BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber penerimaan terbesar negara saat ini salah satunya berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makmur, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi semua sektor, terutama pada sektor perekonomian dalam negeri. Maka dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berperan penting bagi negara (Gwartney dan Lawson, 2006). Peran penting

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kondisi yang ada, maka pajak adalah salah satu potensi penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang dasar Dalam rangka memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, semuanya dapat terwujud jika adanya bantuan dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan bagian yang cukup potensial sebagai penerimaan Negara maupun Daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara di dalam APBN, sedangkan pajak yang dikelola pemerintah Daerah merupakan sumber penerimaan Daerah di dalam APBD. Pemerintah memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi suatu Negara. Pemerintah harus melakukan pengendalian terhadap kondisi yang tengah terjadi dan mengevaluasinya kemudian merancang suatu aturan untuk membuat perekonomian menjadi lebih baik. Dalam melaksanakan kegiatannya, Negara memerlukan adanya aliran dana untuk menjalankan roda pemerintahan. Dana yang telah diperoleh dari beberapa sektor penerimaan APBN akan digunakan untuk keberlangsungan atau pengeluaran Negara, baik itu pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sektor pendapatan terbesar dalam pos APBN berasal dari penerimaan pajak yang masih potensial untuk terus ditingkatkan penerimaannya. Pemerintah harus memiliki manajemen yang baik dalam mengelola sumber dana yang telah diperoleh dari sektor pajak agar penggunaanya berjalan efektif dan efisien sehingga tidak terjadi penyalahgunaan. Dari sisi belanja, APBN 2015 juga menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya menembus angka Rp. 2.000 triliun. Target pendapatan Negara 2015 dipatok sebesar Rp. 1.793,6 triliun dan belanja Negara mencapai Rp. 2.039,5 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran tercatat sebesar Rp. 245,9 triliun atau 2,21% dari Produk Domestik Bruto (PDB). (JakartaGreat//www.kemenkeu.go.id) Untuk itu diperlukan adanya kesadaran dari masyarakat akan kewajiban pajaknya karena pajak yang dikumpulkan digunakan untuk 1

2 kepentingan dan membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Reformasi sistem perpajakan nasional memang dapat dikatakan telah meningkatkan penerimaan pajak. Namun kecepatan pertumbuhan penerimaan pajak belum mencapai hasil yang seperti diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya tax ratio Indonesia. Faktor yang menyebabkan rendahnya tax ratio adalah rendahnya pendapatan per kapita, tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah (kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan masih sangat rendah), Wajib Pajak dalam melaporkan peredaran usaha dan penghasilannya sebagian besar belum dilakukan secara transparan, dan tingkat efisiensi administrasi perpajakan yang belum maksimal. Rendahnya kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan ini seringkali disebabkan oleh karena ketidaktahuan masyarakat akan aturan perpajakan. Adapun upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak. Maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak antara lain dengan merubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system yang mulai diterapkan sejak reformasi sistem perpajakan tahun 1983 yang sangat berpengaruh bagi Wajib Pajak dengan memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang. Self assessment system juga mengharuskan Wajib Pajak untuk siap menghadapi pengujian kepatuhan atas pajak yang dilaporkan, yakni menghadapi pemeriksaan. Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu, Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

3 Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kepatuhan Wajib Pajak adalah dengan menggunakan data penyampaian SPT Tahunan oleh Wajib Pajak tersebut. Apabila menggunakan data tahun terakhir, maka meskipun data tren peningkatan kepatuhan Wajib Pajak, realisasinya masih jauh dibawah target yang ditetapkan. untuk tahun pelaporan 2015, secara total dari 17,37 juta jiwa pajak yang menyampaikan SPT, hanya sekitar 10,52 juta jiwa pajak yang menyampaikan SPT Tahunannya (60,60%) dari target yang ditetapkan sebesar 70,00%. hal ini mengindikasikan bahwa strategi dan kebijakan yang dilaksanakan DJP saat ini sudah memberi pengaruh positif terhadap perkembangan kepatuhan Wajib Pajak. Namun, dengan mengasumsikan bahwa perkembangan ini adalah fungsi linear maka dibutuhkan periode yang cukup lama untuk mencapai target kepatuhan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi tambahan yang diharapkan mampu meningkatkan angka kepatuhan Wajib Pajak sehingga target kepatuhan Wajib Pajak dapat dipercepat dan secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah penerimaan pajak. (www.pajak.go.id). Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi hampir semua Negara yang menerapkan sistem perpajakan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan kesimpulannya adalah masalah kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan publik, penegak hukum, struktur organisasi, tenaga kerja, etika, atau gabungan dari semua segi tersebut. Dari segi keuangan publik, pemerintah dapat menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan benar sesuai dengan keinginan Wajib Pajak, maka Wajib Pajak cenderung mematuhi aturan perpajakan. Namun sebaliknya bila pemerintah tidak dapat menunjukkan penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas, maka Wajib Pajak tidak mau membayar pajak dengan benar. Dari segi penegakan hukum, pemerintah harus menerapkan hukum dengan adil kepada semua orang. Apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak, siapapun dia (termasuk para

4 penjabat publik ataupun keluargannya) akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Dari segi struktur organisasi, tenaga kerja, dan etika, ditekankan pada masalah internal dilingkungan kator pajak untuk melayani Wajib Pajak dengan profesional, maka Wajib Pajak akan cenderung memetuhi berbagai aturan. Sedangkan, dalam hall pengetahuan Wajib Pajak terhadapa peraturan perpajakan dapat dikatakan belum semua Wajib Pajak memahami. Masih ada Wajib Pajak yang menunggu ditagih baru membayar pajak, seperti peraturan pajak pada periode lama. Beberapa faktor dalam peningkatan kepatuhan Wajib Pajak, diantarannya adalah pemahaman dari Wajib Pajak Terhadap peraturan perpajakan. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak tidak terlepas dari pemahaman Wajib Pajak terhadap Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini dapat menurunkan jumlah penerimaan pajak Negara serta tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, yang kemudian diubah dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dikenal istilah Self Assessment System yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Dengan dianutnya sistem Self Assessment System, maka selain bergantung pada kesadaran dan kejujuran Wajib Pajak, pengetahuan teknis perpajakan yang memadai juga memegang peran penting, agar Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar. Karena melalui sistem ini, setiap Wajib Pajak diwajibkan mengisi sendiri dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dengan benar, lengkap, dan jelas. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak juga dapat dipengaruhi oleh preferensi Wajib Pajak akan risiko-risiko yang terjadi pada setiap Wajib Pajak. Risiko-risiko yang terdapat pada Wajib Pajak dalam kaitannya untuk

5 peningkatan kepatuhan Wajib Pajak antara lain adalah, risiko keuangan, risiko kesehatan, risiko sosial, risiko pekerjaan dan risiko keselamatan. Dalam menghadapi risiko-risiko yang terjadi setiap Wajib Pajak harus memiliki suatu keputusan untuk menghadapi suatu risiko. Pada fenomena yang terjadi, terdapat Wajib Pajak yang cenderung menghadapi risiko yang ada dan terdapat pula menghindari risiko yang muncul dalam perpajakan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap seorang Wajib Pajak dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Tindakan untuk mengambil keputusan dalam menghadapi risiko yang muncul ataupun menghindari risiko yang dapat terjadi pada Wajib Pajak dinamakan sebagai preferensi risiko. Akan tetapi, tidak sedikit Wajib Pajak yang mengabaikan hal tersebut sehingga kepatuhan mereka sebagai Wajib Pajak tidak berjalan maksimal. Berdasarkan penjelasan di atas dan mengingat pentingnya peranan pajak dalam suatu Negara maka penulis mengambil judul PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERATING. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah : 1. Apakah pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Bekasi Barat? 2. Apakah preferensi risiko berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Bekasi Barat? 3. Apakah preferensi risiko dapat memoderasi hubungan antara pemahaman tentang peraturan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Bekasi Barat?

6 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan pemahaman peraturan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. 2. Untuk mengetahui pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. 3. Untuk mengetahui apakah preferensi risiko dapat memoderasi hubungan antara pemahaman tentang peraturan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang Pribadi. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain : 1. Bagi Penulis. Sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan mendapatkan pengetahuan praktis sebagai hasil pengamatan langsung mengenai peraturan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak dengan preferensi risiko serta dapat menerapkan teori yang telah diperoleh. 2. Bagi Wajib Pajak. sebagai bahan informasi tentang pemahaman peraturan pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dengan preferensi risiko sebagai variabel moderating 3. Bagi Akademisi. Sebagai tambahan referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji penelitian yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.

7 1.5. Batasan Masalah Dari penjelasan di atas diperoleh gambaran permasalahan yang luas. Namun penulis menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penelitian ini diberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya pada pemahaman peraturan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang Pribadi dengan preferensi risiko sebagai variabel moderating pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat. 1.6. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarah dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan gambaran keseluruhan dari penelitian maka penulisan dibuat secara sistematis yang terdiri dari beberapa bab dengan susunan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAN Bab ini berisi tentang yang berkaitan dengan pengertian pajak, pemahaman peraturan pajak, kepatuhan Wajib Pajak dengan preferensi risiko serta pemaparan kajian pustaka atau literature yang berkaitan dengan penelitian, hasil penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan meliputi desain penelitian, tahapan penelitian, jenis data dan cara pengambilan sampel, metode analisis data, teknik pengolahan data yang digunakan. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang tujuan dan batasan penelitian, analisis data dan pembahasannya.

8 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang kesimpulan atau hasil analisa dari penelitian, implikasi manajerial, dan saran-saran yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.