ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA AREN DI KECAMATAN LINGSAR

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

IV. METODE PENELITIAN

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Rumah Alam Jaya (RAJ) Organik terletak

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

ANALISIS RANTAI NILAI PEMASARAN IKAN AIR TAWAR DI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI KEDELAI DAN NILAI TAMBAH TAHU DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

ANALISIS NILAI TAMBAH MANISAN CARICA DI KABUPATEN WONOSOBO

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA JALATUNDA KECAMATAN MANDIRAJA ABSTRAK

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB IV METODE PENELITIAN

Kampus USU Medan Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara, Jl. Karya Bhakti No. 34 Pangkalan Masyhur.

Available online at www. jurnal.abulyatama.ac.id/agriflora ISSN X (Online) Universitas Abulyatama. Jurnal Agriflora

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

Transkripsi:

1 ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT Value Added Analysis of Palm Sugar Agro-industry and It s Marketing In Gunungsari West Lombok Irma1) Efendy2) Abdullah Usman 2) Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Menganalisis pendapatan usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari, (2). Mengetahui nilai nilai tambah usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari, dan (3). Menganalisis pemasaran produk gula aren di Kecamatan Gunungsari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Pendapatan rata-rata usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat adalah Rp 33.542,61/proses produksi atau sebesar Rp 440.427,58/bulan, (2). Nilai tambah pada kegiatan usaha agroindustri gula aren adalah Rp 1.156,10/liter bahan baku dan rasio nilai tambah adalah 35,97 persen, (3). Pada Pemasaran poduk gula aren produsen menggunakan dua saluran pemasaran yaitu : 1. Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen dan 2. Produsen Pedagang Pengecer Konsumen dengan total margin pemasaran tiap saluran sebesar Rp 6.333,33/Kg dan Rp 5.000,00/Kg. ABSTRACT This study aim to: (1). Analyse revenues of palm sugar agro-industry in Gunungsari, (2). Know the value added of agro-industrial enterprises; (3). Analyse the marketing chain of its industry. The results show that (1). Net income received by palm sugar producer is Rp 440.427,58/ month or Rp 33.542,61/ time of production. (2). The added value of the businees is Rp 1.156,10 with the added value ratio is 35,97%. (3). There are two marketing channels, used by producer is : 1. Producer Traders Retailers Consumer, 2. Producer Retailers Consumer, with a total margin of Rp 6.333,33/Kg dan Rp 5.000,00/Kg respectively.

2 Kata Kunci: Nilai Tambah, Pemasaran, Gula Aren Key words: Value Added, Marketing, Palm Sugar

3 PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan, bahan pokok gula mulai terasa semakin perlu diantisipasi. Sejumlah kebijakan diambil pemerintah untuk mengatur produksi dan tataniaga gula agar tidak menjadi penyebab labilnya ekonomi nasional. Impor gula yang terus meningkat mengundang banyak kalangan mempertanyakan gula alternatif, tidak saja bertumpu pada gula impor rafinasi, tetapi perlu menggarap potensi lokal sebagai sumber pasokan gula. Salah satu agroindustri yang dapat dilestarikan dan dikembangkan baik kualitas maupun kuantitas adalah agroindustri gula aren. Hasil kalkulasi kasar penggiat gula aren diperoleh gambaran bahwa usaha aren sangat menggiurkan. Dengan jarak tanam aren 4x6m maka 1 ha lahan dapat menampung 416 pohon, dibutuhkan tenaga panjat 8 org kalau panennya seragam. Nira yang diproduksi bisa mencapai 15 liter/pohon, 6240 ltr/ha, setara dengan 811 kg gula batok. Dengan harga Rp 7000 batok didapatkan penerimaan kotor Rp 5.677.000/hr/ha dikurang harga legen Rp 3.120.000 ongkos produksi Rp1.000.000 jd hasil bersih sehari bisa mencapai Rp 1.577.000 atau Rp 46.716.000 per bulan. dan kalau kita bagi 4 maka efektip per minggu Rp 11.677.000 (Asosiasi Aren Indonesia, 2016) Adalah ironis, hasil hitingan kasar penggiat tersebut menunjukkan usaha aren menggiurkan, namun kenyataannya usaha ini tidak berkembang di NTB, bahkan penggiatnya di gunung sariu semakin menurun. Dari paparan di atas, masalah yang mau diteliti adalah kenapa usaha gula aren di gunung sari tidak berkembang? Masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan berikut: 1). Berapa pendapatan usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari, 2). Berapa nilai tambah usaha agroindustri gula aren aren di Kecamatan Gunungsari, 3). Bagaimana pemasaran produk gula aren di Kecamatan Gunungsari. Tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk menganalisis pendapatan usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari, 2). Untuk mengetahui nilai tambah agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari, 3).Untuk menganalisis pemasaran produk gula aren di Kecamatan Gunungsari.

4 METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik survey. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perajin gula aren dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran produk gula aren di Kecamatan Gunungsari. Pengambilan sampel lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan mengambil 3 dari 14 desa di Kecamatan Gunungsari, yaitu: Desa Kekait, Desa Taman Sari dan Desa Gelangsar. Responden perajin dipilih secara Proposional random sampling masing-masing 14 perajin di Desa Kekait, 9 perajin di Desa Taman Sari dan 7 perajin di Desa Gelangsar. Selanjutnya, hasil penelusuran secara snowball sampling diperoleh 7 pedagang pengumpul dan 12 pedagang pengecer Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh pengusaha nira aren maka dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan (Soekartawi, 1995), dengan rumus: µ = TR TC; TR = P x Q; TC = TFC + TVC dimana: µ = Pendapatan, TR = Total Penerimaan (Total Revenue), TC = Total Biaya (Total Cost), P = Harga (Price), Q = Jumlah Produksi (Quantity), TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost), TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost), Untuk mengetahui besarnya nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh dari agroindustri gula aren dapat dihitung melalui pengumpulan data primer yang diperoleh dari responden yang kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode Hayami (Said, G., 2005): Untuk mengetahui saluran pemasaran produk gula aren dilakukan dengan menelusuri langsung saluran pemasaran produk gula aren yang digunakan oleh produsen sehingga sampai ke konsumen akhir (snowballing sampling). Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk mengetahui margin pemasaran tiap lembaga pemasaran atau secara keseluruhan digunakan rumus (Saefuddin, 1981): MP = Pr Pf dimana: MP = Margin Pemasaran; Pr = Harga Beli Konsumen; Pf= Harga Jual Produsen

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Biaya dan Pendapatan difokuskan pada analisis biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variabel cost), produksi dan nilai produksi pada agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2015. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya produksi yang dikeluarkan perajin dalam usaha agroindustri gula aren meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Biaya produksi gula aren yang dikeluarkan disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. 2015 Rata-Rata Biaya Produksi Gula Aren di Kecamatan Gunungsari Tahun No Jenis Biaya Jumlah (Unit/PP) Jumlah (Unit/Bln) Harga (Rp/Unit) Nilai (Rp/PP) Nilai (Rp/Bln) 1 Biaya Variabel a. Bahan Baku 43,32 1.039,60 2.000,00 86.633,33 2.079.200,00 b.bahan Penolong 1 0,25 6,00 10.000,00 2.500,00 60.000,00 c.bahan Penolong 2 85,23 2.045,45 d. Tenaga Kerja 1,02 28,53 13.714,29 384.000,00 Jumlah 102.932,85 2.525.245,45 2 Biaya Tetap Penyusutan Peralatan 621,81 17.425,19 Total Biaya Produksi 103.554,66 2.542.670,64 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2015 Kebutuhan bahan baku (nira aren) dan bahan penolong (kayu bakar dan pakat) sangat mudah didapatkan bagi perajin gula aren karena langsung diambil dari kebun milik sendiri atau dengan cara membeli dari perajin atau pedagang lainnya. Dari Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bahan baku nira aren yaitu sebesar Rp 86.633,33/proses produksi atau sebesar Rp 2.079.200,00/bulan, lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bahan penolong 1 (kayu bakar) yaitu sebesar Rp 2.500,00/proses produksi atau Rp 60.000,00/bulan dan pembelian bahan penolong 2 (kayu purut) sebesar Rp 85,23/proses produksi atau sebesar Rp 2.045,45/bulan. Untuk rata-rata volume penggunaan bahan baku nira aren sebesar 43,32 liter/proses produksi atau 1.039,60 liter/bulan dan bahan penolong seperti kayu bakar sebesar 0,25 ikat/proses produksi atau sebesar 6 ikat/bulan, kemudian untuk pakat yang digunakan dengan cara dicacah.

6 Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perajin gula aren yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga. Rata-rata kontribusi tenaga kerja pada tahap penyadapan sampai pengolahan gula aren yaitu 1,02 HKO/proses produksi atau 28,53 HKO/bulan dengan nilai upah sebesar Rp. 13.714,29/HKO per proses produksi atau sebesar Rp 88.000,08/HKO/bulan. Biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi yaitu biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peralatan adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh perajin, namun diperhitungkan dalam analisis biaya produksi dengan alasan bahwa nilai dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan berkurang seiring dengan berlalunya waktu. Rata-rata biaya penyusutan peralatan terbesar yaitu pada peralatan ember dengan nilai Rp 7.464,04/bulan atau Rp 311,00/proses produksi dan nilai penyusutan terkecil pada peralatan pengaduk sebesar Rp 56,27/bulan atau Rp 2,34/proses produksi. Besar kecilnya biaya penyusutan yang dikeluarkan dipengaruhi oleh nilai beli, dan umur pakai. Jika nilai belinya tinggi dan umur pakainya kecil maka biaya penyusutan akan tinggi. Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan Usaha. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produk gula aren yang dihasilkan pada usaha agroindustri gula aren yang dinyatakan dalam satuan kilogram. Nilai produksi adalah hasil kali antara jumlah produksi dengan harga produksi gula aren per kilogram. Sedangkan pendapatan usaha adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya produksi pada agroindustri gula aren yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Hasil penelitian terhadap jumlah produksi, nilai produksi dan pendapatan pada usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3. menunjukkan bahwa rata-rata produksi gula aren yang dihasilkan oleh perajin gula aren di Kecamatan Gunungsari sebesar 248,10 Kg/bulan atau rata-rata sebesar 10,34 Kg/proses produksi dengan harga rata-rata sebesar Rp 13.466,67/kg, sehingga rata-rata nilai produksi yang diperoleh sebesar Rp 2.977.200,00/bulan atau Rp 139.211,61/proses produksi dengan intensitas produksi sebanyak 24 kali per bulan. Dari selisih rata-rata nilai produksi dikurangi total biaya produksi didapatkan rata-rata pendapatan usaha agroindustri gula aren sebesar Rp 440.427,58/bulan atau Rp 33.542,61/proses produksi. Pendapatan inilah yang merupakan unsur penting yang

7 menjadi tujuan utama dari suatu usaha, semakin banyak nira aren yang diolah menjadi gula aren, maka semakin tinggi pendapatan yang diterima oleh perajin gula aren Tabel 2. Rata-Rata Produksi, Nilai Produksi dan Pendapatan pada Usaha Agroindustri Gula Aren di Kecamatan Gunungsari Tahun 2015 No Uraian Nilai Per Proses Produksi Per Bulan 1 Produksi (Kg) 10,34 248,10 2 Harga (Rp/Kg) 13.466,67 13.466,67 3 Nilai produksi (Rp) 139.211,67 2.977.200,00 4 Total Biaya produksi (Rp) 105.669,06 2.536.772,42 5 Pendapatan (Rp) 33.542,61 440.427,58 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2015. Analisis Nilai Tambah. Besarnya tambahan nilai (manfaat) yang diperoleh sebagai akibat dari penggunaan sejumlah biaya dalam proses pengolahan nira aren menjadi gula aren di Kecamatan Gunungsari dapat dilihat setelah dianalisis dengan menggunakan Metode Hayami (Said, G., 2005). Rincian analisis nilai tambah pada usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari disajikan pada Tabel 4. Nilai output juga disebut dengan nilai produksi (penerimaan) dalam metode Hayami ini merupakan hasil kali antara faktor konversi (perbandingan antara output yang dihasilkan dengan bahan baku yang digunakan selama satu kali proses produksi) dengan harga output, dari faktor konversi diketahui bahwa 1 liter bahan baku nira aren yang diolah akan menghasilkan 0,24 kg gula aren. Dengan metode Hayami diperoleh nilai output sebesar Rp 3.213,81/liter bahan baku yang digunakan. Nilai output akan mempengaruhi nilai tambah, semakin besar nilai output maka nilai tambah dari usaha agroindustri gula aren akan semakin tinggi. Selain itu nilai tambah juga dipengaruhi oleh faktor teknis produksi yang mempengaruhi rendemennya, faktor harga, baik harga bahan baku maupun harga output dan jumlah bahan baku yang digunakan. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dikurangi dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain (bahan penolong). Dari Tabel 4.10. dapat dilihat bahwa pengolahan nira aren menjadi gula aren menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 1.156,10/liter bahan baku, artinya dengan menggunakan 1 liter bahan baku (nira aren) sebesar Rp 2.000 dan biaya sebesar Rp 57,71 (biaya input lain) untuk setiap liter bahan baku yang setelah di olah menjadi 0,24 kg gula aren dengan nilai output gula aren yang

8 dihasilkan Rp 3.213,81 dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.156,10/liter bahan baku, dengan rasio nilai tambah sebesar 35,97 persen. Efektifitas dalam penciptaan nilai tambah sebesar 35,97 persen untuk perajin. Artinya setiap penambahan input lain sebesar 1 persen, output akan memperoleh nilai tambah sebesar 35,97 persen. Hal ini dikarenakan nilai tambah ditentukan oleh kemampuan memproduksi gula aren dan harga input disamping faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun presentase distribusi nilai tambah kepada tenaga kerja menunjukan hal yang sebaliknya dengan efektifitas penciptaan nilai tambah yaitu sebesar 27,91 persen. Artinya setiap Rp 1.156,10 nilai tambah membutuhkan pengeluaran sebesar 27,91 persen rasio bagian tenaga kerja. Hal ini menunjukan perimbangan antara besarnya bagian pendapatan tenaga kerja dengan bagian pendapatan perajin gula aren. Jumlah hari kerja yang digunakan disesuaikan dengan banyaknya bahan baku yang diolah selama satu kali proses produksi. Jumlah hari kerja yang digunakan adalah sebanyak 1,01 hari kerja dalam satu kali proses produksi atau 24,24 HKO/bulan. Apabila dilihat dari segi penyerapan tenaga kerja, hasil analisa menunjukan bahwa usaha agroindustri gula aren hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 1,02/proses produksi atau 24,24 HKO/bulan. Penggunaan tenaga kerja dalam setiap kegiatan harus diberikan imbalan, untuk mengetahui besarnya imbalan yang diperoleh dapat dihitung koofesien tenaga kerja (perbandingan antara tenaga kerja yang dipakai dengan bahan baku yang digunakan) dikalikan dengan upah rata-rata tenaga kerja, dari koofesien tenaga keja dapat diketahui bahwa untuk mengolah 1 liter bahan baku nira aren menjadi gula aren membutuhkan 0,02 HKO. Jadi besarnya imbalan yang diperoleh oleh tenaga kerja sebesar Rp 322,64/kg dan rasio bagian tenaga kerja yang diperoleh sebesar 27,91% artinya setiap Rp 100,- nilai tambah membutuhkan pengeluaran sebesar Rp 27,9 rasio bagian tenaga kerja. Suatu kegiatan produksi yang dilakukan harus dapat memberikan keuntungan bagi para perajin gula aren. Besarnya keuntungan dari nilai tambah yang diterima oleh perajin adalah sebesar Rp 833,46/liter bahan baku dengan tingkat keuntungan yang diterima perajin sebesar 25,93 persen dari nilai produksi. Ini artinya setiap Rp 100.- output yang dihasilkan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 25,93.

9 Tabel 3. Analisis Nilai Tambah pada Agroindustri Gula Aren Dalam Sekali Proses Produksi di Kecamatan Gunungsari Tahun 2015 No Variabel Formula Nilai 1 Output, Input dan Harga a. Produksi (Kg) A 10,34 b. Bahan Baku (Liter) B 43,32 c. Tenaga Kerja (HKO) C 1,02 d. Faktor Konversi (Kg/ltr BB) d = a / b 0,24 e. Koefesien Tenaga Kerja (HKO/ltr e = c / b BB) 0,02 f. Harga Output Rata-Rata (Rp/kg) F 13.466,67 g. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja G (Rp/pp) 13.714,29 2 Penerimaan dan Keuntungan h. Harga Bahan Baku (Rp/liter) H 2.000,00 i. Sumbangan Input Lain (Rp/ltr BB) I 57,71 j. Nilai Produksi (Rp/ltr BB) j = d x f 3.213,81 k1. Nilai Tambah (Rp/ltr BB) k1 = j i h 1.156,10 k2. Rasio Nilai Tambah (%) k2 = (k1 / j) x 100% 35,97 l1. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/ltr BB) l1 = e x g 322,64 l2. Rasio Bagian Tenaga Kerja (%) l2 = (l1 / k1) x 100% 27,91 m1. Keuntungan (Rp/ltr BB) m1 = k1 l1 833,46 m2. Tingkat Keuntungan (%) m2 = (m1 / j) x 100% 25,93 3 Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi n. Margin Keuntungan n = j h 1.213,81 n1. Pendapatan Tenaga Kerja (%) n1 = (l1 / n) x 100% 26,58 n2. Sumbangan Input Lain (%) n2 = (i / n) x 100% 4,75 n3. Keuntungan Kegiatan Produksi (%) n3 = (m1 / n) x 100% 68,66 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2015 Pengolahan suatu usaha akan banyak melibatkan faktor-faktor produksi didalamnya seperti pemilik modal, penyedia bahan baku, tenaga kerja dan perajin gula aren, dimana semua itu harus diberikan balas jasa atas penggunaannya. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa besarnya margin keuntungan yang merupakan selisih antara nilai output dengan harga bahan baku sebesar Rp 1.213,81/proses produksi. Balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja dalam bentuk pendapatan tenaga kerja sebesar 26,58 persen artinya setiap Rp 100,- keuntungan yang diperoleh membutuhkan pengeluaran sebesar Rp 26,58 untuk diberikan kepada tenaga kerja. Sumbangan input lain sebesar 4,75 persen artinya setiap Rp 100,- keuntungan yang diperoleh membutuhkan pengeluaran sebesar Rp 4,75 untuk diberikan pada input lain. Sumbangan input lain ini merupakan bagian yang berpengaruh juga, sebab apabila input tidak ada maka proses pengolahan gula aren akan terhambat. Balas jasa yang diterima oleh perajin dalam bentuk keuntungan kegiatan produksi sebesar 68,66 persen artinya

10 setiap Rp 100,- keuntungann yang dihasilkan dibutuhkan pengeluaran sebesar Rp 68,66 untuk diberikan kepada perajin gula aren. Saluran Pemasaran. Dalam pemasaran produk usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari perajin melibatkan dua jenis pedagang, pedagang pengumpul (PP) adalah pedagang yang membeli gula aren dari produsen (perajin) dan menjualnya ke pedagang pengecer. Sementara itu, pedagang pengecer (Ppe) adalah pedagang yang membeli gula aren dari pedagang pengumpul (PP) dan atau produsen (perajin) dan menjualnya ke konsumen akhir. Saluran pemasaran dari produsen sampai ke konsumen disajikan pada Gambar berikut: Gambar 1. Saluran Pemasaran Produk Gula Aren di Kecamatan Gunungsari 2015 Dari Gambar dapat dinyatakan bahwa dari 30 orang responden terdapat 27 orang (277,13 Kg) atau sebanyak 90% responden menjual produk gula arennya kepada pedagang pengumpul dan sisanya 3 orang (33,00 Kg) atau 10% responden menjual produk gula aren kepada pedagang pengecer. Saluran pemasaran I (Produsen PP Ppe Konsumen) melibatkan dua lembaga pemasaran dalam memasarkan produk gula aren yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer untuk sampai ke konsumen akhir. Dari Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer sebesar 100% dengan volume penjualan sebesar 277,13 Kg kemudian didistribusikan langsung ke konsumen

11 akhir. Pada saluran pemasaran satu melibatkan 7 orang pedagang pengumpul, 10 orang pedagang pengecer dan 27 orang perajin gula aren. Saluran pemasaran II (Produsen Ppe Konsumen) menggunakan satu pedagang perantara yaitu pedagang pengecer. Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa dari produsen menjual ke pedagang pengecer sebesar 10% atau 33,00 Kg kemudian didistribusikan langsung ke konsumen akhir. Pada saluran II melibatkan 3 orang perajin gula aren dan 2 orang pedagang pengecer. Margin pemasaran adalah selisih antara harga beli di tingkat konsumen dengan harga jual di tingkat produsen. Komponen margin meliputi biaya pemasaran dan keuntungan. Biaya pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yaitu biaya transportasi, biaya dudukan dan biaya pengemasan. Sedangkan keuntungan pemasaran merupakan hasil yang diperoleh setiap pedagang yang terlibat dalam pemasaran produk gula aren tersebut.

12 Tabel 4. Analisis Margin Pemasaran Produk Gula Aren di Kecamatan Gunungsari Tahun 2015 No Pedagang Perantara SP I (Rp/Kg) SP I (Rp/Kg) 1 Produsen Gula Aren a. Harga Jual 13.296,30 15.000,00 2 Pedagang Pengumpul (PP) a. Harga Beli 13.296,30 b. Harga Jual 15.703,70 c. Margin 2.407,40 (38,10%) d. Biaya Pemasaran - Biaya Transportasi 1.017,08 - Biaya Dudukan 192,77 - Biaya Pengemasan 94,39 e. Total Biaya Pemasaran 1.304,24 (20,59%) f. Keuntungan 1.103,16 (17,41%) 3 Pedagang pengecer a. Harga beli 15.703,70 15.000,00 b. Harga jual 19.629,63 20.000,00 c. Margin 3.925,93 (61,99%) 5.000,00 d. Biaya Pemasaran - Biaya Transportasi 1.017,08 1.124,54 - Biaya Dudukan 203,42 - - Biaya Pengemasan 2,43 2,25 e. Total Biaya Pemasaran 1.222,93 (19,31%) 1.126,79 f. Keuntungan 2.703,00 (42,67%) 3.873,21 4 Konumen Akhir Harga Beli 19.629,63 20.000,00 Total Margin Pemasaran 6.333,33 5.000,00 Total Biaya Pemasaran 2.527,17 1.126,79 Total Keuntungan Pemasaran 3.806,16 3.873,21 Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2015 Pada saluran pemasaran 1, melibatkan dua pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pedagang pengumpul membeli gula aren dari perajin (produsen) dengan rata-rata harga sebesar Rp 13.296,30/Kg dan dijual ke pedagang pengecer dengan rata-rata harga sebesar Rp 15.703,70/Kg sehingga margin pemasaran yang diperoleh sebesar Rp 2.407,40/Kg. Rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 1.304,24/Kg sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.103,16 /Kg. Pedagang pengecer membeli produk gula aren dari pedagang pengumpul dengan rata-rata harga sebesar Rp 15.703,70/Kg dan dijual dengan rata-rata harga sebesar Rp 19.629,63/Kg ke konsumen sehingga margin pemasaran yang diperoleh sebesar Rp 3.925,93/Kg. Rata-rata biaya pemasaran yang

13 dikeluarkan oleh pedagang pengecer sebesar Rp 1.222,93/Kg sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2.703,00/Kg. Total biaya pemasaran pada saluran ini sebesar Rp 2.527,17/Kg dengan total margin sebesar Rp 6.333,33/Kg sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.806,16/Kg. Pada saluran pemasaran II hanya terdapat pedagang pengecer yang langsung memasarkan produk gula aren ke konsumen. Pedagang pengecer membeli produk gula aren dari produsen dengan rata-rata harga sebesar Rp 15.000,00/Kg dan dijual dengan rata-rata harga sebesar Rp 20.000,00/Kg ke konsumen sehingga margin pemasaran yang di peroleh sebesar Rp 5.000,00. Rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer sebesar Rp 1.126,79/Kg sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.873,21/Kg. Total margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran secara berturut-turut sebagai berikut: saluran pemasaran I sebesar Rp 6.333,333/Kg dan saluran pemasaran II sebesar Rp 5.000,00/Kg. KESIMPULAN Terbatas pada obyek penelitian dan ruang lingkup penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pendapatan rata-rata usaha agroindustri gula aren di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat adalah Rp 33.542,61/proses produksi atau sebesar Rp 440.427,58/bulan; Nilai tambah pada kegiatan usaha agroindustri gula aren adalah Rp 1.156,10/liter bahan baku artinya dengan menggunakan 1 liter bahan baku seharga Rp 2000 dan biaya input lain adalah Rp 57,71 dengan nilai output adalah Rp 3.213,81 akan memberikan nilai tambah nira aren sebesar Rp 1.156,10 atau dengan rasio nilai tambah adalah 35,97 persen. Artinya setiap satu satuan output akan memberikan nilai tambah sebesar 35,97 persen; Pada Pemasaran poduk gula produsen menggunakan dua saluran pemasaran yaitu, 1. Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen dan 2. Produsen Pedagang pengecer Konsumen, dengan total margin pemasaran tiap saluran adalah Rp 6.333,33/Kg dan Rp 5.000,00/Kg. DAFTAR PUSTAKA Azzaino, 1981. Pengantar Tata Niaga pertanian. IPB. Bogor.

14 Hasibuan, 1999. Refleksi Pertanian: Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Ilyas, 1988. Kajian Faktor-Faktor Ekonomi yang Memperngaruhi Fasilitas Usia Subur Dalam Rangka Pengelolaan Penduduk Dalam Majalah Demografi Industri. Jakarta. Nazir, M., 1993. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Saefuddin, A.M., 1981. Pemasaran Produk Pertanian. IPB. Bogor. Said, G., 1999. Manajemen Agribisnis MMA. IPB. Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. CV. Rajawali. Jakarta. Tajidan dan Amry, 1996. Studi Agrobisnis Gula Aren di Lombok Barat. Kerjasama Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (P2KP3) dengan Lembaga Penelitian Universitas Mataram. Laporan Penelitian Universitas Mataram.