BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB II KAJIAN TEORI. Antropolog Indonesia Koentjaraningrat dalam bukunya. itu mempunyai paling sedikit tiga wujud yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Pustaka. 1. Pengertian Tradisi. Tradisi dalam bahasa latin traditio, diteruskan atau kebiasaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

KEBUDAYAAN. 1. Pengertian


BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH.

RELIGI. Oleh : Firdaus

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Kebudayaan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya. Menurut ilmu Antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik bersama dari manusia dengan belajar. Hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak dibiasakan dengan belajar, misalnya naluri dan tindakan reflex pada saat marah (Koentjaraningrat, 1979:193). Kebudayaan yaitu seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar pada nalurinya dan karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Dalam kebudayaan ada 7 unsur kebudayaan, yaitu: 1. Sistem religi dan upacara keagamaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5

5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur kebudayaan universal diatas mencangkup seluruh kebudayaan manusia di dunia dan menunjukkan ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya (Koentjaraningrat, 1974: 12). Dalam penjelasan UUD 1945, Bab XIII pasal 32 dikatakan: kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia (J.W.M Bakker, 1984:22) Kebudayaan adalah seluruh proses perkembangan hidup manusia di dalam dunia. Hidup dan manusia merupakan pusat inti dari kebudayaan. Perkembangan ilmu-ilmu kebudayaan menuju pada satu konsep antropolgi. Karena berkaitan dengan kehidupan, maka kebudayaan adalah satu gerak, satu dinamik, satu perkembangan yang terus-menerus (Ali Moertopo, 1978) 6

Definisi kebudayaan menurut para ahli: 1. Herkovits dan Malinowski Kebudayaan sebagai suatu yang superorganik. Karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus atau berkesinambungan meskipun orangorang yang menjadi anggota masyarakat selalu berganti disebabkan karena kematian dan kelahiran. 2. E.B Taylor kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga masyarakat. 3. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan bahwa kebudayaan itu adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. 4. Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa kebudayaan hanya dapat dimiliki oleh masyarakat manusia, kebudayaan itu diturunkan melalui proses belajar dari tiap individu dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan merupakan pernyataan perasaan dan pikiran manusia (Abdulsyani, 1994:48-49) 7

Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan manusia memiliki paling sedikit tiga wujud, yaitu: a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dan ide-ide, gagasangagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, wujud ini berada pada alam pikiran dari warga masyarakat atau dapat pula berupa tulisan-tulisan, karangan-karangan warga masyarakat yang bersangkutan. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa sistem sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, ia berupa kebudayaan fisik yang berbentuk nyata yang merupakan hasil karya masyarakat yang bersangkutan (Budiono Herusatoto, 2008: 11-12) 2. Upacara Tradisional Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan (Purwadi. 2005:1). Menurut Singgih Wibisana, 1981, 5 dalam Surip Suwandi upacara tradisional ialah tingkah laku resmi yang dilakukan untuk peristiwa-peristiwa yang tidak ditunjukkan pada kegiatan sehari-hari tetapi mempunyai kaitan dengan kekuatan di luar kemauan manusia. Dalam kehidupan masyarakat upacara tradisional merupakan hal yang sangat penting karena merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat. Upacara tradisonal merupakan salah satu sarana sosialisasi bagi masyarakat tradisional (Surip Suwandi, 1985:1). Upacara merupakan adat tradisi masyarakat yang perlu dilestarikan. Untuk melestarikan 8

upacara harus didasarkan adat atau upacara yang telah diselenggarakan pada tahun-tahun yang lalu (Surip Suwandi, 1985:27). Menurut GBHN upacara tradisi dan peninggalan sejarah mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasional tetap dipelihara dan dibina untuk memupuk, memperkaya dan memberi corak khas kepada kebudayaan nasional. Tradisi dan peninggalan tradisi atau adat istiadat atau adat tata kelakuan, dapat dibagi dalam empat tingkatan, yaitu: 1. Tingkat nilai budaya yaitu, ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat, dan biasanya berakar dalam bagian emosional dan alam jiwa manusia yang bersifat kerjasama berdasarkan solidaritas. 2. Tingkat norma-norma yaitu, sistem norma-norma yang berupa nilainilai budaya yang sudah terkait kepada peranan masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya atau dalam istilah jawanya adalah unggah-ungguh atau kode etik. 3. Tingkat hukum yaitu, sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat, misalnya hukum adat perkawinan, hukum adat kekayaan. 4. Tingkat aturan khusus, aturan khusus ini mengatur kegiatan-kegiatan yang jelas terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat dan bersifat konkret, misalnya aturan sopan santun (Budiono Herusatoto, 2008: 164-165). Dalam tradisi atau tindakan orang jawa selalu berpegang kepada dua hal. Pertama, kepada pandangan hidupnya atau filsafat hidupnya 9

yang religious dan mistis. Kedua, pada sikap hidupnya yang etis dan menjunjung tinggi moral atau derajat hidupnya. Pandangan hidup yang selalu menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan yang serba kerohaniah atau mistis dan magis, dengan menghormati arwah nenek moyang atau leluhurnya serta kekuatan-kekuatan yang tidak tampak oleh indera manusia (Budiono Herusatoto, 1984: 87). 3. Jenis-jenis Upacara Tradisional Upacara-upacara tradisional yang ada di Indonesia secara garis besarnya dapat dibagi menjadi: 1. Upacara tradisional dalam kaitannya dengan alam merupakan upacara yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap dunia gaib dan peristiwa-peristiwa alam. Peristiwa tersebut adalah upacara sedekah laut, upacara gerhana, upacara yang dilakukan sebelum tanam atau panen padi. 2. Upacara tradisonal yang berhubungan dengan peristiwa sosial. Upacara tradisi ini berhubungan erat dengan adanya kelompok orang tertentu agar tercapai tujuan keselamatan dalam hidupnya, serta dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan perbuatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau kerugian (Kamanjaya Karkono 1992:5) 4. Komponen-Komponen Upacara Tradisional Upacara tradisional baik yang bersifat religi atau keagamaan maupun adat memiliki komponen yang sama. Komponen-komponen tersebut antara lain: 10

1. Tempat upacara Tempat upacara keramat, biasanya suatu tempat yang dikhususkan dan yang tidak boleh didatangi orang yang tidak berkepentingan. Mereka yang mempunyai kepentingan tidak boleh sembarangan di suatu tempat upacara. Mereka harus berhati-hati dan memperhatikan berbagai macam larangan dan pantangan. Tempat upacara biasanya terletak di kuburan karena merupakan suatu tempat keramat yang dipakai sebagai tempat upacara keagamaan. Selain di kuburan tempat keramat ada juga di pusat desa, laut, hutan, batu, ladang atau sawah, dan lain sebagainya. 2. Saat upacara Ritual upacara biasanya dirasakan sebagai saat-saat yang genting dan gawat, penuh dengan bahaya gaib. Hal itu biasanya berulang tetap, sejajar dengan irama gerak alam semesta. 3. Benda-benda dan alat upacara Benda-benda uacara merupakan alat-alat yang dipakai dalam hal menjalankan upacara-upacara keagamaan. Alat-alat itu bisa berupa alatalat seperti wadah untuk tempat sesaji, alat kecil seperti sendok, pisau dan lain sebagainya. Alat upacara yang amat lazim dimana-mana adalah patung-patung yang mempunyai fungsi sebagai lambang dewa atau ruh nenek moyang tujuan dari upacara. 11

4. Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara Dalam pelaksanaan upacara tradisional dibutuhkan masyarakat pendukung untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan aturanaturan tertentu untuk membina kerukunan. Dibutuhkan pula orangorang yang berperan penting dalam pelaksanaan upacara, yaitu Modin, seorang pemuka agama yang termasuk kategori religius dalam masyarakat jawa (Koentjaraningrat, 1977:241). 5. Unsur-Unsur Upacara Tradisional Upacara-upacara keagamaan terdiri dari perbuatan-perbuatan yang sering kali tidak dapat diterangkan alasan atau asal mulanya. Perbuatanperbuatan itu dilakukan oleh masyarakat secara spontan. Upacara keagamaan yang kompleks dapat dibahas kedalam beberapa unsur perbuatan yang khusus, yang terpenting diantaranya adalah: a. Bersesaji Bersesaji merupakan perbuatan-perbuatan upacara yang biasanya diterangkan sebagai perbuatan-perbuatan untuk menyajikan makanan, benda-benda atau lain sebagainya kepada dewa-dewa, roh-roh nenek moyang, atau makhluk halus lain, tetapi dalam praktek lebih kompleks. Seringkali kita lihat bahwa upacara bersaji dilakukan oleh masyarakat tanpa kesadaran akan kepentingan leluhur. Upacara menjadi suatu perbuatan kebiasaan, dan dianggap seolah-olah suatu aktivitas yang secara otomatis akan menghasilkan apa yang dimaksud. 12

b. Berkorban Berkorban merupakan suatu perbuatan pembunuhan binatang/hewan korban, atau manusia, secara upacara. Hewan kurban disajikan kepada dewa-dewa, tetapi masyarakat itu sendiri yang akan memakan hewan kurban bukan dewa-dewa. hewan yang dikorbankan dianggap sebagai lambang dari dewa-dewa atau leluhur. Anggapan tersebut yaitu bahwa dengan makan hewan kurban, orang akan dirasuki oleh dewa dalam tubuhnya. Hewan kurban dianggap sebagai tempat dimana dosa orang dan segala hal yang menyebabkan kesedihan dan kesengsaraan manusia, dapat dibuang. Dengan membunuh hewan kurban yang merupakan keranjang sampah dosa, maka manusia untuk sementara telah melakukan pembersihan terhadap dosa dan kesengsaraan dalam masyarakat. c. Berdoa Berdoa adalah unsur dalam berbagai upacara keagamaan di dunia. Doa mulanya adalah merupakan suatu ucapan dari keinginan manusia yang diminta kepada leluhur, dan juga ucapan-ucapan hormat serta pujian kepada leluhur. Biasanya doa juga diiringi dengan gerak-gerak dan sikap tubuh yaitu gerak dan sikap-sikap menghormati serta merendahkan diri terhadap para leluhur, terhadap para dewata, atau terhadap Tuhan. Selain itu juga arah muka atau kiblat pada waktu 13

mengucapkan doa, merupakan suatu unsur yang amat penting dalam upacara religi. Selain itu juga, dalam doa ada pula suatu unsur yang lain, ialah kepercayaan bahwa kata-kata yang diucapkan itu mempunyai akibat yang gaib, dan kata yang diucapkan mengandung kekuatan sakti. d. Makan bersama Makan bersama juga merupakan suatu unsur perbuatan yang amat penting dalam upacara religi dan agama di dunia. Tujuan dari makan bersama adalah mencari hubungan dengan dewa-dewa melalui cara mengundang dewa-dewa pada suatu pertemuan makan bersama. Dalam kehidupan beberapa suku bangsa di Indonesia yang beragama Islam, upacara kenduri atau selametan merupakan suatu unsur yang amat penting dalam banyak upacara keagamaan. e. Menari Menari memiliki peran penting dalam upacara keagamaan. Makna perbuatan tersebut merupakan suatu paksaan alam bergerak dari suku bangsa, ada kepercayaan bahwa gerak alam bukan hal yang mutlak. Seperti tubuh manusia, gerak alam bisa secara tiba-tiba berhenti dan alam berhenti berarti alam mati dan binasa. Manusia mempunyai dorongan batin yang besar supaya alam tidak berhenti, dan orang akan memaksa alam bergerak dengan jalan menari. 14

f. Berpuasa Berpuasa merupakan suatu perbuatan keagamaan yang ada dalam semua religi dan agama diseluruh dunia. Yang mendasari perbuatan ini biasanya berbagai macam, misalnya membersihkan diri atau menguatkan batin dengan penderitaan. Berpuasa dalam berbagai religi/ keagamaan dilakukan dalam waktu satu bulan atau lebih atau lebih secara berulang, berpuasa dilakukan dengan masa antara yang agak lama, misalnya satu tahun atau untuk waktu yang singkat yang berulang dengan masa antara singkat, seperti misalnya satu kali tiap minggu, atau bisa berupa penghindaran atau pantangan tetap terhadap beberapa macam makanan tertentu (Koentjaraningrat, 1977: 251-257). 6. Pengertian Nilai Sistem nilai dalam masyarakat juga merupakan bagian dari kelakuan manusia, dengan demikian berarti juga bagian dari kebudayaan. Manusia dalam bertindak tidak terlepas dari pertimbangan dan pemikiran nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai tertentu dijadikan landasan pengambilan keputusan atas kelakuan manusia. Oleh sebab itu sistem nilai merupakan cakupan dari kebudayaan manusia (Suprihadi Sastrosupono, 1982: 60-61) Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Maka itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan 15

masyarakat. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih kongkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya (Koentjaraningrat, 1974: 32). Konsep sistem nilai budaya atau cultural value sistem banyak dipakai dalam ilmu-ilmu social, yang terutama memfokuskan kepada kebudayaan dan masyarakat, dan baru secara sekunder kepada manusia sebagai individu dalam masyarakat. Di Indonesia nilai itu mengandung empat konsep yaitu: 1. Manusia itu tidak hidup sendiridi dunia ini, tetapi dikelilingi oleh komunitasnya, masyarakat, dan alam sekitarnya 2. Dalam segala aspek kehidupannya manusia pada hakekatnya tergantung kepada sesamanya. 3. Memelihara hubungan baik dengan sesamanya, yang didorong oleh jiwa yang sama-rata, sama-rasa. 4. Selalu berusaha sedapat mungkin bersifat konfrom, berbuat sama dan bersama dengan sesamanya dalam komunitasnya, terdorong oleh jiwa sama-tinggi, sama-rendah. Nilai itu merupakan latar belakang dari sopan-santun untuk berbagi dengan tetangga dekat apabila kita kebetulan mempunyai suatu hasil bumi atau makanan dalam jumlah yang lebih, namun nilai juga memiliki segi negatif yaitu mencegah kita untuk maju secara ekonomis. Hal itu disebabkan karena setelah kita memiliki harta sedikit lebih banyak dari 16

tetangga atau kerabat, maka muncul rasa sama-rata, dan saling membagi harta atau keuntungan. Pada hakekatnya semua nilai, semua konsep, dan semua ide manusia, apabila dilaksanakan dengan terlalu extrim akan menjadi negative dan kurang baik (Koentjaraningrat, 1982) Sebagaimana telah dikethui nilai sentral itu ada yang baik dan ada pula yang buruk, dan nilai itu harus ditujukan, agar dapat dikerjkan atau yang pantas dan mana yang harus di jahui atau dihilangkan. Nilai yang dapat dikemukakan dalam corak-corak kebudayaan terutama dalam kehidupan bermasyarakat ialah: a. Nilai yang berhubungan dengan keindahan, melalui sistem kesenian atau sastra, kerapihan, tata susunan, dekorasi, tata gerak dan sebgainya. b. Nilai yang berhubungan dengan kekuasaan, yang menjadi pusat-pusat sistem politik. c. Nilai yang berhubungan dengan kedayagunaan dan keuntungan, yang menjadi pusat dari sistem-sistem ekonomi. d. Nilai yang berhubungan dengan kesehatan Demi menegakkan kehidupan bermasyarakat, demi tercapainya kelancaran hidup tersebut, maka diadakan sistem-sistem norma yang tujuannya agar individu masing-masing dapat membatasi tingkah laku dalam kelompok dan mengetahui norma-norma lain kelompok, hal ini penting bagi terwujudnya integrasi sosial (Tri Widiarto, 2005:19). Dalam suatu kebudayaan terkandung nilai-nilai dan norma-norma social yang merupakan faktor pendorong bagi manusia untuk bertingkah 17

laku dan mencapai kepuasan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai dan norma senantiasa berkaitan satu sama lainnya, walaupun keduanya dapat dibedakan. Nilai dapat dikatakan sebagai ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah atau suka tidak suka terhadap suatu obyek, baik material maupun non- material (Abdulsyani, 1994: 49). 7. Penelitian Yang Relevan Menurut Dimas Tinarbuko. 152007025, 2011. Dalam skripsi yang berjudul MAKNA UPACARA BERSIH DESA DALAM MEMUPUK SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA NYEMOH KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG. Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Sejarah, Universitas Satya Wacana. Dari penelitian itu memuat tentang tujuan diadakan tradisi upacara bersih desa, untuk mengetahui proses pelaksanaan upacara bersih desa dan untuk mengetahui makna dari upacara bersih desa dalam memupuk rasa solidaritas sosial masyarakat. Upacara tradisional bersih desa merupakan salah satu bentuk kebudayaan daerah yang mengandung nilai-nilai luhur yang sesuai dengan cita-cita bangsa yang perlu dipertahankan. Kegiatan memilkiki latar belakang upacara syukur atas hasil panen yang telah diterima oleh warga masyarakat. Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa solidaritas social masyarakat dalam pelaksanaan upacara bersih desa di 18

Desa Nyemoh, Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang cukup tinggi. Karena dengan adanya tradisi bersih desa, mereka sadar akan nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa serta pentingnya pelestarian dalam bidang budaya. Hasil penelitian tersebut relevan dengan apa yang akan saya teliti. Dalam upacara tradisi Apitan mengandung nilai-nilai luhur dari tradisi dan menekankan pada nilai gotong royong serta solidaritas antar warga. 8. Kerangka berfikir Kebudayaan Tradisi Nyadran Masa Tanam Apitan Tolak Balak Prosesi Apitan Nilai Tradisi Apitan 19