BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

TINJAUAN PUSTAKA. golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

PENDAHULUAN. mediteran. Kemudian menyebar luas ke beberapa negara di daerah tropis seperti. kubis krop, kubis daun dan kubis bunga (Arief, 1990).

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB II. KERANGKA TEORITIS

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena memengaruhi hajat hidup orang banyak kurang lebih 114 Kilogram per kapita per tahun. Angka ini berkurang

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006) dalam Prayoga (2009), yang keduanya sama-sama penting dan patut dipertimbangkan. Pertama pertanian organik absolut sebagai sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia sintetis, hanya menggunakan bahan alami berupa bahan organik atau pupuk organik. Sasaran utamanya adalah menghasilkan produk dan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, Pertanian Organik rasional atau pertanian semi organik sebagai sistem pertanian yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan suplemen pupuk kimia. Pestisida dan herbisida digunakan secara selektif dan terbatas. Menurut Standar Nasional Indonesia Sistem Pertanian dalam Ginting (2012), pertanian organik adalah sistem manajemen produksi pertanian holistik yang mampu meningkatkan dan memelihara agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan. Dari definisi ini dapat dinyatakan bahwa sistem pertanian organik harus menghindari penggunaan bahan-bahan kimia sehingga menghasilkan bahan pangan yang alami dan aman untuk dikonsumsi manusia.

Pangan organik juga lebih sehat dan aman dikonsumsi karena kandungan residu pestisidanya rendah. Hal ini antara lain sangat bergantung kepada lokasi pertanian dan berapa lama lahan pertanian tersebut telah dikonversi menjadi lahan organik. Crinnon (1995) menyatakan, pada lokasi lahan yang belum pernah menggunakan sistem pertanian konvensional, residu pestisida tidak ditemukan pada hasil pertaniannya. Tingginya senyawa kimia dari pestisida pada produk tanaman menyebabkan menurunnya kandungan vitamin pada produk tanaman tersebut. Vitamin yang paling peka terhadap zat kimia ini adalah vitamin C, beta karoten, dan vitamin B. Seiring dengan kesadaran masyarakat untuk membeli produk ramah lingkungan yang meningkat termasuk didalamnya produk-produk pertanian yang sehat dan bebas bahan kimia, pertanian organik menjadi alternatif bagi bangsa Indonesia karena jika pola pertanian modern yang padat bahan kimia tetap dilakukan seperti sekarang ini dikhawatirkan Indonesia tidak dapat lagi mengekspor prngodukproduk pertaniannya. Selain itu, bertani secara organis dapat menjadi pilihan bagi petani ditengah tingginya harga pupuk dan pestisida kimia. Petani organik menjadi petani yang mandiri dan merdeka, karena bahan-bahan bertani diperoleh dari alam sekitar. Selain itu, pertanian organik memberi ruang yang luas bagi petani untuk mengembangkan kreativitas bertaninya, seperti memanfaatkan bahan-bahan disekitar menjadi pupuk (Susetya, 2006). Kelebihan lainnya dari pertanian organik yaitu membantu mengurangi erosi. Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik menjadikan tanah lebih gembur dan tidak mudah terkikis aliran air (Isnaini, 2006).

Menurut Pracaya (2004 dalam Fardiaz 2008), sistem pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan sistem pertanian nonorganik. Kelebihan dari digunakannya sistem pertanian organik antara lain : 1) Tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun 2) Produk tanaman organik lebih mahal. Sistem pertanian organik juga mempunyai faktor kekurangan atau kelemahan, yaitu sebagai berikut : 1) Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit. Umumnya, pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, perlu dibuat sendiri karena pestisida ini belum ada di pasaran. 2) Penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman yang dipelihara secara non-organik. 2.1.2 Pertanian Anorganik (Konvensional) Sistem pertanian konvensional mampu membuktikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ini terbukti saat tahun 1984 disaat Indonesia mampu swasembada pangan beras. Tetapi, sistem pertanian anorganik (konvensional) tersebut tidak terlepas dari resiko negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Meningkatnya kebutuhan pangan yang seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan pertambahan pemakaian pupuk serta pestisida dan zat kimia lain bertambah (Saragih, 2008).

Schaller dan Winangun (2005) menyatakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari sistem pertanian konvensional, sebagai berikut: a. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian. b. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan makanan. c. Peningkatan daya ketahanan organisme pengganggu terhadap pestisida. d. Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan dan berkurangnya bahan organik. e. Muncul resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pertanian. 2.1.3 Pertanian Semi organik Pertanian semi organik merupakan suatu langkah awal untuk kembali ke sistem pertanian organik, hal ini karena perubahan yang ekstrim dari pola pertanian modern yang mengandalkan pupuk kimia menjadi pola pertanian organik yang mengandalkan pupuk biomasa akan berakibat langsung terhadap penurunan hasil produksi yang cukup drastis yang semua itu harus ditanggung langsung oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu penghapusan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit yang sulit dihilangkan karena tingginya ketergantungan mayoritas pelaku usaha terhadap pestisida (Sutanto, 2002). Oleh karena itu, pertanian semi organik merupakan langkah awal untuk perubahan secara gradual menuju pola pertanian organik. Khusus untuk tanaman pangan, pertanian semi organik akan memberi nilai tambah untuk pelaku usaha dengan turunnya biaya produksi tanpa harus diiringi dengan turunnya hasil produksi, dan ramah lingkungan (Suyono dan Hermawan, 2006).

Sutanto (2002) dalam Ramadhani (2013), memberikan istilah membangun kesuburan tanah. Swtrategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Hal ini berbeda dengan pertanian anorganik yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada beberapa daerah penerapan pertanian organik belum bisa dilakukan secara utuh dengan alasan daya adaptasi lahan yang masih harus disesuaikan jika harus menggunakan bahan organik sepenuhnya. Pada tahap awal banyak petani yang mulai mencari jalan tengah dari persoalan tersebut yaitu menerapkan sistem pertanian yang mengurangi pemakaian pupuk kimia, kemudian mensubtitusikannya dengan menggunakan pupuk organik dan membebaskan lahan pertanian mereka dari pemakaian pestisida kimia. Harapannya bahwa di masa mendatang pemakaian pupuk kimia dapat dihentikan (Ramadhani,2013). 2.1.4 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Notarianto (2011) yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Padi Organik dan Anorganik di Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen bahwa Nilai efisiensi teknis dalam penelitian padi organik ini sebesar 0,963, sedangkan untuk usahatani padi anorganik, nilai efisiensi teknis sebesar 0,814. Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi organik lebih efisien dibandingkan usahatani padi anorganik.

Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa rasio R/C usahatani padi organik sebesar 4,09, sementara rasio R/C untuk padi anorganik hanya 1,70. Hasil ini menunjukkan usahatani padi organik lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usahatani padi anorganik. Hasil penelitian Wulandari (2011) tentang Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dan Usahatani Padi Anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, bahwa biaya per hektar per musim tanam yang dikeluarkan oleh usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik. Biaya total per hektar dan per kg output per musim tanam yang dikeluarkan petani penggarap usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik, namun dari sisi petani pemilik sebaliknya. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik. Hal ini disebabkan produktivitas dan harga gabah kering panen (GKP) organik lebih besar dibandingkan anorganik. Usahatani yang dijalankan petani padi organik dan anorganik sama-sama menguntungkan, namun jika dilihat dari nilai R-C rasionya maka usahatani padi organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik. Hasil penelitian Sagala (2010) mengenai Analisis Komparatif Tingkat Sosial Ekonomi Petani Dampingan Bitra dan Petani Anorganik di Desa Lubuk Bayas menyatakan tingkat sosial ekonomi responden petani organik dan petani anorganik tidak menunjukkan adanya perbedaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa adanya pertanian organik di Desa Lubuk Bayas yang dampingan Bitra tidak memberi pengaruh pada peningkatan sosial ekonomi para petani organik. Secara rata-rata biaya produksi usahatani padi anorganik lebih tinggi dibandingkan usahatani padi organik.

Hal ini karena dalam pertanian organik, pupuk yang digunakan kebanyakan adalah pupuk yang diolah petani sendiri. Biaya penggunaan pupuk pada usahatani padi anorganik lebih tinggi yakni Rp 2.000.000 per musim tanam, sementara pada usahatani padi organik biaya penggunaan pupuk senilai Rp 1.000.000 per musim tanam. Biaya tenaga kerja pada usahatani padi anorganik Rp 1.600.000 per musim tanam, sedangkan biaya tenaga kerja usahatani organik mencapai Rp 2.000.000 per musim tanam. Hasil ini menunjukkan biaya tenaga kerja pada usahatani padi organik lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi anorganik, karena usahatani padi organik memerlukan pengawasan yang intensif sewaktu masa tanam. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Biaya Biaya usahatani dapat dibedakan atas dua macam yaitu; biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi pada hasil produksi. Yang termasuk biaya tetap antara lain : pajak, sewa tanah, dan penyusutan alat-alat pertanian yang tahan lam atau modal tetap. Sedangkan biaya tidak tetap yaitu biaya yang besar kecilnya mempengaruhi pada hasil produksi. Antara lain : biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, pestisida (Prawirokusumo, 1990). Menurut Sukirno (2004) biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya total didapatkan dengan penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya berubah total. Biaya tetap total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya. Biaya variabel total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh input yang dapat diubah jumlahnya. Biaya tetap rata-rata

merupakan nilai yang diperoleh dari biaya tetap total untuk memproduksi sejumlah produk, dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Biaya variabel rata-rata adalah nilai yang diperoleh dari pembagian biaya berubah total dengan jumlah produksi. Biaya total rata-rata merupakan nilai dari hasil pembagian biaya total dengan jumlah peroduksi. Biaya marginal merupakan kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit (Sukirno, 2004). 2.2.2 Penerimaan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani (Soekartawi,1995). Dalam Pindyck (2009), Penerimaan total atau total revenue : penerimaan yang diterima oleh produsen dari setiap penjualan outputnya. Total revenue merupakan hasil kali antara harga dengan output. Penerimaan rata-rata atau average revenue : penerimaan produsen per unit output yang dijual. Penerimaan marjinal atau marginal revenue : perubahan penerimaan yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output. 2.2.3. Pendapatan Menurut Soekartawi (1995) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Menurut Hadisapoetro (1973 dalam buku Suratiyah 2009) ada beberapa pengertian tentang pendapatan dalam usahatani, yaitu: 1. Pendapatan Petani meliputi upah tenaga kerja keluarga sendiri, upah petani sebagai manajer, bunga modal sendiri, dan keuntungan. 2. Pendapatan tenaga keluarga merupakan selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan bunga modal sendiri. 3. Keuntungan atau kerugian petani merupakan selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga dan bunga modal sendiri. 2.3 Kerangka Pemikiran Usahatani padi organik merupakan sistem budidaya padi dengan mensubstitusi pupuk dan pestisida kimia menjadi pupuk dan pestisida organik. Usahatani padi semi organik merupakan budidaya padi dengan penggunaan pupuk organik dan kimia. Dalam setiap usahatani petani memerlukan input produksi seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya tambahan (sewa tanah, perawatan mesin, iuran P3A, PBB, dan sebagainya) yang akan dihitung biaya inputnya. Produksi dikalikan harga produk akan menghasilkan penerimaan petani. Dari penerimaan dikurangi total biaya didapatkan pendapatan. Pendapatan petani organik akan dibandingkan dengan pendapatan petani padi semi organik. Kemudian akan dilihat pada tahun berapa produksi dan pendapatan petani organik stabil. Secara skematis kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut :

TC Organik 3 4 tahun 5 6 tahun 8 9 tahun π 23 24 tahun TR 1 2 tahun TC Semi Organik 4 5 tahun 6 7 tahun π Keterangan : 10 11 tahun TR = Menyatakan hubungan TC = Total Biaya = Perbandingan TR Π = Total Penerimaan = Pendapatan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian: Adapun hipotesis penelitian ini adalah: 1. Perkembangan pendapatan petani padi organik akan meningkat dari waktu ke waktu. 2. Waktu optimal untuk produksi dan pendapatan petani padi organik stabil adalah tahun ke 4. 3. Perkembangan pendapatan petani padi semi organik meningkat dari waktu ke waktu. 4. Ada perbedaan perkembangan rata-rata produktivitas, rata-rata biaya, rata-rata pendapatan petani padi organik dengan petani padi semi organik.