BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP OBESITAS REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 9 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

40 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang serba praktis. Hal ini memungkinkan masyarakat modern sulit untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Snack

Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas yaitu terdapat penimbunan lemak yang belebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya obesitas ditentukan dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT), yaitu perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Pada usia 2-20 tahun, obesitas ditentukan dengan mengelompokkan IMT berdasarkan standar antropometri untuk anak 5-18 tahun ditentukan berdasarkan nilai Zscore IMT/U untuk gemuk Zscore > 1,0 s/d 2,0 dan untuk obesitas Zscore > 2,0 (Kemenkes,2010). Penyebab kematian nomor 5 dan Indonesia menempati urutan ke-10 dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Sedikitnya 2,8 juta penduduk meninggal per tahun akibat dari overweight dan obesitas. Overweight dan obesitas ini memiliki angka kematian yang tinggi di dunia dibandingkan dengan underweight. Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan World Health Organitation menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera ditangani (BBC,2014). Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di dunia meningkat dari 5,7% di tahun 2005 menjadi 6,7% di tahun 2014 dan diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020. Di Indonesia, orang yang mengalami kelebihan berat badan (overweight) mencapai 1,7% dan terus meningkat setiap tahunnya (WHO,2014). Angka kejadian overweight dan obesitas pada anak usia 5 sampai 12 tahun secara 1

2 nasional sebesar 10,8% dan 8,8% sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020 sedangkan Sumatera Barat sebesar 11,4% dan 7,7% (Riskesdas, 2013). Obesitas pada usia sekolah (6-12 tahun) merupakan masalah yang serius yang nantinya akan berlanjut hingga usia dewasa. Obesitas menetap, cenderung muncul pada saat anak berusia 5-7 tahun dan anak 4-11 tahun dan ini akan berlanjut sampai anak menjadi dewasa, untuk itu perlu upaya pencegahan terhadap gizi lebih dan obesitas sejak dini (usia sekolah) (Simatupang, 2011). Obesitas dapat menjadi factor risiko penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoarthritis.obesitas pada anak sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernapasan lain (Soetjiningsih, 2016). Anak yang obesitas tidak hanya lebih berat dari anak seusianya, tetapi lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya, relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjang selesai lebih cepat, sehingga tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebayanya dan kematangan seksual lebih cepat, pertumbuhan payudara dan menarche juga lebih cepat. Anak dengan obesitas akan mengalami masalah fisik, psikologis dan sosial sehingga dapat mempengaruhi hubunga sosial serta prestasi bidang pendidikan. Umumnya pergerakannya lambat serta kurang percaya diri, karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan teman-temannya (Soetjiningsih,2016). Penyebab mendasar dari obesitas adalah akibat mengkonsumsi kalori berlebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan obesitas diantaranya masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh, penggunaan kalori yang kurang, hormonal, genetik, budaya, dan keadaan 3 sosisal ekonomi (Soetjiningsuh,2016). Disamping itu, ada faktor yang dapat mempengaruhi obesitas pada anak yaitu faktor genetik, faktor lingkungan (kebiasaan makan, aktifitas fisik, sosial ekonomi), faktor psikis dan obat obatan (Adriani, 2012). Obesitas lebih dominan dipengaruhi faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik (Haines dkk, 2010). Obesitas yang terjadi pada anak sekolah berkaitan dengan kebiasaan makan mereka, dimana dalam usia ini umumnya anak sudah dapat memilih dan menentukan makanan yang disukainya. Kebiasaan makan bagi sebagian anak telah menjadi gaya hidup, sehingga sering terjadi kebiasaan makan tidak seimbang yang mempunyai peran sangat besar terhadap kejadian obesitas pada anak, terutama makanan tinggi kalori yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Anak usia sekolah sekarang mempunyai kebisaan lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji ( fast food dan junk food) yang umumnya mengandung energi tinggi karena 40-50% berasal dari lemak (Syarif, 2009). Makanan cepat saji adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chicken, pizza dan hamburger (Sulistijani, 2002). Kebiasaan lain adalah mengonsumsi makanan camilan, yang banyak mengandung gula sambil menonton televisi dan peningkatan jumlah konsumsi makanan tersebut menyebabkan peningkatan asupan energi serta melewatkan sarapan pagi sehingga anak-anak disekolah cenderung makan makanan yang manis selama di sekolah (Wong, 2009).

4 Hasil penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di Pakistan didapatkananak melewatkan sarapan dan makanan cepat saji satu kali seminggu memiliki hubungan bermakna untuk kejadian obesitas (Mushtaq, 2011). Menurut penelitian Riska (2011) menyebutkan bahwa faktor dari penyebab obe sitas yang terjadi pada anak juga adalah asupan makanan berlebih, ngemil menjadi faktor yang terbesar yaitu sebesar 87,5%, ditambah lagi dengan konsumsi makanan yang berlemak sebesar 67,5%, konsumsi fast food juga turut serta sebagai alasan anak menjadi obesitas yaitu sebesar 45% dan masih banyak ibu yang menganggap bahwa obesitas adalah hal yang baik untuk anak, dan bukan merupakan suatu masalah bagi kesehatan anak (Ratna, 2015). Penelitian Trisna (20 15), didapatkan hasil bahwa kebiasaan makan berlebih mendapatkan hasil nilai lebih besar daripada aktivitas rendah pada anak. Selain kebiasaan makan pada anak, status sosial ekomomi merupakan faktor yang diyakini berkontribusi pada kejadian obesitas. Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendidikan dan pendapatan orang tua (Friedman,2010). Peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi pemilihan makanan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendididkan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang (Purwaningsih, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Padmiari dan Hadi (2010 ) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga yang tinggi dengan kejadian obesitas pada anak.penelitian yang dilakukan Frushstorfer B.H (2015) risiko kelebihan berat badan atau obesitas 5,28 kali tinggi pada status sosial

5 ekonomi tinggi. Kelebihan berat badan dan obesitas ada hubungan dengan pendidikan orang tua, dan penghasilan keluarga (Mushtaq U, 2011). Hidayati (2010 ) menjelaskan bahwa obesitas berhubungan dengan status sosial ekonomi keluarga yang tinggi. Orang tua mempunyai pendapatan perbulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula, sehingga memberikan peluang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis makanan tidak lagi didasarkan pada kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah pada rasa makanan yang enak. Kota Padang memiliki tingkat penghasilan rata-rata tertinggi di wilayah Sumatera Barat. Status kota Padang sebagai ibukota provinsi menyebabkan terjadinya peningkatan taraf hidup yang mendorong kearah perubahan gayahidup menjadi lebih modern. Hal ini dapat diikuti oleh peningkatan daya beli masyarakat dan kebiasaan makan anak. Peningkatan ini menjadi alasan menjamurnya restoran siap saji modern dan semakin bervariasinya jajanan anak di sekolah dasar. Prevalensi obesitas yang semakin meningkat ini didapatkan pada sekolah negeri dan swasta, dengan prevalensi lebih tinggi pada sekolah swasta dibandingkan di sekolah negeri ini dikaitkan dengan mengonsumsi fast food dan soft drinkdi negara berkembang. Sekolah swasta maupun sekolah negeri dapat menggambarkan status sosial ekonomi, karena umumnya anak dengan status sosial ekonomi baik memilih bersekolah di sekolah swasta (Padmiari,2010) Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 hasil skrining kesehatan murid SD Kota Padang, angka kejadian obesitas

6 terbanyak terdapat pada sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Andalassebesar 5,1% gemuk dan 6% obesiatas. Sekolah yang memiliki angka kejadian obesitas terbanyak terdapat pada SD Kartika 1-11, SD Budi Mulya, SD Negeri 35 dan SD Pertiwi 2. SD Kartika memiliki angka kejadian terbanyak dibandingkan SD lainnya. SD Kartika 1-11 merupakan salah satu SD favorit yang digunakan oleh masyarakat golongan sosiolekonomi baik. Berdasarkan hasil pengukuran BB dan TB yang dilakukan di SD Kartika 1-11 pada tanggal 3 September 2016 dari 15 orang siswa didapatkan 3 dari 15 (20 %) mengalami obesitas (IMT/U >2SD). Dari hasil wawancara pada siswa didapatkan bahwa 60% dari mereka jarang sarapan pagi, 30% dari mereka makan tidak teratur, 40% dari mereka sering makan snack, 70% dari meraka jarang maka sayur dan buah, dan 25% dari mereka sering makan gorengan. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan status sosial ekonomi dengan kejadian obesitas pada siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti menetapkan masalah yaitu apakah ada hubungan kebiasaan makan dan status sosial ekonomi dengan kejadian obesitas pada siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan kebiasaan makan dan status sosial ekonomi dengan kejadian obesitas pada siswa SD Kartika 1-11 Padang 2. Tujuan khusus a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian obesitas siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. b. Diketahui distribusi frekuensi kebiasaan makan siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. c. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. d. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. e. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendapatan orang tua siswa SD Kartika 1-11 Paang Tahun 2016. f. Diketahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas pada siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. g. Diketahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian obesitas pada siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. h. Diketahui hubungan tingkat pendidikan ayah dengan kejadian obesitas pada siswa SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016. i. Diketahui hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan kejadian obesitas pada siswa di SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2016

8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Dapat menjadi masukan dan memberikan informasi mengenai pengaruh kebiasaan makan dan sosial ekonomi dengan kejadian obesitas pada anak sekolah. 2. Bagi keperawatan Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan mengenai obesitas pada anak. Serta dapat menjadi dasar bagi perencanaan program kesehatan terutama program promotif dan preventif. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian in dapat digunakan sebagai acuan dan data dasar untuk peneliti selanjutnya.

9