PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. KERANGKA TEORITIS

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISA USAHATANI KEDELAI VARIETAS WILIS PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI DESA KLOMPANG BARAT KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN ABSTRAK

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

e-j. Agrotekbis 2 (2) : , April 2014 ISSN :

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

Volume 9 No. 1 April 2017

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

BAB III METODE PENELITIAN

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

BAB III METODE PENELITIAN

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh 3) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETANI MITRA TEMBAKAU PT. DJARUM DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU MADURA : SEBUAH KAJIAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

14,3 13,1 11,1 8,9 27,4 26,4 4. 1,0 1,0 9,9 6. 7,0 15,6 16,1 6,5 6,2 8,5 8,3 10,0

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL PALU DI KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA. Oleh : Christoporus *)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L)

Transkripsi:

P r o s i d i n g 61 PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN Maimuna (1), Dwi Ratna Hidayati (2), Taufani Sagita (3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (1) corresponding email: nonratna1@gmail.com PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan provinsi penghasil tembakau terbesar di Indonesia (58,2%). Salah satu daerah yang penduduknya banyak membudidayakan tanaman tembakau adalah Pulau Madura yang meliputi tiga kabupaten dari empat kabupaten yang ada yaitu: Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep (Hasan, 2013). Umumnya Tembakau Madura dibudidayakan secara turun temurun oleh masyarakat Madura karena dibandingkan dengan komoditas lain, Tembakau memberikan harapan keuntungan yang lebih besar. Tembakau Madura merupakan salah satu tembakau lokal aromatis yang dikembangkan di Pulau Madura. Pada umumnya, jenis tembakau yang dibudiyakan di Pulau Madura varietas Prancak 95 dan Cangkring 95 (Arsyadmunir, 2011). Berdasarkasn data BPS Kabupaten Pamekasan (2014) diketahui bahwa Kecamatan Larangan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki tingkat produktivitas terbesar di Kabupaten Pamekasan dibandingkan dengan kecamatan lainnya yakni 502 Kg/ha. Sedangkan dari berbagai desa di Kecamatan Larangan Desa Dhuko Timur merupakan desa yang memiliki luas lahan tertinggi yang sesuai untuk tanaman tembakau yaitu sebesar 80 Ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2004). Selain itu di Desa Dhuko Timur menggunakan dua macam cara dalam penyediaan air untuk tembakau, yaitu dengan membeli air bor pada warga di dusun lain dan menggunakan air tadah hujan, dimana petani menggunakan air hujan untuk tembakau mereka dengan membuat tempat penampungan air hujan sebagai penyediaan air untuk hari-hari selanjutnya. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pendapatan petani tembakau melalui dua metode pengairan tersebut.. METODOLOGI Lokasi penelitian bertempat di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan. Penentuan lokasi ditentukan secara Purposive Sampling, atas pertimbangan bahwa Desa Dhuko Timur merupakan salah satu desa yang memiliki tingkat luas lahan tanam tembakau yang paling tinggi di Kecamatan Larangan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2017. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Menurut Eriyanto (2007) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pada alasan atau tujuan tertentu. Adapun jumlah sampel yang di tetapkan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 60 responden dengan 30 responden petani tembakau pengguna air tadah hujan dan 30 petani pengguna air bor. Analisa pendapatan dilakukan dengan menggunakan alat analisis pendapatan usahatani. Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut : TR = Q x P Dimana: TR (Total Revenue) = Penerimaan usahatani tembakau

P r o s i d i n g 62 Q (Quantity) = Jumlah tembakau yang dihasilkan P (Price) = Harga jual tembakau yang dihasilkan Menurut Roidah (2015), biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC + TVC Dimana: TC (Total Cost) = Biaya total usahatani tembakau TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap usahatani tembakau TVC (Total Variable Cost)= Biaya tidak tetap usahatani tembakau Menurut Suratiyah (2015), keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Keuntungan merupakan tujuan dari setiap usaha, sehingga semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut : π = TR TC Dimana: π = Pendapatan usahatani tembakau TR = Penerimaan usahatani tembakau TC = Biaya total usahatani tembakau HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan seringkali menjadi elemen penting bagi petani untuk mengukur keberhasilan usahatani. Usahatani tembakau ini memiliki beberapa syarat tumbuh tertentu untuk diperhatikan seperti suhu, ketinggian, tanah, waktu tanam, kebutuhan air dan curah hujan. Penanaman tembakau dilakukan pada musim kemarau untuk menjaga tanaman agar tumbuh dengan baik dan asupan air yang tidak terlalu banyak. Menurut Murhawi (2004) ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam penyiraman tembakau, yaitu Air yang dibutuhkan sebanyak ± 1 liter/ tanaman. Penyiraman awal dilakukan setiap hari pada pagi dan petang selama 35 hari atau tanaman benar- benar hidup, dan Selanjutnya interval waktu penyiraman lebih lama antara 2-3 hari bila diperlukan atau tergantung kondisi tanaman dan tanah. Merujuk pada kondisi di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan, maka terdapat dua jenis penyediaan air yakni dengan sumur bor dan tadah hujan. Sebelum melihat pendapatan, maka perlu melihat rincian biaya yang dikeluakan oleh petani bedasarkan penyediaan airnya sebagaimana berikut. Biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tembakau pada petani pengguna air bor dan petani pengguna air tadah hujan di Dhuko Timur terdiri dari dua biaya yaitu Biaya Tetap (FC) dan Biaya Variabel (VC). 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap merupakan biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi, jadi biaya tetap sifatnya tidak berubah-ubah meskipun yang dihasilkan berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan petani tembakau yaitu hanya biaya penyusutan alat. Rata-rata biaya tetap usahatani tembakau di Desa Dhuko Timur adalah sebagai berikut: Tabel 1 Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Tembakau di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Pamekasan

P r o s i d i n g 63 Petani Pengguna Air Bor Petani Pengguna Air Tadah Hujan Penyusutan Alat (Rp) 134.677 75.757 Total Biaya Tetap 134.677 75.757 Tabel 1 menunjukkan biaya rata-rata penyusutan alat untuk Petani Pengguna Air Bor lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 134.677/ha. Sedangkan untuk Petani Pengguna Air Tadah Hujan sebesar Rp.75.757/ha. Perbedaan biaya penyusutan alat ini dikarenakan jumlah alat yang dimiliki Petani Pengguna Air Bor lebih banyak dibandingkan dengan Petani Pengguna Air Tadah Hujan sehingga biaya penyusutannya lebih besar. 2. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel (VC) merupakan biaya yang dikeluarkan petani tembakau yang besarnya biaya akan berpengaruh terhadap besarnya hasil produksi. Sehingga semakin besar hasil panen yang diperoleh maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. Biaya-biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh petani tembakau yaitu berupa biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, penanganan pasca panen, sewa alat dan pembelian air. Ratarata biaya variabel usahatani tembakau di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan adalah sebagai berikut : Tabel 3 Rata-Rata Biaya Variabel Usahatani Tembakau di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Pamekasan Petani Pengguna Air Bor Petani Pengguna Air Tadah Hujan Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja Sewa alat Penanganan pasca panen Pembelian air 293.627 664.281 95.808 17.995.042 34.379 824.671 1.670.383 272.272 684.771 109.988 11.688.163 62.208 764.675 Total Biaya Variabel 21.578.192 13.582.076 1. Penggunaan Bibit Menurut Khazanani (2011) Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sehingga semakin unggul bibit komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai. Tabel 3 menunjukkan adanya suatu perbedaan biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh petani tembakau yang menggunakan air bor dan yang menggunakan air tadah hujan di Desa Dhuko Timur. Dimana biaya rata-rata untuk pembelian bibit petani pengguna air bor menghabiskan biaya sebesar Rp.293.627/ha lebih tinggi dibanding dengan biaya rata-rata petani pengguna air tadah hujan untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp. 272.272/ha. Perbedaan biaya ini disebabkan oleh jumlah bibit dan varietas bibit tembakau yang berbeda

P r o s i d i n g 64 yang digunakan oleh petani responden pengguna air bor dan pengguna air tadah hujan. Petani pengguna air bor rata-rata menggunakan bibit sebanyak 19.652 pohon/ha, sedangkan petani pengguna air tadah hujan menggunakan bibit sebanyak 18.280 pohon/ha. Macam-macam varietas yang digunakan oleh petani responden di Desa Dhuko Timur yaitu varietas Prancak 95 dengan harga Rp.15.000/10.000 pohon, varietas Bojonegoro dengan harga Rp.14.000/10.000 pohon dan varietas Melati Tompang dengan harga Rp.12.000/10.000 pohon. 2. Penggunaan Pupuk Menurut Hasanah (2016) Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan hasil tanaman apabila penggunaannya optimal. Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau sebagai pengganti unsure hara yang telah habis diserap oleh tanaman (Susanta dalam Hasanah, 2016) Pupuk yang digunakan oleh petani tembakau adalah pupuk SP36 dan pupuk Za. Pupuk SP36 dibeli oleh petani dengan harga Rp.2.000/kg dan pupuk Za dengan harga Rp.1.400/kg. Biaya rata-rata penggunaan pupuk yang dikeluarkan oleh petani pengguna air bor untuk usahatani tembakau yaitu sebesar Rp.664.281/ha sedangkan besarnya biaya pembelian pupuk untuk petani pengguna air tadah hujan adalah Rp.684.771/ha. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah pupuk yang petani gunakan untuk usahatani tembakau di Desa Dhuko Timur dengan jumlah pupuk rata-rata yaitu pupuk SP36 141 kg/ha dan pupuk Za 273 kg/ha untuk petani pengguna air bor dan sebanyak 145 kg/ha pupuk SP36 dan 282 kg/ha pupuk Za untuk petani pengguna air tadah hujan. 3. Penggunaan Pestisida Komponen biaya selanjutnya yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida yang tepat akan menyebabkan tanaman terbebas dari penyakit, sehingga tanaman mampu berproduksi secara optimal (Khazanani, 2011). Pestisida yang digunakan oleh petani responden di Desa Dhuko Timur yaitu Drusban dengan harga Rp.29500/250ml dan Rp.42.500/500ml, dan Matador dengan harga Rp.19.500/80ml. Biaya rata-rata yang dikeluarkan petani di Desa Dhuko Timur untuk pembelian pestisida yaitu sebesar Rp.95.808/ha pada petani pengguna air bor dan Rp.109.988/ha pada petani pengguna air tadah hujan. Hal ini disebabkan oleh jumlah pestisida yang digunakan yaitu 802 ml/ha penggunaan pestisida oleh petani pengguna air bor dan 1.066 ml/ha pestisida yang digunakan oleh petani air tadah hujan. 4. Tenaga Kerja Tenaga kerja menjadi pelaku usahatani yang diperlukan dalam menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Tenaga kerja dalam usahatani dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik (Yusuf, 2015). Dalam penelitian ini terdapat tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga, dimana biasanya petani tidak menghitung biaya yang dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga dan hanya menghitung biaya tenaga kerja luar keluarga. Penelitian ini memiliki perbedaan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pengguna air bor dan pengguna air tadah hujan untuk biaya tenaga kerja. Biaya rata-rata tenaga kerja yang digunakan oleh petani air bor yaitu sebesar Rp.17.995.042/ha, sedangkan biaya rata-rata tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani pengguna air tadah hujan sebesar Rp.11.688.163/ha. hal ini disebabkan oleh HOK yaitu rata-rata 311 HOK/ha yang digunakan

P r o s i d i n g 65 oleh petani pengguna air bor dan 226 HOK/ha yang digunakan oleh petani pengguna air tadah hujan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani tembakau baik petani pengguna air bor maupun pengguna air tadah hujan berupa upah tenaga kerja untuk membajak, mencangkul, penanaman, menyiangi, pemupukan, pengendalian hama, penyiraman, pemangkasan, panen, pengangkutan, pemeraman, perajangan dan pengeringan. 5. Sewa Alat Sewa alat ini merupakan suatu komponen biaya yang digunakan oleh petani untuk melakukan penyewaan alat pertanian berupa alat banjak tradisional. Dimana besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk sewa alat bajak tradisional yaitu sebesar Rp.34.379/ha untuk petani pengguna air bor sedangkan petani pengguna air tadah hujan sebesar Rp.62.208. Perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh petani pengguna air bor lebih murah dibandingkan dengan petani pengguna air tadah hujan. Hal tersebut disebabkan karena petani pengguna air tadah hujan lebih banyak membajak menggunakan pembajak tradisional dari pada petani penggguna air bor. 6. Penanganan Pasca Panen Penanganan pasca panen disini yaitu setelah melakukan pengeringan pada hasil tembakau yang sudah dirajang maka petani melakukan pengemasan dengan menggunakan tikar yang diikat dengan tali rafia agar dalam proses penyaluran ke gudang tembakau rajangan tidak mengalami kerusakan dan tetap rapi. Terdapat perbedaan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani tembakau di Desa Dhuko Timur baik petani pengguna air bor maupun pengguna air tadah hujan. Dimana biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pengguna air bor untuk penanganan pasca panen yaitu sebesar Rp.824.671/ha, sedangan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pengguna air tadah hujan untuk penanganan pasca panen sebesar Rp.764.675/ha. 7. Pembelian Air Dalam penelitian ini petani tembakau yang dijakan responden memiliki dua cara untuk penyediaan air sebagai pemenuhan kebutuhan usahatani tembakau akan air. Dimana dua cara tersebut yaitu menggunakan air bor dengan membeli dan air tadah hujan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan oleh kedua kategori petani tembakau tersebut. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pengguna air bor untuk membeli air yaitu Rp.1.670.383/ha, dimana harga air bor di Desa Dhuko Timur yaitu Rp.85.000/1000 pohon tanaman tembakau. Maka tinggal menjumlahkan jumlah kowakan (coglak) dengan harga yang sudah ditentukan, dan petani bisa menggunakan air bor sampai masa tanam tembakau berakhir. Sedangkan penyediaan air petani pengguna air tadah hujan yaitu dengan membuat drainase kecil-kecil yang apabila turun hujan maka air akan mengalir ke arah bendungan yang sudah dibuat sebagai tempat penyimpanan air oleh petani, hal tersebut dibuat penyiraman dilain waktu berikutnya. Penerimaan Usahatani Tembakau Penerimaan usahatani merupakan sejumlah uang yang diterima oleh petani dari hasil produksi tembakau, dimana penerimaan usahatani ini diperoleh dari jumlah hasil produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku pada saat petani menjual hasil

P r o s i d i n g 66 produksinya. Rata-Rata produksi dan penerimaan usahatani tembakau pada petani tembakau di Desa Dhuko Timur adalah sebagai berikut : Tabel 4 Rata-Rata Produksi dan Penerimaan Usahatani Tembakau di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Pamekasan Jumlah Produksi (Kg/Ha) Harga Jual (Rp/Kg) Total Penerimaan Petani Pengguna Air Bor Petani Pengguna Air Tadah Hujan 933 887 37.633 32.833 35.121.653 29.119.073 Berdasarkan hasil tabel 4 diatas diketahui bahwa, rata-rata total penerimaan petani tembakau di Desa Dhuko Timur untuk petani pengguna air bor adalah Rp.35.121.653/ha dengan rata-rata hasil produksi sebesar 933 kg/ha dengan rata-rata harga jual sebesar Rp.37.633/kg. Sedangkan untuk petani pengguna air tadah hujan total penerimaan yang diperoleh yaitu sebesar Rp.29.119.073/ha dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 887 kg/ha dengan rata-rata harga jual sebesar Rp.32.833/kg. Perbedaan total penerimaan yang diterima oleh petani tembakau baik itu untuk petani pengguna air bor maupun pengguna air tadah hujan disebabkan oleh hasil produksi yang diperoleh petani tiap satu kali musim tanam serta harga pasar. Harga tembakau yang berlaku sewaktu-waktu dapat berubah, karena tembakau merupakan tanaman musiman yang suatu saat ketersediaannya melimpah atau bahkan sedikit juga karena kualitas tembakau sangat berpengaruh pada penentuan harga. Perbedaan rata-rata hasil produksi dan penerimaan usahatani tembakau antara petani pengguna air bor dengan pengguna air tadah hujan di Desa Dhuko Timur terjadi karena terdapat perbedaan kualitas produksi tembakau yang dihasilkan oleh masing-masing petani. Sehingga para pedagang atau tengkulak yang membeli tentunya akan memberikan harga yang tinggi pula pada produk yang berkualitas bagus. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil produksi yang didapat oleh petani tembakau pengguna air bor lebih bagus dari hasil petani tembakau pengguna air tadah hujan. Keuntungan Usahatani Tembakau Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan selama satu kali musim tanam. Keuntungan juga dapat diartikan sebagai penghasilan bersih atau laba yang diterima oleh petani. Tabel 5 Rata-Rata Keuntungan Usahatani Tembakau di Desa Dhuko Timur Kecamatan Larangan Pamekasan Pendapatan Usahatani Pendapatan Usahatani Tembakau Pengguna Air Tembakau Pengguna Air Tadah Hujan Bor Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) 35.121.653 21.712.870 29.119.073 13.657.834

P r o s i d i n g 67 Pendapatan (π) = TR TC 13.408.784 15.461.239 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil keuntungan yang diperoleh petani tembakau pengguna air tadah hujan lebih besar dibandingkan petani tembakau pengguna air bor. Dimana petani pengguna air tadah hujan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.15.461.239/ha, sedangkan keuntungan yang diperoleh oleh petani pengguna air bor sebesar Rp.13.408.784/ha. Hal ini disebabkan oleh biaya total usahatani tembakau yang dilakukan oleh petani pengguna air bor lebih tinggi sebesar Rp.21.712.870/ha daripada biaya total usahatani tembakau yang dilakukan oleh petani pengguna air tadah hujan sebesar Rp.13.657.834/ha. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan analisis pendapatan usahatani tembakau petani pengguna air tadah hujan mendapatkan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh petani pengguna air bor dimana petani pengguna air tadah hujan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.15.461.239/ha, sedangkan keuntungan yang diperoleh oleh petani pengguna air bor sebesar Rp.13.408.784/ha. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka sebaiknya petani lebih intensif dalam berusahatani tembakau, hal ini untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani tembakau. Selain itu, petani hendaknya melakukan kemitraan dengan perusahaan agar dapat jaminan pasar dan harga. Selain itu, perlu adanya pendekatan dan kerjasama dengan Dinas Pertanian dan lembaga yang lain agar mudah dalam mengakses bantuan modal dan informasi penting lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arsyadmunir, A., Suryawati, S., dan Suwarso. 2011. Peningkatan Produktivitas Tembakau Madura Pada Tanah Sawah dan Tegal di Kabupaten Sumenep. Embryo Vol. 8 No. 2. Badan Pusat Statistika Kabupaten Pamekasan. 2014. Pamekasan dalam Angka 2014. Pamekasan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2004. Hasil Pendataan Lahan Sawah yang Tidak Potensial Untuk Tanaman Tembakau di Kabupaten Pamekasan. Pamekasan. Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. LKiS. Yogayakarta. Hasan, F., dan Darwanto, D. H. 2013. Prospek dan Tantangan Usahatani Tembakau Madura. SEPA Vol. 10 No. 1: 63-70. Hasanah, Nurul. 2016. Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sistem Tanam Jajaran Legowo Dan Konvensional. Skripsi. Universitas Trunojoyo Madura. Bangkalan. Khazanani, Annora. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Faktor Produksi Usahatani Cabai Kabupaten Temanggung. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Murhawi. 2014. Teknis Budidaya Tembakau. Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.