Pengaruh Rasio Diameter T-Junction Terhadap Pemisahan Aliran Kerosen-Air

dokumen-dokumen yang mirip
PEMISAHAN ALIRAN KEROSEN-AIR (Pada Variasi Sudut Kemiringan Side Arm vertikal keatas)

PENGARUH T-JUNCTION SEBAGAI ALAT PEMISAH KEROSENE-AIR

PENGARUH WATER CUT PADA INLET T-JUNCTION TERHADAP EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR

EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR DI T-JUNCTION DENGAN POSISI SUDUT SIDE ARM 45 0

PENGARUH HAMBATAN DOWNSTREAM TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN FASE KEROSENE-AIR PADA T-JUNCTION 90 O. Abstract

EFISIENSI PEMISAHAN KEROSENE-AIR DI T-JUNCTION DENGAN POSISI SUDUT SIDE ARM 45 0

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

VISUALISASI POLA ALIRAN DI INLET T- JUNCTION DENGAN VARIASI SUDUT PADA PROSES PEMISAHAN KEROSENE-AIR

Karaktristik Pola Aliran Pemisahan Kerosene-Water Pada Pipa T-Junction Sudut 90 Dan Radius 25 mm Dengan Bahan Pleksiglass

PROCEEDING PENINGKATAN PERAN ILMU TEKNIK MESIN UNTUK KESEJAHTERAAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA DEWAN REDAKSI

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE ( AIR - UDARA ) MELEWATI ELBOW 30 DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 60

Studi Eksperimental Separasi Air dan Minyak pada Liquid- Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC)

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15

BAB 1 PENDAHULUAN. Liquid Cylindrical Cyclone (LLCC), LLCC menggunakan prinsip Aliran

KAJI EKSPERIMENTAL ALIRAN DUA FASE AIR-CRUDE OIL MELEWATI PIPA SUDDEN EXPANSION

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMEN STRUKTUR ANTAR MUKA ALIRAN STRATIFIED PADA ALIRAN DUA FASA ADIABATIS SEARAH BERDASAR NILAI BEDA TEKANAN

PENGURANGAN INTENSITAS FLUKTUASI TEKANAN PADA PEMBESARAN MENDADAK ALIRAN UDARA AIR SEARAH HORISONTAL DENGAN PENEMPATAN RING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR

Penentuan Sub-sub Pola Aliran Stratified Air-Udara pada Pipa Horisontal Menggunakan Pengukuran Tekanan

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor ( September 2015)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction

Pengaruh Variasi Diameter Injektor Konvergen Udara Terhadap Fenomena Flooding Dalam Aliran Dua Fase Gas-Cair Berlawanan Arah Pada Pipa Vertikal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

Bab 2 Aliran Multifasa pada Jaringan Pipa Produksi

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

STUDI EKSPERIMEN MENGENAI SUB-SUB POLA ALIRAN STRATIFIED PADA ALIRAN DUA FASA SEARAH BERDASAR FLUKTUASI BEDA TEKANAN PADA PIPA HORISONTAL

Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gas, cair dan padat yang disebut dengan fluida tiga fasa.

BAB II LANDASAN TEORI. λ = f (Re, ε/d)... (2.1)

BAB I PENDAHULUAN. industri, transportasi, perkapalan, maupun bidang keteknikan lainnya. Namun

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281, Indonesia ABSTRAK

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

KAJI EKSPERIMENTAL ALIRAN DUA FASE WATER-CRUDE OIL MELEWATI PIPA SUDDEN EXPANSION HORISONTAL BERPENAMPANG LINGKARAN

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

Analisis Aliran Fluida Dua Fase (Udara-Air) melalui Belokan 45 o

BAB II LANDASAN TEORI

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1)

BAB III SET-UP ALAT UJI

Pengaruh Variasi Sudut Water Injector Berbentuk Diffuser Terhadap Fenomena Flooding Pada Aliran Dua Fase Cair Udara Vertikal Berlawanan Arah

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus

BAB II LANDASAN TEORI

PROSIDING TEKNIK MESIN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

VOID FRACTION DAN PEMETAAN POLA ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 75 DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA MIRING 15

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

Pengaruh Diameter Gelembung Hidrogen Terhadap Penurunan Tekanan (Pressure Drop) Pada Saluran Tertutup Segi-Empat

PENGARUH JARAK SALURAN KELUAR AIR DAN UDARA TERHADAP KARAKTERISTIK SPRAY PADA TWIN FLUID ATOMIZER

contoh soal dan pembahasan fluida dinamis

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Transkripsi:

ISBN 978-979-3541-25-9 engaruh Rasio Diameter T-Junction Terhadap emisahan Aliran Kerosen-Air Dewi uspitasari 1,2, Indarto 2, urnomo 2,Khasani 2 1 Jurusan Teknik Mesin,FakultasTeknik-Universitas Sriwijaya 2 rogram ascasarjana Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik-Universitas Gadjah Mada Email:dewiunsri7@yahoo.co.id, indarto@ugm.ac.id, purnomo_tm@yahoo.com, khasani@ugm.ac.id Abstrak enelitian mengenai aliran kerosen-air (liquid-liquid) masih terus dilakukan. enelitian mengenai karakteristik pemisahan kerosen-air telah dilakukan dengan menggunakan T-junction yang berorientasi pada side arm vertikal keatas dengan sudut kemiringan 9 o dan radius belokan 15 mm. Untuk mengamati pengaruh rasio diameter terhadap pemisahan fase yang dihasilkan T-junction maka dibuatlah seksi uji dengan diameter pipa horisontal 36 mm, sedangkan diameter side arm 26 mm dan 19 mm (rasio diameter,7 dan,5) dengan menggunakan pipa jenis plexyglass. Berdasarkan data hasil eksperimen dan visualisasi aliran pada seksi uji, kondisi terbaik pada rasio diameter,5 dicapai pada watercut 7% dengan efisiensi pemisahan maksimum sebesar 96%, Fk = 1 dan Fw =.4. Sedangkan pada rasio diameter,7 kondisi terbaik dicapai pada water cut 49% dengan efisiensi pemisahan maksimum sebesar 95%, Fk =.95 dan Fw =.3. Semua kondisi terbaik diatas dicapai pada pola aliran stratified. Kata kunci: T-junction, rasio diameter, efisiensi pemisahan,fraksi massa, pola aliran 1. ENDAHULUAN Industri minyak dan gas alam belakangan ini terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu meningkat dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan teknik. Untuk menjamin ketersediaan bahan bakar minyak dan gas alam secara kontinu, maka perlu digunakan teknologi yang lebih efisien dan ekonomis. Dalam aplikasi sistem perpipaan sering dijumpai percabangan-t(tjunction) yang didalamnya mengalir fluida multi fase baik dalam bentuk liquid-liquid maupun gas-liquid. Dari contoh diatas, industri minyak dan gas alam harus menyadari pentingnya pengembangan pemahaman tentang aliran fase banyak (multiphase) dalam menentukan model analisis atau korelasi eksperimen yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku aliran fluida. Diantara aliran multifase yang kurang menjadi perhatian adalah fenomena aliran di dalam pipa terutama pada bagian percabangan T- junction. Umumnya T-junction berperan membagi aliran, akan tetapi karena kenyataan di lapangan sering dijumpai beberapa kendala yang disebabkan oleh adanya aliran multiphase yang dapat menyebabkan turunnya efisiensi dari peralatan maka tugas T-junction mulai berkembang menjadi pemisah aliran/pemisah fase. Secara umum, sebuah bejana (vessel) besar digunakan untuk proses pemisahan fase tersebut, namun alat ini memerlukan ruang yang besar dan harganya mahal.berdasarkan pada kondisi praktis tersebut, beberapa peneliti mengajukan alternatif yang lebih ekonomis dan sederhana untuk menggantikan tugas bejana/vessel tersebut dengan menggunakan T-junction. Cara ini dipilih karena biaya pembuatan dan materialnya relatif murah, selain itu konstruksi dan instalasinya lebih sederhana (Azzopardi dkk.,1982).

Kesederhanaan metode ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Model sederhana dari T-junction Fenomena pemisahan fase melalui T-junction, baik secara eksperimen maupun secara analisa teoritis telah banyak dilakukan oleh para penelititerdahulu untuk mempelajari fenomena pemisahan fase yang terjadi didalam T- junction dengan harapan akan diperoleh geometri terbaik yang dapat menghasilkan pemisahan fase terbaik. Wang dkk.,(28) menjelaskan dalam laporan penelitiannya bahwa metode pemisahan dengan menggunakan T-junction pertama kali diperkenalkan oleh Orenje pada tahun 1973 yang meneliti tentang pemisahan aliran dua fase gas-cair. Berdasarkan hasil penelitiannya dinyatakan bahwa rasio pemisahan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah perbedaan tekanan, mass inertia dari cairan, pola aliran di upstream, dan geometri T- junction. embagian aliran fluida yang melalui T- junction sangat tidak mudah untuk memprediksi seberapa besar cairan yang mengalir ke side arm dan run arm. Geometri T-junction, pola aliran di upstream, kemiringan side arm merupakan variabelvariabel penting dalam menentukan pemisahan fase cairan diantara arm junction. Guna memudahkan dalam memprediksi fenomena di T-junction maka ditetapkan delapan variabel yang berhubungan dengan pemisahan aliran fluida yaitu laju aliran massa gas dan cairan,kualitas ditiap cabang x 1, x 2,x 3 dan pressure drop yang berhubungan dengan junction (Wren dan Azzopardi,24). Yang dkk.,(26) melakukan enelitian pemisahan fase liquid-liquiddengan menggunakan T-junction horisontal dansidearm vertikal keatas. eneliti menggunakan kerosen dan air sebagai fluida kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pemisahan tertinggi dicapai ketika pola aliran di inlet T-junction adalah stratified dan ketika pola aliran dispersedmaka pemisahan yang dihasilkan kurang baik. Untuk keperluan penelitian dibuatlah sebuah model yang dapat memprediksi terjadinya phase maldistribution di T-junction, dilanjutkan dengan penelitian yang sama pada tahun berikutnya dan difokuskan pada kajian pola aliran stratified with mixture interface dan dispersed. Dari hasil penelitian, mereka menyatakan bahwa pemisahan fase dapat diukur berdasarkan fraksi massa yang berbedabeda, water cut, dan kecepatan superfisial campuran pada pola aliran yang berbeda-beda. Walter L.C.,dkk pada tahun 1997 melakukan penelitian tentang pengaruh rasio diameter terhadap penurunan tekanan dan distribusi fase udara-air pada T-junctionside arm vertical upward. eneliti menggunakan pipa inlet horisontal 38,1 mm dan diameter branch 19 mm dan 7,85 mm. Kemudian dibandingkan dengan data yang diambilsebelumnya dilaboratorium yang sama oleh Buell dkk.,(1994) dengan rasio diameter 1. Hasil distribusi fase menunjukkan bahwa pada D 3 /D 1 =,5 paling banyak fase gas yang mengalir ke side arm dibandingkan dengan D 3 /D 1 =,26. engaruh rasio diameter untuk aliran stratified terhadap laju ekstraksi di branch dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2.engaruh rasio diameter terhadap emisahan fase pada J L =,21m/s Dan J G =2,7m/s(Walter L.C dkk.,1997) Ega B.T.,(29) telah melakukan studi eksperimental tentang pengaruh variasi sudut kemiringan T-junction terhadap karakteristik pemisahan kerosen-air. Variasi sudut yang digunakan adalah 3 o,45 o,6 o dan 9 o. Seksi uji menggunakan pipa dari kaca dengan diameter pipa inlet 1 inchi dan diameter side arm,5 81

inchi. Dilaporkan bahwa pola aliran yang terjadi adalah Stratified(ST), Stratified Wavy(SW), Three Layer(3L) dan Dispersed (Do/w atau Dw/o). ola aliran akan berubah seiring dengan meningkatnya kecepatan superfisial dan pemisahan yang baik terjadi pada pola aliran stratified(st). Efisiensi pemisahan tertinggi terjadi pada sudut 9 o untuk water cut 64% dan J mix =,23 m/s. Semakin tinggi nilai water cut maka efisiensi pemisahan akan semakin tinggi. 2. LANDASAN TEORI Efisiensi emisahan Untuk mengetahui hasil pemisahan fase dan optimalisasi kondisi operasi di T-junction, maka diusulkanlah sebuah kriteria baru yaitu efisiensi pemisahan (Yang dkk.,26). Beberapa parameter yang digunakan dalam penelitian adalah :Subscript1 (sisi inlet), 2(sisi setelah percabangan/run), dan 3 (sisi percabangan/branch/sidearm) dari T-junction seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 4. Kriteria untuk menunjukkan pemisahan fase di T-junction (Yang dkk., 26) Fraksi kerosen dan air yang meninggalkan inlet menuju side arm dapat dituliskan : L=(F k - F w ) siná....(1)...(2)..(3)..(4) Gambar 3. arameter aliran dua fase di T- junction (Yang dkk.,26) k dan w subscript untuk fase kerosene dan water, x adalah kualitas massa kerosen (rasio laju aliran massa kerosene terhadap laju aliran massa total) dan laju aliran massa. Secara umum hasil pemisahan fase di T-junction ditunjukkan dengan menggunakan perbandingan fraksi dari fase yang meninggalkan inlet menuju side arm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 emisahan Ideal Ketika efisiensi yang ideal terjadi (1%), maka fraksi massa yang masuk ke sidearm dapat ditulis sebagai :..(5) Untuk garis pemisahan ideal pertama, kerosen murni dihasilkan di side arm dan campuran mengalir ke run. Ini berarti bahwa fraksi air di branch F w = dan kualitas massa kerosen x 3 =1. Maka sebuah persamaan untuk garis ini dapat ditulis :. (6) Untuk garis pemisahan ideal kedua, air murni keluar di run arm sedangkan campuran menuju ke side arm. Ini berarti kualitas massa kerosen di run x 2 =. ersamaan untuk garis ini dapat ditulis : 82

...(7) campuran kemudian mengalir menuju seksi uji. Setelah aliran stedi maka dilakukan pengambilan data untuk beberapa parameter pengujian yaitu level air dan kerosen didalam tabung volumetrik yang berasal dari aliran keluaran sidearm dan run arm persatuan waktu, hambatan di downstream dan pola aliran di inlet dan percabangan. ola aliran diperoleh dari hasil visualisasi aliran dengan menggunakan handycam yang direkam pada sisi inlet dan branch (percabangan) T-junction. F Sid e a rm C Seksi uji Gambar 5. Metode penyajian efisiensi pemisahan dan pemisahan ideal T-junction (Yang dkk.,26) D D F Run arm C T-Junction hase mixer Untuk mengidentifikasi optimalnya kondisi aliran yang naik ke side arm maka data pemisahan digambarkan sebagai efisiensi pemisahan (ç) versus fraksi massa yang menuju side arm (m 3 /m 1 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar 5. Data yang berada pada garis diagonal sebelah kiri mewakili persamaan 6 dan data yang berada disebelah kanan mewakili persamaan 7. Garis yang memotong kedua diagonal menunjukkan pemisahan yang ideal. 3. METODOLOGI ENELITIAN Rangkaian peralatan yang digunakan dalam eksperimen ini ditunjukkan pada gambar 6. Material pipa terbuat dari bahanflexyglass, pipa horisontal berdiameter 36 mm dan pipa branch vertikal berdiameter 26 mm dan 19 mm. erbandingan diameter pipa horisontal dan branch (D 3 /D 1 ),7 dan,5. Fluida kerja yang digunakan adalah airρ=998 kg/m 3 dan kerosen ρ=819 kg/m 3. Mula mula air terlebih dahulu dipompakan dari tangki penampungan ke dalam saluran pipa sampai penuh, selanjutnya kerosen dipompakan dari tangki penampungan ke dalam pipa saluran sehingga air dan kerosen akan bercampur di dalam mixing area. Setelah air dan kerosen bercampur di dalam mixing area kemudian laju aliran keduanya diatur dengan menggunakan katup dan diukur oleh flow meter dengan nilai besaran sesuai dengan matriks tes penelitian (tabel1). Aliran Tangk i volum etric 1 E T angki v olu m etric 2 E Separator Kamera Gambar 6. Skematik diagram eksperimental Tabel 1.Matrik tes penelitian Jw Jk Watercut m/s m/s (%).2.14 6.2.22 49.23.25 49.29.2 6.36.15 7.39.17 7.39.25 6 4. HASIL DAN EMBAHASAN Data hasil pemisahan disajikan dalam bentuk grafik efisiensi pemisahan fase dan fraksi fase yang mengalir ke side arm. Kondisi diatas Tangki minyak Fm A B Tangki air Fm A 83

diamati berdasarkan kondisi terbaik yang dicapai oleh hasil eksperimen dan visualisasi aliran.pada seksi uji (T-junction). Grafik hasil pemisahan fase ditunjukkan pada gambar 7 sd 13. Efisiensi pemisahan (%) Gambar 7. Efisiensi pemisahan fase pada Watercut 7%, Fw(-) 1 8 6 4 2 1.8.6.4.2.2.4.6.8 1.5 Fraksi massa terpisahkan (-),5 Gambar 9. Efisiensi pemisahan fase pada Watercut 6% Fw (-) Gambar 1. Hasil pemisahan fase watercut 6% Efisiensi pemisahan (%).8.6.4.2 1 8 6 4 2 1 pada Gambar 11. Efisiensi pemisahan fase pada Watercut 49% 1.5.2.4.6.8 1 Fk (-).2.4.6.8 1 Fraksi massa terpisahkan (-).5.2.4.6.8 1 Fk (-).8.5 Gambar 8. Hasil pemisahan fase Watercut 7% 1 pada Fw (-).6.4 Efisiensi pemisahan (%) 8 6 4.5.2.2.4.6.8 1 Fk (-) 2.2.4.6.8 1 Fraksi massa terpisahkan (-) Gambat12. Hasil pemisahan fase pada watercut 49% 84

water cut 49% menghasilkan nilai Fk =,95 dan Fw =,3, kondisi ini diperoleh pada Jk =,2 m/s dan Jw =,22 m/s Water kerosene Gambar 13. Visualisasi aliran untuk kondisi terbaik pada r D =,5 Gambar 13 memperlihatkan pada rasio diameter,5 semua fase kerosene diarahkan ke branch hal ini disebabkan penampang branch pada rd,5 lebih kecil dibanding pada rd,7, sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada radius belokan terutama pada arah run akan memaksimalkan aliran fase kerosene menuju branch untuk pola aliran Stratified. ada rasio diameter,7 seperti terlihat pada Gambar 14 hampir keseluruhan fase kerosen mengalir ke branch akan tetapi karena penampang branch lebih besar maka gaya sentrifugal yang bekerja pada radius belokan menyebabkan sedikit kerosene ikut terdorong ke arah run.kondisi ini terjadi pada pola aliran Three layer (3L). 5. KESIMULAN Water kerosene Gambar 14. Visualisasialiran untuk kondisi terbaik pada r D =,7 Gambar 7 pada water cut 7% memperlihatkan efisiensi pemisahan tertinggi dicapai pada r D =,5 sebesar 96%. Gambar 9 pada water cut 6% memperlihatkan efisiensi pemisahan tertinggi dicapai pada r D =,5 sebesar 96%. Gambar 11 pada water cut 49% memperlihatkan efisiensi pemisahan tertinggi dicapai pada r D =,7 sebesar 95%. Gambar 8 pemisahan fase terbaik untuk water cut 7% menghasilkan nilai Fk = 1 dan Fw =,4, kondisi ini diperoleh pada Jk =,36 m/s dan Jw =,15 m/s Gambar 1 pemisahan fase terbaik untuk water cut 6% menghasilkan nilai Fk = 1 dan Fw =,4,kondisi ini diperoleh pada Jk =,2 m/s dan Jw =,14 m/s Gambar 12 pemisahan fase terbaik untuk 1. Geometri T-junction sangat berperan terhadap kinerja pemisahan fase. Dengan adanya perubahan pada rasio diameter branch dan inlet maka secara umum akan berpengaruh terhadap efisiensi pemisahan fase yang menuju side arm. 2. ada rasio diameter,5 semua fase kerosene diarahkan menuju ke branch, sedangkan pada rasio diameter,7 lebih banyak fase kerosene menuju ke branch akan tetapi masih ada fase kerosene yang masuk ke run. 3. ola aliran stratified akan menghasilkan efisiensi pemisahan fase lebih tinggi dibanding pola aliran stratified with mixture interface (3L). 6. DAFTAR USTAKA 1. Azzopardi,B.J, Whalley,.B., 1982,The effect of Flow atterns Two hase Flow in a T-junction, Int. Journal of Multiphase Flow, vol.8,pp.491-57. 2. Ega, T.B., 29, Studi Eksperimental engaruh Variasi Sudut T-junction Terhadap Karakteristik emisahan Kerosen-Air,Tesis Magister Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Industri,FT-UGM. 85

3. Wang,L.Y, Wu,Y.X.,, Zheng,Z.C, Guo,J, Zhang,.J.,Tang,C., 28, Oil Water Two hase Flow Inside T- Junction, Journal of Hydrodynamic,vol.2(2),pp.147-153. 4. Walters,L.C., Soliman,H.M., Sims,G.E., 1997, Two-hase ressure Drop and hase Distribution at Reduced Tee Junctions, Int. Journal of Multiphase Flow,vol.24,pp775-792. 5. Wren,E., azzopardi,b.j., 24, Affecting The hase Split at a Large Diameter T-junction by Using Baffles, Int. Journal of Multiphase Flow,vol.28,pp.835-841. 6. Yang,L., Azzopardi,B.J., Belghazi,A., 26, hase Separation of Liquid- Liquid Two hase Flow at a T- junction, AIChE Journal,vol.52(1),pp.141-149. 7. Yang,L., Azzopardi,B.J., 27, hase Split of Liquid-Liquid Two hase Flow at a HorizontalT-junction,AIChE Journal,vol.52(1), pp.141-149. 86