INTERPRETASI DAN ANALISIS HASIL JAWABAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LHOKSEUMAWE PADA MATERI BANGUN DATAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju. Dalam Allah SWT berfirman Q.S. surah Ar-Ra du ayat 11,

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang dapat mengajak siswa berpikir secara rasional dan mempunyai

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

Nidaul Khairi 1), Mukhni 2), Minora Longgom Nasution 3)

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

ELI HANDAYANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

(PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mondokan Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI DI SMA NEGERI 11 AMBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IX-G DI SMP NEGERI 3 CIMAHI DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PADA MATERI LINGKARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA MELALUI GUIDED DISCOVERY LEARNING DALAM MENENTUKAN BANYAK SEGI-N BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

Pi: Mathematics Education Journal 34

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

DAMPAK PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP NEGERI 6 LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan sumber

ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DALAM BUKU SISWA MATEMATIKA WAJIB SMA KELAS X KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

BAB I PENDAHULUAN. dan mengerti tentang konsep dasar matematika. Matematika menjadi salah

Transkripsi:

INTERPRETASI DAN ANALISIS HASIL JAWABAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LHOKSEUMAWE PADA MATERI BANGUN DATAR Lisa Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Lhokseumawe Email : lisa_pim@yahoo.com Abstrak Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMP Negeri 6 Lhokseumawe disebabkan karena siswa tidak mampu dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaiaan, menyelesaikan masalah dan mengecek kembali sesuai dengan langkah Polya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Interpretasi dan analisis hasil jawaban kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lhokseumawe pada materi bangun datar. Hasil analisis jawaban kemampuan pemecahan masalah dibagi dalam 3 kategori yaitu 1) hasil jawaban benar tidak lengkap, 2) hasil jawaban benar dan lengkap atau mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah dan 3) jawaban kosong. Hasil analisis butir soal satu sebanyak 17 siswa menjawab benar tetapi tidak lengkap, 2 siswa hasil jawaban benar dan lengkap atau mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah dan 3 jawaban kosong, sedangkan butir soal dua sebanyak 17 siswa menjawab benar tidak lengkap, tidak ada hasil jawaban benar dan lengkap atau mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah dan 5 jawaban kosong. Untuk itu seharusnya siswa banyak dilatih mengerjakan soal-soal non rutin yang menuntut siswa untuk lebih mampu menganalisis soal. Kata Kunci : interpretasi, analisis hasil, Kemampuan Pemecahan Masalah matematik Abstract The low level of problem solving ability of mathematic to students of SMP Negeri 6 Lhokseumawe is caused by the students are unable to understand the problem, plan the settlement, solve the problem and check it again according to Polya step. This study aims to describe the interpretation and analysis of the results of students' mathematical problem solving abilities of class VII of SMP Negeri 6 Lhokseumawe on material Bangun Datar. The results of the problem solving analysis are divided into 3 categories namely: 1) the result of correct answer is incomplete, 2) result of correct and complete answer or follow the steps of problem solving and 3) empty answer. The result of the analysis of item one of 17 students answered correctly but not complete, 2 students answer correctly and complete or follow the steps of problem solving and 3 empty answers, while question two as many as 17 students giving incomplete correct answers, no correct and complete answers or no answers following the troubleshooting steps showed in results and 5 blank answers. Based on that facts, the students should be trained to do non-routine questions that require students to be more comprehensible to analyze the problem. Keywords:Interpretation, Result Analysis, Mathematical Problem Solving Ability A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan ilmu dan teknologi. Sehingga pelajaran matematika perlu diberikan kepada

setiap peserta didik sejak sekolah dasar, bahkan sejak taman kanak-kanak, dengan demikian harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada jenjang sekolah menengah pertama adalah memiliki keterampilan berpikir matematika yang memadai, karena siswa harus dipersiapkan sikap dan mental untuk menghadapi situasi dan kondisi perkembangan globalisasi dunia, teknologi dan informasi di masa depan. Dalam menghadapi situasi dan kondisi perkembangan globalisasi dunia, teknologi dan informasi dimasa depan maka kita sebagai makhluk sempurna yang diberikan Allah SWT berupa akal agar kita dapat memikirkan tanda-tanda yang baik berupa konkrit maupun abstrak sebagaimana dalam Al-Qur an surat Ali Imron ayat 190 yang berbunyi: Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal Hal ini menunjukkan bahwa manusia diberi akal agar dapat menggunakan akalnya dengan sebaik-baik mungkin, sehingga mampu menghadapi perkembangan dunia dimasa mendatang. Salah satu kegunaan akal kita gunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Soal matematika banyak yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari yang tanpa kita sadari kita sudah menyelesaikan permasalahan matematika. Soal-soal dalam kehidupan sehari-hari ada yang rutin dan yang non rutin, dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika soal yang kita gunakan adalah soal non rutin. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan umum pembelajaran matematika, adapun tujuan umum pembelajaran matematika sekolah adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain

melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dan menjelaskan gagasan. (Depdiknas, 2003:6) Meninjau tujuan pelajaran matematika di atas menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran matematika haruslah memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam kehidupan nyata, serta memberikan kesempatan untuk siswa agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas seperti pemecahan masalah, penalaran, berkomunikasi dan lain-lain yang mengarah pada berpikir kritis dan kreatif. Harapannya siswa dapat menguasai konsep dasar matematika secara benar sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh pembelajaran matematika di jenjang Sekolah Menenggah Pertama (SMP) diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bermatematika dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam pelajaran matematika. Menurut pendapat Niss (dalam Hadi, 2005) bahwa tujuan pembelajaran matematika sebaiknya diarahkan pada pemahaman siswa akan berbagai fakta, prosedur, operasi matematika, dan memiliki kemampuan berhitung untuk menyelesaikan soal matematika secara benar. Penekanan utamanya ditujukan pada berbagai aspek pembelajaran matematika yaitu pola pikir, penyelesaian soal aplikasi, eksplorasi dan pemodelan. Dalam hal ini pembelajaran matematika harus menekankan pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk secara aktif mengerjakan matematika berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, proses pembelajaran matematika di sekolah selama ini terlalu banyak pada aspek doing, tetapi kurang pada aspek thinking. Apa yang diajarkan di sekolah banyak berkaitan dengan bagaimana mengerjakan sesuatu tetapi kurang berkaitan dengan mengapa demikian dan apa implikasinya. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa siswa SMP, masih belum tuntas atau setidaknya belum cukup mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, hal ini lebih menarik bila diawali dengan mengajukan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dikenal dan dialami siswa, karena dengan memberi masalah yang tidak asing baginya, siswa akan merasa tertantang. Dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya ia akan berusaha mencari solusi/jalan keluar dari masalah tersebut. Guru tidak perlu mengajari siswa bagaimana menyelesaikan masalah. Siswa harus berlatih menemukan cara sendiri untuk

menyelesaikannya. Soal yang diberikan kepada siswa hendaknya tidak jauh dari skema yang sudah mereka miliki dalam pikirannya. Dalam keadaan tertentu guru dapat membantu siswa dengan memberikan sedikit informasi sebagai petunjuk arah yang dapat dipilih siswa untuk dilalui. Hal itu dapat dilakukan dengan cara bertanya atau memberi komentar, apabila semua siswa tidak mempunyai ide bagaimana menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah akan membiasakan siswa menyelesaikan masalah-masalah baik rutin maupun non rutin. Di mana siswa dituntut dapat memahami masalah kontektual, membuat rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah dan siswa dapat mengecek kembali hasil yang diperoleh, kondisi-kondisi ini dapat diperoleh melalui pendekatan matematika realistik. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti ingin menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, seberapa banyak siswa yang belum mampu memecahkan masalah tentang materi bangun datar, hal ini yang akan dianalisis kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lhokseumawe pada materi bangun datar. Tujuan Penelitian untuk mendeskripsikan interpretasi dan analisis hasil jawaban kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lhokseumawe pada materi bangun datar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah interpretasi dan analisis hasil jawaban kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lhokseumawe pada materi bangun datar? C. Manfaat Penelitian 1. Mendiskripsikan interpretasi dan hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal mengenai kemampuan pemecahan masalah matematik. 2. Mendorong guru untuk mencari tindakan alternatif dalam mengatasi kesulitan siswa untuk menyelesaikan pemecahan masalah matematik khususnya pada materi bangun datar.

3. Meningkatkan kualitas pembelajaran bangun datar untuk soal-soal pemecahan masalah matematik. 4. Memberikan informasi serta pengalaman bagi peneliti tentang permasalahan pembelajaran diruang belajar yang sesungguhnya. D. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menjelaskan atau memaparkan data dari hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lhokseumawe yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah materi bangun datar. Terpilih subjek penelitian sebanyak 22 siswa. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Lhokseumawe. E. Hasil Penelitian Tes kemampuan pemecahan Masalah matematik masing-masing terdiri dari 2 soal bentuk uraian diselesaikan dalam waktu 30 menit dan diperiksa berdasarkan pedoman penskoran. Pemilihan bentuk tes uraian ini bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan pemecahan masalah matematik. Teknik pemberian skor (rubrik) jawaban siswa terhadap setiap butir soal yang diteskan, berpedoman pada pedoman penskoran. Penskoran kemampuan pemecahan masalah matematik dengan ketentuan sebagai berikut : Skor untuk setiap soal kemampuan pemecahan masalah matematika memiliki bobot maksimum 10 yang dibagi dalam 4 komponen kemampuan yaitu kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali. Komponen-komponen jawaban soal beserta kemungkinan bobot disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah Matematika Aspek yang Dinilai Memahami Masalah Reaksi Terhadap Soal/Masalah Tidak menuliskan data yang diketahui dan ditanyakan, cukup, kurang / berlebihan hal-hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah Tidak lengkap dalam menuliskan data yang diketahui dan ditanyakan, cukup, kurang / berlebihan hal-hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah Benar dan lengkap dalam menuliskan data yang diketahui dan ditanyakan, cukup, kurang / berlebihan hal-hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah Skor 0 1 2

Merencanakan Tidak menulis teori / metode yang digunakan untuk 0 Penyelesaian menyelesaikan soal Tidak tepat dalam menulis teori / metode yang digunakan 1 untuk menyelesaikan soal Menuliskan dengan tepat teori/ metode yang digunakan 2 untuk menyelesaikan soal Menyelesaikan Tidak melakukan perhitungan 0 Masalah Melakukan perhitungan tetapi tidak melaksanakan 1 rencana yang sudah dibuat Melakukan perhitungan dengan melaksanakan rencana 2 yang sudah dibuat dengan tepat Melakukan perhitungan dengan melaksanakan rencana 3 yang sudah dibuat denga tepat dan hasilnya tidak benar Melakukan perhitungan dengan melaksanakan rencana 4 yang sudah dibuat dengan tepat dan hasilnya benar Memeriksa Tidak melakukan pemeriksaan kembali 0 Kembali Melakukan pemeriksaan yang kurang tepat 1 Melakukan pemeriksaan yang tepat dengan cara alur terbalik atau memasukkan data yang ditanya sehingga data yang diketahui menjadi benar 2 Sumber modifikasi (Kusumawati :2010) Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik, masih ada siswa yang tidak dapat menuliskan jawaban dengan benar, hal ini diperoleh dari proses penyelesaian soal matematika siswa SMP Negeri 6 Lhokseumawe, proses penyelesaian siswa dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : 1) hasil jawaban benar tidak lengkap, 2) hasil jawaban benar dan lengkap atau mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah dan 3) jawaban kosong. Beberapa pola akan dianalisis secara deskriptif sebagai berikut : a. Butir Soal 1 Soal pemecahan masalah lantai sebuah ruangan berbentuk persegi akan ditutupi ubin persegi berukuran 30 cm x 30 cm, sedangkan ruangan tersebut berukuran 6 m x 6 m. Berapakah banyak ubin yang diperlukan? Butir soal nomor 1 dengan aspek memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil perhitungan, menggeneralisasi diharapkan siswa mampu (1) Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan cukup, kurang/ berlebihan untuk mengetahui banyak ubin berbentuk persegi yang diperlukan, (2) Menuliskan teori/ metode yang digunakan untuk mengetahui banyak ubin berbentuk persegi yang diperlukan, (3) Melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus luas dan keliling

persegi untuk menyelesaikan masalah, (4) Melakukan pemeriksaan yang tepat dengan cara alur terbalik. Untuk butir soal nomor 1 hanya 2 siswa yang memperoleh hasil jawaban benar dan lengkap untuk semua aspek pemecahan masalah, 17 siswa menjawab hasil benar tetapi kurang lengkap, dimana tidak membuat diketahui dan ditanya, ada yang tidak membuat cara penyelesaian, ada yang tidak buat penyelesaian dan ada yang tidak melakukan pemeriksaan dan tidak memberi alasan, dan 3 siswa tidak menjawab karena tidak memahami soal. Salah satu jawaban siswa : Gambar 1. Interpretasi RA Hasil analisis jawaban RA: RA mampu menjawab masalah yang diberikan, menyelesaikan masalah, memeriksa hasil dengan tepat, tetapi untuk aspek memahami masalah RA hanya menjawab cukup, tidak membuat apa yang diketahui dan ditanya, aspek merencanakan penyelesaian cara yang digunakan sudah benar dimana RA melakukan langkah menghitung luas satu ubin yaitu 30 cm x 30 cm = 900 cm 2 lalu menghitung luas ruangan yaitu 6 m x 6 m selanjutnya merubah meter ke centi meter menjadi 600 cm x 600 cm = 36.000 cm 2. Aspek menyelesaikan masalah yang ditanyakan berapa banyak ubin yang muat dalam ruangan RA menjawab dimana luas ruangan dibagi luas ubin yaitu 36.000 cm 2 dibagi 900 cm 2 maka diperoleh 400 ubin. Aspek mengecek kembali dengan pertanyaan menurut Willy banyaknya ubin yang diperlukan 400 buah ubin, sedangkan Wanda banyaknya ubin yang diperlukan 300 buah ubin. Menurut kalian, jawaban atau pendapat siapa yang benar? Jelaskan jawabanmu? Maka RA menjawab menurut Willy karena sesuai dengan jawaban yang diperoleh pada aspek menyelesaikan masalah.

b. Butir Soal 2 Butir soal 2 berbunyi Agus membeli kertas berukuran 80 cm 125 cm. Kertas tersebut akan digunakan untuk membuat layang-layang dengan panjang diagonal 40 cm dan 45 cm sebanyak 8 buah. Berapakah sisa kertas yang dibeli Agus? Butir soal 2 dengan aspek memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil perhitungan menggeneralisasi diharapkan siswa mampu (1) Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan cukup, kurang / berlebihan untuk mengetahui sisa kertas yang di beli Agus setelah membuat layang-layang, (2) Menuliskan teori/ metode yang digunakan untuk mengetahui banyak layang-layang berbentuk persegi yang diperlukan, (3) Melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus luas dan keliling persegi untuk menyelesaikan masalah, (4) Melakukan pemeriksaan yang tepat dengan cara alur terbalik. Untuk butir soal 2 tidak ada siswa yang memperoleh hasil jawaban benar dan lengkap untuk semua aspek pemecahan masalah, 17 siswa menjawab hasil benar tetapi kurang lengkap, dimana tidak membuat diketahui dan ditanya, ada yang tidak membuat cara penyelesaian, ada yang tidak buat penyelesaian dan ada yang tidak melakukan pemeriksaan dan tidak memberi alasan, dan 5 siswa tidak menjawab karena tidak memahami soal. Salah satu jawaban siswa : Gambar 2. Interpretasi IN Hasil analisis jawaban siswa IN : aspek memahami masalah IN hanya menjawab cukup, tanpa membuat diketahui dan ditanya sehingga nilainya hanya 1 karena tidak lengkap dalam memahami masalah, aspek merencanakan penyelesaian IN tidak membuat cara/proses untuk menjawab pertanyaan dimana langsung memasukkan nilai dalam rumus seharusnya IN membuat langkah-langkah penyelesaian dengan menghitung kertas yang disediakan dulu kemudian baru menghitung luas layang-layang dikali delapan buah baru dapat diketahui berapa sisa kertas Agus, untuk aspek menyelesaikan

masalah karena cara penyelesaian tidak dipahami akibatnya tidak dapat diselesaikan soalnya, sehingga aspek mengecek kembali tidak dapat dilakukan. Hasil jawaban kemampuan pemecahan maslah matematik siswa SMP Negeri 6 Lhokseumawe masih rendah untuk mengatasi permasalahan ini perlu adanya sebuah pendekatan, strategi, model, metode, teknik pembelajaran yang tepat sehingga dapat mengatasi rendah atau tidak kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal non rutin, siswa juga harus sering diberi latihan soal tentang kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa akan terbiasa dan mampu dalam menganalisis soal. F. Kesimpulan Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa SMP Negeri 6 Lhokseumawe dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah adalah : 1. Siswa masih belum tuntas dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, hal ini lebih menarik bila diawali dengan mengajukan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dikenal dan dialami siswa, karena dengan memberi masalah yang tidak asing baginya, siswa akan merasa tertantang. Dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya ia akan berusaha mencari solusi/jalan keluar dari masalah tersebut. 2. Untuk butir soal nomor 1 hanya 2 siswa yang memperoleh hasil jawaban benar dan lengkap untuk semua aspek pemecahan masalah, 17 siswa menjawab hasil benar tetapi kurang lengkap, dimana tidak membuat diketahui dan ditanya, ada yang tidak membuat cara penyelesaian, ada yang tidak buat penyelesaian dan ada yang tidak melakukan pemeriksaan dan tidak memberi alasan, dan 3 siswa tidak menjawab karena tidak memahami soal. 3. Untuk butir soal 2 tidak ada siswa yang memperoleh hasil jawaban benar dan lengkap untuk semua aspek pemecahan masalah, 17 siswa menjawab hasil benar tetapi kurang lengkap, dimana tidak membuat diketahui dan ditanya, ada yang tidak membuat cara penyelesaian, ada yang tidak buat penyelesaian dan ada yang tidak melakukan pemeriksaan dan tidak memberi alasan, dan 5 siswa tidak menjawab karena tidak memahami soal. 4. Siswa harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal non rutin yang menuntut siswa untuk lebih mampu menganalisis soal

5. Siswa yang diajar dengan pendekatan, strategi, model, metode, teknik pembelajaran yang tepat sehingga siswa mampu menganalisis soal. G. Daftar Pustaka Arifin, Z. (2008). Meningkatkan Motivasi Berprestasi, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD melalui Pembelajaran Matematika Realistik dengan Strategi Kooperatif di Kabupaten Lomongan. Disertasi pada SPs UPI. Tidak Dipublikasikan Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah; Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas Diyah. (2007). Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang. Tidak Dipublikasikan. Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching & Learning (Terjemahan Ibnu Setiawan). Bandung: MLC Kunandar, (2009). Guru Profesional:Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:Rajawali Pers. Kusumawati, Nila. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi: Bandung, UPI. Tidak Dipublikasikan. Ruseffendi, E. T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.., (1991). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini, Tarsito, Bandung. Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Edisi 1, cetakan ke-6. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan Masalah,Penalaran dan Komunikasi. Makalah Disajikan dalam Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPG Matematika Yogyakarta..(2008). Pemanfaatan Blog pada Peningkatan dan Pemecahan Masalah Pembelajaran Matematika.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta, Kanisius