BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI DAN KEKUATAN GENGGAMAN TANGAN DENGAN SINDROM METABOLIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI DAN KEKUATAN GENGGAMAN TANGAN DENGAN SINDROM METABOLIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. atau stroke (Mahan dan Escott-Stump, 2008). Sedangkan prevalensi hipertensi pada golongan usia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

SINDROM METABOLIK [ ARTIKEL REVIEW ] Sandra Rini Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan prevalensi tiap tahunnya. Sindrom metabolik merupakan sekumpulan

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

SINDROM METABOLIK [ ARTIKEL REVIEW ] Sandra Rini Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

PEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM. Website:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan insidensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia.

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

Skripsi ini telah diuji pada dan dinilai oleh panitia penguji pada. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tanggal.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN...

SINDROMA METABOLIK PADA LANSIA. Hendra Kurniawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

I. PENDAHULUAN. pria dan >25% pada wanita (Ganong W.F, 2005). Penyebabnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA POPULASI SINDROM METABOLIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dislipidemia dan Obesitas Sentral pada Lanjut Usia di Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan kelainan metabolik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Cameron dkk memperkirakan prevalensi sindrom metabolik di seluruh dunia sebesar 15-30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut WHO, sindrom metabolik terjadi pada 23% populasi pria dan 12% populasi wanita. 1 Sindrom metabolik berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. 2-4 National Cholesterol Education Program s Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001 mendefinisikan sindrom metabolik sebagai sekelompok faktor risiko yang terdiri dari tiga atau lebih komponen faktor risiko, yaitu obesitas sentral, hipertensi, resistensi insulin, hipertrigliseridemia, dan kadar High- Density Lipoprotein (HDL) yang rendah. 5 Dwiyapana dkk melakukan penelitian dengan 1840 subjek penelitian di Bali dengan hasil prevalensi 18,2%. 6 Penelitian pada remaja obesitas di Jakarta memberikan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu 19,14% untuk pria dan 10,63% untuk wanita. 7 Sedangkan penelitian yang dilakukan di Surabaya memberikan hasil sebesar 32%. 8 Besarnya prevalensi sindrom metabolik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, penurunan aktivitas fisik, peningkatan prevalensi obesitas, kekuatan otot, serta penurunan tingkat kebugaran. 9-15 1

2 Kebugaran merupakan atribut fisiologik yang diukur dari tes latihan maksimal atau submaksimal dan menggambarkan pengambilan oksigen maksimal (VO 2maks ). 16 Kebugaran diketahui memiliki hubungan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular serta penurunan risiko kematian karena semua sebab. 17 Sebuah studi melaporkan bahwa terdapat hubungan negatif yang bermakna antara kebugaran dan sindrom metabolik dengan lingkar pinggang sebagai komponen yang memiliki hubungan terkuat dengan kebugaran. 18 Rendahnya tingkat kebugaran merupakan suatu faktor risiko yang berhubungan dengan sindrom metabolik. 3, 11, 19-22 Hal ini juga disampaikan oleh Shuval dkk dalam penelitiannya bahwa pencapaian tingkat kebugaran yang lebih tinggi dapat mengurangi risiko sindrom metabolik. 23 salah satunya dapat dinilai melalui Harvard step test. Tes ini dapat digunakan untuk pria atau wanita pada semua usia. Harvard step test ini menggunakan denyut nadi 24, 25 sebagai indikator dalam menghitung indeks kebugaran. Selain tingkat kebugaran, kekuatan otot juga diketahui berhubungan dengan sindrom metabolik. Jurca, dkk menemukan dalam studi belah lintangnya bahwa terdapat hubungan negatif antara kekuatan otot dan prevalensi sindrom metabolik setelah dilakukan penyesuaian terhadap tingkat kebugaran dan beberapa variabel perancu lainnya. 26 Studi lain juga membuktikan bahwa penurunan kekuatan otot

3 memiliki hubungan yang bermakna dengan tingginya kadar trigliserida puasa, tekanan darah, lingkar pinggang, kadar glukosa puasa, dan resistensi insulin. 27 Kekuatan genggaman tangan yang diukur menggunakan alat handgrip dynamometer merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan kekuatan otot secara keseluruhan. Penelitian mengenai hubungan tingkat kebugaran dan kekuatan genggaman tangan dengan sindrom metabolik belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih jelas mengenai hubungan tingkat kebugaran dan kekuatan genggaman tangan dengan sindrom metabolik. 1.2 Permasalahan Penelitian Apakah terdapat hubungan tingkat kebugaran dan kekuatan genggaman tangan dengan sindrom metabolik? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kebugaran dan kekuatan genggaman tangan dengan sindrom metabolik. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui hubungan tingkat kebugaran dengan sindrom metabolik.

4 2) Mengetahui hubungan kekuatan genggaman tangan dengan sindrom metabolik. 3) Mengetahui hubungan tingkat kebugaran dan kekuatan genggaman tangan dengan sindrom metabolik. 1.4 Manfaat Penelitian a. Di bidang pengetahuan Sebagai sumbangan teoritis, metodologis maupun praktis untuk pengetahuan mengenai sindrom metabolik. b. Di bidang penelitian Sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh tingkat kebugaran dan kekuatan genggaman tangan terhadap sindrom metabolik. c. Di bidang pengabdian masyarakat Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai latihan kebugaran dan latihan kekuatan sebagai pencegahan sindrom metabolik. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena menggunakan metode Harvard step test untuk menilai tingkat kebugaran, menggunakan alat handgrip dynamometer untuk mengukur kekuatan genggaman tangan, menggunakan desain belah lintang, dan pengambilan sampel dilakukan pada populasi dan lokasi yang berbeda.

5 Tabel 1. Keaslian penelitian No. Judul Penelitian Metode Hasil 1. Association between cardiorespiratory fitness and the prevalence of metabolic syndrome among Korean adults: a cross sectional study. Hong S, dkk. 2014. 3 2. Physical activity, and metabolic syndrome in adolescents: A cross sectional study. Stabelini NA, dkk. 2011. 28 3. Associations of physical activity, and obesity with metabolic syndrome in Hong Kong Chinese midlife women. Yu R, dkk. 2013. 16 4. Cross-sectional association between maximal estimated cardiometabolic risk factors and metabolic syndrome for men and women in the Aerobics Center Longitudinal Study. Earnest CP, dkk. 2013. 18 1007 orang (488 pria dan 519 wanita). diukur dengan Tecumseh step test. 223 remaja wanita dan 233 remaja pria. diukur dengan Leger 20-meter shuttle run test. 184 subjek. Tingkat kebugaran diukur dengan cycle ergometer test. 47398 subjek. diukur dengan Balke maximal treadmill exercise test yang dimodifikasi. yang rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan tingginya prevalensi sindrom metabolik pada pria. Prevalensi sindrom metabolik tinggi didapatkan pada subjek inaktif dan subjek dengan tingkat kebugaran yang rendah. tetap berhubungan dengan sindrom metabolik meskipun telah dilakukan penyesuaian aktivitas fisik Kebugaran berhubungan dengan sindrom metabolik pada pria dan wanita dengan lingkar pinggang sebagai komponen yang memiliki hubungan paling kuat

6 No. Judul Penelitian Metode Hasil 5. Relationships between obesity, and cardiovascular function. Davison K, dkk. 2010. 29 6. The relationship between grip strength and features of the metabolic syndrome: findings from the Hertfordshire Cohort Study. Sayer A, dkk. 2007. 27 7. Muscular strength, aerobic fitness and metabolic syndrome risk in Flemish adults. Wijndaele K, dkk. 2007. 30 8. Associations of Muscle Strength and Aerobic Fitness with Metabolic Syndrome in Men. Jurca R, dkk. 2004. 26 27 subjek dengan IMT >30kg/m 2 dan 26 subjek dengan IMT 18-24,9 kg/m 2. diukur dengan cycle ergometer test. 2677 subjek. Kekuatan genggaman tangan diukur menggunakan Jamar handgrip dynamometer. Sampel berjumlah 1019 orang. Tingkat kebugaran diukur dengan cycle ergometer test. Kekuatan genggaman tangan diukur menggunakan knee dynamometer. Sampel berjumlah 8570 orang. Kekuatan otot diukur dengan tes leg press dan bench press. diukur dengan maximal treadmill Fungsi vasodilator endotel terganggu akibat obesitas. rendah berhubungan dengan penurunan elastisitas arteri besar. Berkurangnya kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan komponn individu dan definisi keseluruhan dari sindrom metabolik. Sindrom metabolik memiliki hubungan negatif dengan kekuatan otot, terlepas dari tingkat kebugaran. Kekuatan otot dan tingkat kebugaran memiliki hubungan negatif dengan sindrom metabolik.

7 No. Judul Penelitian Metode Hasil 9. Inverse associations between muscle mass, strength, and the metabolic syndrome. Atlantis E, dkk. 2009. 31 exercise test. Sampel adalah 1195 laki-laki. Kekuatan otot diukur dengan handgrip dynamometer. Massa dan kekuatan otot merupakan faktor protektif yang kuat terhadap sindrom metabolik.