BAB IV GAMBARAN UMUM TENTANG DANAU RAWA PENING Pada bagian ini, penulis ingin memaparkan mengenai kondisi danau Rawa Pening secara umum baik mengenai lokasi geografis, kondisi alam atau kondisi topografi, luas genangan dan manfaat umum dari Danau Rawa Pening. 11 Diharapkan dari penyajian pada bab ini, pembaca dapat mempunyai gambaran secara umum tentang kondisi Danau Rawa Pening yang lebih konkrit. Lokasi Rawa Pening merupakan danau alami yang terletak sekitar 45 Km disebelah selatan Kota Semarang dan 9 Km sebelah Barat Laut Kota Salatiga. Atau dapat dikatakan berada dalam segi tiga emas antara Semarang, Solo dan Yogyakarta. Secara koordinat, berada pada 7 o 04 7 o 30 Lintang Selatan (LS) dan 110 o 24 46-110 o 49 06 Bujur Timur (BT), dan berada pada ketinggian + 460 m di atas permukaan laut (dpl), serta dikelilingi oleh tiga Gunung, yaitu; Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Letak Danau ini sangat strategis karena berada di jalan raya Provinsi Semarang - Solo dan Semarang Yogyakarta, serta berada di jalan raya Kabupaten Semarang Kota Salatiga. Dilihat secara administrasi sebagian besar wilayan Danau Rawa Pening berada di Kabupaten Semarang, dan hanya sebagian kecil 11 Sebagian besar data skunder dikutip dari hasil laporan Profil Rawa Pening oleh Royke R. Siahainenia kerjasama antara BLH Propinsi Jawa Tengah dengan Pusat Studi Kawasan Rawa Pening UKSW 2009, dan situs http://limnologi.lipi.go.id/danau/profil.php?id_danau=jaw_rwpg&tab=gambaran%20u mum akses (8/7/2014). 39
berada di Kota Salatiga, tepatnya di Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Argomulyo. Yakni ; (lihat Gambar 4.1) Dari Gambar 4.1, dapat diamati mengenai batas-batas wilayah dari Danau Rawa Pening seperti dibawah ini : - Sebelah Utara : Kecamatan Bawen - Sebelah Selatan : Kecamatan Tuntang - Sebelah Timur : Kecamatan Tuntang - Sebelah Barat : Kecamatan Ambawara dan Banyubiru serta Kecamatan Sidomukti dan Argomulyo Kota Salatiga. Danau Rawa Pening Gambar 4.1 Peta Administrasi Kawasan Danau Rawa Pening 40
Berdasarkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS), Danau Rawa Pening berada di DAS Jratun Sluna tepatnya di Sub-DAS Rawa Pening dan terbagi menjadi dua daerah: (1) daerah hulu atau kawasan hulu sebagai daerah tangkapan air; (2) daerah hilir atau kawasan danau dan sekitarnya. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.2 di bawah ini. Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng, 2008 Gambar 4.2 Peta Kawasan Sub DAS Rawa Pening Daerah Hulu atau Kawasan Hulu Pada kawasan hulu sebagai daerah pengaliran sungai atau catchment area merupakan wilayah daratan yang menerima air hujan dan mengalirkan melalui anak sungai utama yang kemudian dimasukkan menjadi Sub DAS Rawapening yang memiliki 9 sub-sub DAS dengan luas wilayah daerah tangkapan air sebesar 250,79 km² atau 25.079 Ha. Sub DAS Rawa Pening memiliki bentuk morfologi yang bervariasi yaitu datar, agak bergelombang, bergelombang, berbukit, 41
berbukit terjal sampai pegunungan. Ketinggian rata-rata kawasan hulu adalah 482,43 m dpl, dengan kelerengan lahan antara 0 % sampai lebih dari 45 %. Secara administrasi kawasan hulu sebagai besar berada di Kabupaten Semarang dan hanya sebagian kecil berada di Kota Salatiga, tepatnya di Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Argomulyo. Kecamatan di Kabupaten Semarang yang berada di daerah hulu, meliputi: Kecamatan Ambarawa dan Bandungan Di Kecamatan Ambarawa dan Bandungan terdapat 16 desa, terdiri dari Desa Bandungan, Baran, Kelurahan Bejalen, Candi, Duren, Jetis, Kenteng, Kranggan, Kupang, Lodoyong, Mlilir, Ngampin, Panjang, Pasekan, Pojoksari dan Kelurahan Tambakboyo. Kecamatan Ambarawa dan Bandungan sesuai potensinya merupakan wilayah pengembangan INTANPARI (Industri, Pertanian, dan Pariwisata). Lebih jelasnya lihat Gambar 4.3 di bawah ini. 42 Sumber : Monografi Kecamatan Ambarawa & Bandungan, 2007 Gambar 4.3 Peta Kecamatan Ambarawa & Bandungan
Luas wilayahnya sebesar 5.611,46 Ha, desa yang memiliki wilayah terluas adalah desa Candi yakni sebesar 1.082,29 Ha (19,29 % dari seluruh wilayah) dan desa Kranggan mempunyai wilayah paling sempit yaitu 23,00 Ha (0,41 % dari seluruh wilayah). Kecamatan Banyubiru Kecamatan Banyubiru merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Semarang yang terletak di tengah-tengah bagian barat wilayah kabupaten Semarang tepatnya disebelah barat dan selatan Danau Rawa Pening Jumlah desa di kecamatan Banyubiru berjumlah 10 (sepuluh), terdiri dari Desa Banyubiru, Ngrapah, Kebondowo, Kemambang, Wirogomo, Sepakung, Tegaron, Gedong, Kebumen dan Rowoboni. Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Wilayah Banyubiru, maka Kecamatan Banyubiru merupakan wilayah pengembangan INTANPARI (Industri, Pertanian, dan Pariwisata). Lebih jelasnya lihat Gambar 4.4 di bawah ini. Sumber : Monografi Kecamatan Banyubiru, 2007 Gambar 4.4 Peta Kecamatan Banyubiru 43
Luas wilayah kecamatan Banyubiru adalah 5.441,45 Ha, dimana desa Sepakung mempunyai wilayah paling luas yaitu 954,57 Ha (17,54 %) dan desa Ngrapah mempunyai wilayah paling sempit yaitu 303,42 Ha (5,57 %). Kecamatan Getasan Kecamatan Getasan merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Semarang yang terletak di pada bagian selatan, tepatnya di sebelah selatan Danau Rawa Pening. Jumlah desa di kecamatan Getasan berjumlah 13, terdiri dari Desa Batur, Desa Getasan, Desa Jetak, Desa Kopeng, Desa Manggihan, Desa Ngrawan, Desa Nogosaren, Desa Polobogo, Desa Samirono, Desa Sumogawe, Desa Tajuk, Desa Tolokan, dan Desa Wates. Desa-desa di Kecamatan Getasan yang terdiri dari 13 desa tersebut, difungsikan sebagai wilayah pengembangan pertanian, peternakan, dan pariwisata. Desa-desa di Kecamatan Getasan ini terhampar di sekitar lereng atau kaki dari gunung Merbabu dan Telomoyo. Gunung-gunung tersebut merupakan daerah tangkapan air atau sumber air bagi Danau Rawa Pening. Lebih jelasnya lihat Gambar 4.5 di bawah ini. 44 Sumber : Monografi Kecamatan Getasan, 2007 Gambar 4.5 Peta Kecamatan Getasan
Luas wilayah kecamatan Getasan adalah 5.244.505 Ha. Desa Sumogawe merupakan wilayah paling luas yaitu 800.000 Ha (15 % dari seluruh luas wilayah kecamatan) dan desa Ngrawan (3% dari seluruh luas wilayah kecamatan) merupakan desa yang paling sempit wilayahnya. Kecamatan Jambu Wilayah Kecamatan Jambu merupakan bagian wilayah yang paling barat di Kabupaten Semarang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung di sebelah barat. Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Sumowono di sebelah utara, Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Banyubiru di sebelah timur, dan Kecamatan Magelang di sebelah selatan. Secara administratif, wilayah Kecamatan Jambu terbagi menjadi 11 (sebelas) desa yakni Desa Gemawang, Desa Bedono, Desa Kelurahan, Desa Brongkol, Desa Jambu, Desa Gondoriyo, Desa Kuwarasan, Desa Kebondalem, Desa Rejosari, Desa Genting dan Desa Banyukuning. Dari 11 desa yang ada, hanya desa Gondoriyo saja yang tidak berhubungan langsung dengan Danau Rawa Pening. Lebih jelasnya lihat Gambar 4.6 di bawah ini. Sumber : Monografi Kecamatan Jambu, 2007 Gambar 4.6 Peta Kecamatan Jambu 45
Luas wilayah kecamatan Jambu adalah 5.301,75 Ha, desa yang memiliki wilayah terluas adalah desa Banyukuning (15,19% dari seluruh wilayah) dan desa Genting adalah wilayah paling sempit (14,36% dari seluruh wilayah Kecamatan Jambu). Kecamatan Tuntang Kecamatan Tuntang merupakan bagian wilayah sebelah timur Kabupaten Semarang dan berbatasan langsung dengan danau Rawapening dan Kecamatan Banyubiru di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Bawen dan Kecamatan Pringapus, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan. Secara administratif, wilayah Kecamatan Tuntang terbagi menjadi 16 (enam belas) desa yakni Desa Kalibeji, Desa Gedangan, Desa Sraten, Desa Rowosari, Desa Jombor, Desa Candirejo, Desa Kesongo, Desa Watuagung, Desa Lopait, Desa Tuntang, Desa Delik, Desa Tlogo, Desa Karang Tengah, Desa Karanganyar, Desa Tlompakan dan Desa Ngajaran. Dari 16 desa yang ada, desa yang berhubungan langsung dengan Rawapening adalah Tuntang, Lopait, Kesongo, Candirejo dan Desa Rowosari. Lebih jelasnya lihat Gambar 4.7 di bawah ini. 46 Sumber : Monografi Kecamatan Tuntang, 2007 Gambar 4.7 Peta Kecamatan Tuntang
Luas wilayah kecamatan Tuntang adalah 5.623,578 Ha, desa yang memiliki wilayah terluas adalah desa Delik yakni 539,613 ha (9,6% dari seluruh wilayah Kecamatan Tuntang) dan desa Jombor adalah wilayah paling sempit seluas 118,795 ( 2,11 % dari seluruh wilayah Kecamatan Tuntang). Daerah Hilir atau Kawasan Inti Danau Dan Sekitarnya Berdasarkan letak administratif, terletak di kabupaten Semarang dengan 4 (empat) kecamatan 16 desa/kelurahan yakni: 1) Kecamatan Ambarawa meliputi Kelurahan Bejalen, Desa Kupang dan Kelurahan Tambakboyo; 2) Kecamatan Banyubiru yang meliputi desa Rowoboni, desa Kebumen, desa Kebondowo, desa Banyubiru dan desa Tegaron; 3) Kecamatan Bawen meliputi desa Asinan; dan 4) Kecamatan Tuntang meliputi desa Tuntang, desa Lopait, desa Kesongo, desa Candirejo, desa Jombor, desa Sraten, dan desa Rowosari. Topografi Topografi Danau Rawa Pening berbentuk tanah datar dan merupakan lembah yang dikelilingi oleh daerah yang tinggi (pegunungan dan perbukitan) serta terbendung di Kali Tuntang. Untuk daerah dataran tinggi (daerah hulu) mempunyai bentuk topografi bervariasi yaitu datar, agak bergelombang, bergelombang, berbukit, berbukit terjal, sampai pegunungan, karena berada di kaki gunung. Berdasarkan sumber data dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, 2007. Disebutkan bahwa di Kecamatan Getasan, sebagai salah kecamatan dalam kawasan Sub DAS Rawa Pening, dimana desadesanya termasuk dalam kawasan berbagai sub DAS Parat dan Sub DAS Sraten, mempunyai karakteristik topografi bervariasi yaitu datar, agak bergelombang, bergelombang, berbukit, berbukit terjal, sampai pegunungan. Daerah topografi datar dengan kelerengan antara 0% - 2%, berada di sekitar muara Sub-sub DAS Parat (berlokasi di sekitar Danau Rawa Pening). Kelerengan antara 8% - 25% terdapat di kaki Gunung Merbabu, kelerengan terjal yaitu lebih dari 45% terdapat di 47
sekitar Gunung Gajah Mungkur. Sub-sub DAS Sraten mempunyai bentuk topografi yang relatif datar, dengan kelerengan antara 0 % -15 %. Kondisi tanah datar dengan kelerengan antara 0 8 % berada di sekitar danau Rawapening. Kelerengan antara 8 % - 15 % terdapat di kaki Gunung Merbabu. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.8 di bawah ini. 12 Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, 2007 Gambar 4.8 Peta Kelerengan Daerah Hulu Danau Rawa Pening 12 Dikutip dari laporan Profil Rawa Pening oleh Royke R. Siahainenia kerjasama antara BLH Propinsi Jawa Tengah dengan Pusat Studi Kawasan Rawa Pening UKSW 2009. 48
Iklim Iklim di Danau Rawa Pening berdasarkan klasifikasi Oldeman adalah termasuk zone C, dan zone D, dan berdasarkan klasifikasi iklim Koppen beriklim Af sehingga klasifikasi iklimnya memiliki ciri sebagai iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Suhu rata-rata antara 25OC - 29OC serta kelembaman udara antara 70-90%. Luas Genangan, Kedalaman, dan Volume Air Dari data dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Tengah, danau Rawa Pening mempunyai dasar tanggul + 462,05 m 3 dengan volume tampung + 48.10 6 m 3, dengan kedalaman minimum antara 65 110 cm dan maksimum 550 cm. Elavasi maksimum Danau Rawa pening adalah + 462,30 m 3 dan elavasi minimumnya + 462,05 m 3 dengan volume tampung maksimum + 65 juta m 3 dan minimum + 25 juta m 3 dengan luas genangan maksimum + 2.770 Ha dan minimum 1.760 Ha. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.9 di bawah ini. Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng, 2008 Gambar 4.9: Peta Elavasi, Volumen dan Luas Genangan Danau Rawa Pening 49
Oleh sebab itu berdasarkan pada luas genangannya, kawasan ini memiliki tiga wilayah mendasarkan hak untuk memanfaatkan lahan; yaitu: (1) Hak Yasan sawah-sawah dibawah kontur + 462,05 m 3 telah dibeli dengan penuh oleh pemerintah Belanda sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat; (2) Hak menanam padi pada saat musum kemarau pada sawah-sawah yang terletak diantara garis kontur + 462,05 m 3 - + 462,30 m 3 atau batas antara patok merah patok hitam; dan (3) Sawah-sawah yang terletak di atas garis kontur + 462,30 m 3 - + 463,25 m 3 ;dapat ditanami pada 2 kali setahun dengan ketentuan bahwa padi harus genjah, waktu menanamnya harus dilakukan sesuai peraturan. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini. Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng, 2008 Gambar 4.10 Peta Hak Pengelolaan Kawasan Inti Danau Rawa Pening Fungsi dan Manfaat Danau Rawa Pening Fungsi utama dari Danau Rawa Pening untuk menahan laju aliran air permukaan dan menampung aliran permukaan yang kemudiaan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.11. 50
Danau Rawa Pening hingga sampai saat ini masih dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, diantaranya : (1) Supply air untuk PLTA (Perusahaan Listrik Tenaga Air) Jelok dimana PLTA Jelok merupakan bagian dari interkoneksi listrik Jawa Bali. (2) Irigasi pertanian bagi kabupaten Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan (3) Pengendali banjir daerah hilir terutama di Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan. (4) Kegiatan pariwisata yaitu untuk Wisata Air maupun Agro Wisata (5) Kegiatan perikanan darat baik perikanan alami maupun perikanan budidaya (6) Penyedia air baku dan air untuk industri (7) Persawahan pasang surut (8) Handicraft (9) Penambang gambut sebagai bahan dasar pupuk organik dan sarana jamur Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jateng, 2008 Gambar 4.11 Pengelolaan DAS Jaragung Tuntang Permasalahan Danau Rawa Pening Permasalahan yang sering muncul di wilayah Kawasan danau Rawapening secara menyeluruh tertumpu pada; permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan, yaitu; permasalahan tingginya 51
tingkat sedimentasi, serta tingginya pertumbuhan dan perkembangan tanaman air yang kemudiaan berakibat pada menurunnya kualitas air. Selain itu, permasalahan lain berkaitan dengan konflik kepentingan dalam memanfaatkan Danau Rawa Pening. Meskipun jika diuraikan satu persatu berbagai permasalahan di rawa pening sangat kompleks, tapi pada kajian ini, yang menjadi sorotan utama bagi penulis adalah tentang permasalahan yang diakibatkan dengan tingginya pertumbuhan dan perkembangan tanaman air yaitu eceng gondok, seperti yang telah disebutkan pada latar belakang penulisan ini. Keberadaan eceng gondok tentunya membawa dampak negatif diantaranya : Menurunkan volume air karena laju evapotranspirasi yang tinggi (2,6 kali dibandingkan perairan bebas), sehingga mengurangi volume air. Meningkatkan laju pengendapan karena sisa bahan organik dari eceng gondok. Menurunkan konsentrasi oksigen di perairan sehingga dikuatirkan dapat mengganggu kehidupan di perairan (mereduksi biodiversitas). Penutupan air oleh massa eceng gondok akan mempengaruhi difusi oksigen dari atmosfer ke air dan penetrasi cahaya. Hal ini berakibat rendahnya oksigen terutama di area bawah eceng gondok. Menghambat saluran irigasi, kegiatan pencairan ikan, dan transportasi di perairan Danau Rawapening. 52