitu net/tali rafia/karet tidak difungsikan pada langkah langkah pembelajaran padahal disebutkan pada alat atau bahan. Selanjutnya pada langkah terakhir adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 1 : (1) tidak sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang mana fokus dari indikator adalah sikap awal yaitu sikap ayunan tangan, (2) terlalu sedikit jumlah soal yang diberikan yaitu hanya 2 soal pada aspek kognitif. 400 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

Pada pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran yang ada di RPP. Terbukti pada catatan lapangan yang dilakukan oleh 3 observer sudah sesuai dengan prosedur yang telah dibuat. RPP Siklus Pertama Pertemuan 2, Dari Kompetensi dasar (KD) turun menjadi indikator. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. Indikator yang ada pada RPP SIKLUS PERTAMA Pertemuan 2 sudah memenuhi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pada (1) aspek kognitif terdapat 2 indikator, (2) aspek afektif ada 3 indikator, dan (3) aspek psikomotor ada 6 indikator. Dari indikator turun ke tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus memenuhi persyaratan ABCD. Komponen-komponen yang di maksud menurut Baker (1971) adalah berupa empat criteria yang diwujudkan dalam ABCD. A (Audience, sasaran), berupa kejelasan siapa yang belajar. B (Behavior, tingkah laku) berupa kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat diamati setelah berakhirnya peristiwa belajar. C (Conditions, syarat) adalah keadaan yang ada sewaktu dilakukan penilaian. Dan D ( Degree, ukuran) adalah ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah dapat mencapai tujuan. Dari tujuan pembelajaran Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 2 masih kurang pada point D ( Degree, ukuran) yang mana kejelasan ukuran yang telah di capai tidak jelas. Ada salah satu tujuan pembelajaran yaitu Siswa terampil melakukan passing bawah dengan arah yang tepat. Dari tujuan pembelajaran akan akan dikembangkan menjadi langkahlangkah pembelajaran. Dari langkah-langkah pembelajaran Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 2 : (1) kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (2) metode yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (3) penggunaan bahan atau alat masih kurang jelas yang mana ukuran lapangan, jumlah bola, jumlah cone dan peletakan cone dalam ilustrasi/gambar pembelajaran tidak ada, (4) alat yang digunakan yaitu net/tali rafia/karet tidak difungsikan pada langkah langkah pembelajaran padahal disebutkan pada alat atau bahan. Selanjutnya pada langkah terakhir adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 2 : (1) tidak sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek psikomotor yang mana fokus dari indikator sikap ayunan tangan, perkenaan bola, dan sasaran namun pada penilaian disebutkan empat aspek yaitu sikap awal, sikap perkenaan dan sikap akhir dan perkenaan bola (2) pada askpek kognitif hendaknya sesauai dengan materi yang diajarkan namun pada penilaian yang dibuat oleh Denny Pradana sama dengan RPP pada siklus pertama pertemuan 1, (3) pada aspek afektif penilaiaan yang dibuat oleh Denny Pradana belum jelas bagaimana penilainya. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 401

Seperti contoh pada RPP sebutkan penilaian kerjasama ada skor 1,2, dan 3. Namun tidak ada keterangan yang jelas penilaian 1 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa dan seterusnya. Pada pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran yang ada di RPP. Terbukti pada catatan lapangan yang dilakukan oleh 3 observer sudah sesuai dengan prosedur yang telah dibuat. RPP Siklus Pertama Pertemuan 3, Dari Kompetensi dasar (KD) turun menjadi indikator. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. Indikator yang ada pada RPP SIKLUS PERTAMA Pertemuan 3 sudah memenuhi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pada (1) aspek kognitif terdapat 2 indikator, (2) aspek afektif ada 3 indikator, dan (3) aspek psikomotor ada 7 indikator. Dari indikator turun ke tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus memenuhi persyaratan ABCD. Komponen-komponen yang di maksud menurut Baker (1971) adalah berupa empat criteria yang diwujudkan dalam ABCD. A (Audience, sasaran), berupa kejelasan siapa yang belajar. B (Behavior, tingkah laku) berupa kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat diamati setelah berakhirnya peristiwa belajar. C (Conditions, syarat) adalah keadaan yang ada sewaktu dilakukan penilaian. Dan D ( Degree, ukuran) adalah ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah dapat mencapai tujuan. Dari tujuan pembelajaran Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 3 masih kurang pada point D ( Degree, ukuran) yang mana kejelasan ukuran yang telah di capai tidak jelas. Ada salah satu tujuan pembelajaran yaitu Siswa terampil melakukan passing bawah dengan arah yang tepat. Dari tujuan pembelajaran akan akan dikembangkan menjadi langkahlangkah pembelajaran. Dari langkah-langkah pembelajaran Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 3 : (1) kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (2) metode yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (3) penggunaan bahan atau alat masih kurang jelas yang mana ukuran lapangan, jumlah bola, jumlah cone dan peletakan cone dalam ilustrasi/gambar pembelajaran tidak ada, (4) alat yang digunakan yaitu net/tali rafia/karet tidak difungsikan pada langkah langkah pembelajaran padahal disebutkan pada alat atau bahan. Selanjutnya pada langkah terakhir adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 3 : (1) sudah sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek psikomotor (2) pada aspek kognitif terlalu sedikit jumlah soal dan penilaian yang dibuat oleh Denny Pradana sama dengan RPP pada siklus pertama pertemuan 1 dan, (3) pada aspek afektif 402 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

penilaiaan yang dibuat oleh Denny Pradana belum jelas bagaimana penilainya. Seperti contoh pada RPP sebutkan penilaian kerjasama ada skor 1,2, dan 3. Namun tidak ada keterangan yang jelas penilaian 1 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa dan seterusnya. Pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai indikator dan tujuan pembelajaran ada di RPP. Pada indikator siswa terampil melakukan variasi passing bawah melewati net. Dalam langkah langkah pembelajaran tidak ada kegiatan yang mengunakan net ataupun modifikasinya misalkan menggunakan modifikasi net berupa rafia atau modifikasi net menggunakan tali. RPP Siklus Kedua Pertemuan 1 Dari Kompetensi dasar (KD) turun menjadi indikator. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. Indikator yang ada pada RPP SIKLUS KEDUA Pertemuan 1 sudah memenuhi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pada (1) aspek kognitif terdapat 2 indikator, (2) aspek afektif ada 3 indikator, dan (3) aspek psikomotor ada 7 indikator. Dari indikator turun ke tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus memenuhi persyaratan ABCD. Komponen-komponen yang di maksud menurut Baker (1971) adalah berupa empat criteria yang diwujudkan dalam ABCD. A (Audience, sasaran), berupa kejelasan siapa yang belajar. B (Behavior, tingkah laku) berupa kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat diamati setelah berakhirnya peristiwa belajar. C (Conditions, syarat) adalah keadaan yang ada sewaktu dilakukan penilaian. Dan D ( Degree, ukuran) adalah ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah dapat mencapai tujuan. Dari tujuan pembelajaran Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 1 masih kurang pada point D ( Degree, ukuran) yang mana kejelasan ukuran yang telah di capai tidak jelas. Ada salah satu tujuan pembelajaran yaitu Siswa terampil melakukan passing bawah dengan arah yang tepat. Dari tujuan pembelajaran akan akan dikembangkan menjadi langkahlangkah pembelajaran. Dari langkah-langkah pembelajaran Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 1 : (1) kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (2) metode yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (3) penggunaan bahan atau alat masih kurang jelas yang mana ukuran lapangan, jumlah bola, jumlah cone dan peletakan cone dalam ilustrasi/gambar pembelajaran tidak ada, (4) alat yang digunakan yaitu net/tali rafia/karet tidak difungsikan pada langkah langkah pembelajaran padahal disebutkan pada alat atau bahan. Selanjutnya pada langkah terakhir adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh Denny Pradana pada siklus pertama pertemuan 3 : (1) sudah sesuai PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 403

dengan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek psikomotor (2) pada aspek kognitif terlalu sedikit jumlah soal dan penilaian yang dibuat oleh Denny Pradana sama dengan RPP pada siklus pertama pertemuan 1 dan, (3) pada aspek afektif penilaiaan yang dibuat oleh Denny Pradana belum jelas bagaimana penilainya. Seperti contoh pada RPP sebutkan penilaian kerjasama ada skor 1,2, dan 3. Namun tidak ada keterangan yang jelas penilaian 1 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa dan seterusnya. Pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai indikator dan tujuan pembelajaran ada di RPP. Pada indikator siswa terampil melakukan variasi passing bawah melewati net. Dalam langkah langkah pembelajaran tidak ada kegiatan yang mengunakan net ataupun modifikasinya misalkan menggunakan modifikasi net berupa rafia atau modifikasi net menggunakan tali. RPP Siklus Kedua Pertemuan 2, Dari Kompetensi dasar (KD) turun menjadi indikator. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. Indikator yang ada pada RPP SIKLUS KEDUA Pertemuan 2 sudah memenuhi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pada (1) aspek kognitif terdapat 2 indikator, (2) aspek afektif ada 3 indikator, dan (3) aspek psikomotor ada 7 indikator. Dari indikator turun ke tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus memenuhi persyaratan ABCD. Komponen-komponen yang di maksud menurut Baker (1971) adalah berupa empat criteria yang diwujudkan dalam ABCD. A (Audience, sasaran), berupa kejelasan siapa yang belajar. B (Behavior, tingkah laku) berupa kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat diamati setelah berakhirnya peristiwa belajar. C (Conditions, syarat) adalah keadaan yang ada sewaktu dilakukan penilaian. Dan D ( Degree, ukuran) adalah ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah dapat mencapai tujuan. Dari tujuan pembelajaran Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 2 masih kurang pada point D ( Degree, ukuran) yang mana kejelasan ukuran yang telah di capai tidak jelas. Ada salah satu tujuan pembelajaran yaitu Siswa terampil melakukan passing bawah dengan arah yang tepat. Dari tujuan pembelajaran akan akan dikembangkan menjadi langkahlangkah pembelajaran. Dari langkah-langkah pembelajaran Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 2 : (1) kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (2) metode yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (3) penggunaan bahan atau alat masih kurang jelas yang mana ukuran lapangan, jumlah bola, jumlah cone dan peletakan cone dalam ilustrasi/gambar pembelajaran tidak ada, (4) alat yang 404 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

digunakan yaitu net/tali rafia/karet tidak difungsikan pada langkah langkah pembelajaran padahal disebutkan pada alat atau bahan. Selanjutnya pada langkah terakhir adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh Denny Pradana pada siklus kedua petemuan 2 : (1) sudah sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek psikomotor (2) pada aspek kognitif terlalu sedikit jumlah soal dan penilaian yang dibuat oleh Denny Pradana sama dengan RPP pada siklus pertama pertemuan 1 dan, (3) pada aspek afektif penilaiaan yang dibuat oleh Denny Pradana belum jelas bagaimana penilainya. Seperti contoh pada RPP sebutkan penilaian kerjasama ada skor 1,2, dan 3. Namun tidak ada keterangan yang jelas penilaian 1 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa dan seterusnya. Pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai indikator dan tujuan pembelajaran ada di RPP. Pada indikator siswa terampil melakukan variasi passing bawah melewati net. Dalam langkah langkah pembelajaran tidak ada kegiatan yang mengunakan net ataupun modifikasinya misalkan menggunakan modifikasi net berupa rafia atau modifikasi net menggunakan tali. RPP Siklus Kedua Pertemuan 3, Dari Kompetensi dasar (KD) turun menjadi indikator. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator. Indikator yang ada pada RPP SIKLUS KEDUA Pertemuan 3 sudah memenuhi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pada (1) aspek kognitif terdapat 2 indikator, (2) aspek afektif ada 3 indikator, dan (3) aspek psikomotor ada 7 indikator. Dari indikator turun ke tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus memenuhi persyaratan ABCD. Komponen-komponen yang di maksud menurut Baker (1971) adalah berupa empat criteria yang diwujudkan dalam ABCD. A (Audience, sasaran), berupa kejelasan siapa yang belajar. B (Behavior, tingkah laku) berupa kemampuan dan keterampilan siswa yang dapat diamati setelah berakhirnya peristiwa belajar. C (Conditions, syarat) adalah keadaan yang ada sewaktu dilakukan penilaian. Dan D ( Degree, ukuran) adalah ukuran yang menunjukkan bahwa siswa telah dapat mencapai tujuan. Dari tujuan pembelajaran Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 3 masih kurang pada point D ( Degree, ukuran) yang mana kejelasan ukuran yang telah di capai tidak jelas. Ada salah satu tujuan pembelajaran yaitu Siswa terampil melakukan passing bawah dengan arah yang tepat. Dari tujuan pembelajaran akan akan dikembangkan menjadi langkahlangkah pembelajaran. Dari langkah-langkah pembelajaran Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 3 : (1) kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (2) metode yang digunakan dengan PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 405

langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai, (3) penggunaan bahan atau alat masih kurang jelas yang mana ukuran lapangan, jumlah bola, jumlah cone dan peletakan cone dalam ilustrasi/gambar pembelajaran tidak ada, (4) alat yang digunakan yaitu net/tali rafia/karet tidak difungsikan pada langkah langkah pembelajaran padahal disebutkan pada alat atau bahan. Selanjutnya pada langkah terakhir adalah penilaian. Penilaian yang dilakukan oleh Denny Pradana pada siklus kedua pertemuan 3 : (1) sudah sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek psikomotor (2) pada aspek kognitif terlalu sedikit jumlah soal dan penilaian yang dibuat oleh Denny Pradana sama dengan RPP pada siklus pertama pertemuan 1 dan, (3) pada aspek afektif penilaiaan yang dibuat oleh Denny Pradana belum jelas bagaimana penilainya. Seperti contoh pada RPP sebutkan penilaian kerjasama ada skor 1,2, dan 3. Namun tidak ada keterangan yang jelas penilaian 1 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa, penilaian 2 kerjasama yang seperti apa dan seterusnya. Pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai indikator dan tujuan pembelajaran ada di RPP. Pada indikator siswa terampil melakukan variasi passing bawah melewati net. Dalam langkah langkah pembelajaran tidak ada kegiatan yang mengunakan net ataupun modifikasinya misalkan menggunakan modifikasi net berupa rafia atau modifikasi net menggunakan tali. Summative Evaluation Model, Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir program selama caturwulan atau semester untuk mengukur tingkat penguasaan hasil belajar para siswa (Sujana, 1990:158).Menurut Scriven (1991) dalam Badrujaman (2009), Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur pencapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu di dalam kelompoknya. Mengingat bahwa obyek sasaran dan waktu pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan sumatif maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda. Model evaluasi yang diungkapkan Scriven menyatakan bahwa evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah system sudah selesai menempuh pengujian dan penyempurnaan.pola evaluasi sumatif ini dilakukan apabila guru bermaksud untuk mengetahui tahap perkembangan terakhir dari siswanya. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa hasil belajar merupakan totalitas sejak awal hingga akhir. Pada penelitian tindakan yang dilakukan oleh Denny Pradana berdasarkan pengertian dari teori di atas maka dalam kasus penelitian tidakan tidak ada penilaian sumatif karena penilaian yang dilakukan di dalam pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama pembelajaran (formatif). 406 PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UM

Sedangkan penilaian sumatif adalah tes di akhir program dan secara tertulis (Sujana, 1990:156). KESIMPULAN Evaluasi formatif adalah evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur pencapaian program. Implementasi evaluasi formatif dan sumatif dapat digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas. DAFTAR RUJUKAN Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi & Jabar, Cepi Safrudin Abdul. 2009. Evaluasi Program Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara. Badrujaman, Aip. 2009. Diktat Teori dan Praktek Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Scriven, Michael.1991. American Journal of Evaluation. The online version of this article can be found at:http://aje.sagepub.com/cgi/content/abstract/12/1/55 Sujana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROFESIONALISME TENAGA PROFESI PJOK 407