BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tryout atau uji coba sehingga

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di dunia pendidikan pula merupakan sarana bagi peserta didik dalam hal bersosialisasi, mengembangkan kemampuan akademik, membentuk karakter kepribadian yang sesuai dengan norma dan aturan dalam masyarakat. Dengan adanya pentingnya pelaksanaan pendidikan diharapkan peserta didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Di ranah dunia pendidikan di Negara Indonesia juga dicantumkan hukum, sistem, dan fungsi pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Disebutkan juga dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang fungsi pendidikan yaitu : 1

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam kutipan Undang-Undang tentang Pendidikan, semakin mendorong bahwa pendidikan merupakan hal yang pokok dan menjadi sebuah kebutuhan dalam kehidupan saat ini. Demi menunjang penyelenggaraan pendidikan maka sekolah dijadikan sebagai wahana pembelajaran bagi peserta didik untuk menuntut ilmu. Sesuai apa yang dijelaskan dalam Mas ut (2014, h.1) bahwa Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan membentuk dasar anak baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, sekolah memiliki peranan yang besar sebagai sarana dalam mendidik serta mengembangkan peserta didik. Dalam hal ini sekolah memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan mengembangkannya dalam pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal didapatkan peserta didik dengan pengajaran yang dilakukan didalam kelas. Tidak hanya bertumpu kepada program persekolahan yang semata-mata hanya mengandalkan pada kegiatan intrakurikuler yang berlangsung didalam kelas, akan tetapi diperlukan juga pendidikan non formal yaitu kegiatan yang berlangsung diluar kegiatan jam pelajaran di dalam kelas yang diperjelas lagi dalam 2

Undang-Undang Dasar No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 bahwa Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Menurut Afiani, dkk. (2012, h.2) dalam menanamkan kedisiplinan, sekolah berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilakuperilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dan diteladankan. Pada kenyataannya, banyak sekolah di Indonesia masih kurang dalam menjalankan visi dan misinya. Menurut Byrne (Osher, dkk., 2010, h.1) Sekolah menghadapi beberapa tantangan yang berkaitan dengan gangguan peserta didik dan peserta didik antisosial. Dalam perilaku ini ada gangguan belajar peserta didik, pengelolaan waktu, administrasi yang berkontribusi terhadap kejenuhan guru. Sekolah biasanya menanggapi gangguan disiplin peserta didik, yang terdiri dari sanksi dan hukuman seperti bimbingan di ruang konseling, hukuman, suspensi, dan proses pemulangan tersebut (Gitome, dkk., 2013, h. 4) Disiplin di sekolah merupakan elemen penting di administrasi sekolah. Hal ini dikarenakan disiplin adalah sebuah mode dalam kehidupan berdasarkan aturan masyarakat dimana semua anggota harus menyesuaikan diri dan juga harus menanyakan pelanggaran yang akan didisiplinkan. Hal ini dipandang sebagai proses pelatihan dan pembelajaran yang menumbuhkan pertumbuhan dan pengembangan. Oleh karena itu tujuan disiplin adalah untuk membantu individu untuk 3

disesuaikan dengan baik, bahagia dan berguna untuk masyarakat. (Nakpodia, 2010, h.145) Peraturan sekolah yang dirancang untuk menumbuhkan karakter disiplin dalam diri para peserta didik sering kali dilanggar. Perilaku tersebut mencerminkan tidak disiplinnya para peserta didik menaati peraturan sekolah. Dibuktikan dengan rekap poin kelas XI Semester Genap yang diperoleh dari guru Bimbingan Konseling SMA Kesatrian 1 Semarang sebagai berikut : NO Tabel 1 Tabel Rekapitulasi Point Peserta didik Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang Bulan Januari- April 2015 JENIS PELANGGARAN 1 Tidak mengikuti ekstra Inggris 5 4 2 Tidak mengikuti ekstra Pramuka 6 5 3 Alpha 37 17 4 Terlambat 209 92 5 Tidak mengerjakan tugas, PR 67 52 6 Tidak membawa buku, LKS, modul 11 9 7 Tidak memakai dasi 3 3 8 Makan dikelas saat pelajaran 1 1 9 Tidak memakai ikat pinggang 2 2 10 Tidak membawa buku tatib 64 51 11 Tidak memakai kaos singlet 3 2 12 Tidak memakai baju OR saat pelajaran 1 1 13 Merokok diarea sekolah 2 2 14 Meninggalkan pelajaran tanpa ijin 3 3 Total Jumlah Pelanggaran 414 Total Jumlah Peserta Didik Melanggar 244 Keterangan : P: Jumlah pelanggaran yang terjadi J : Jumlah peserta didik yang melanggar JUMLAH P J 4

Sumber : Daftar Rekap Point Peserta didik Guru Bimbingan Konseling Berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran diatas, bahwa sikap tidak disiplin dalam menaati sekolah masih terus berlanjut sehingga dapat menghambat dalam proses belajar. Diperkuat lagi oleh argumen Gitome, dkk. (2013, h.3) menunjukkan bahwa dalam penelitian kepustakaan menunjukkan kasus ketidakdisiplinan adalah faktor besar yang berkontribusi pada pemeriksaan buruknya kinerja di sebagian besar lembaga pembelajaran di seluruh dunia. Munculnya masalah tidak disiplin menunjukan bahwa pengetahuan yang terkait dengan karakter didapatkan peserta didik di sekolah tidak membawa dampak positif terhadap perubahan perilaku peserta didik sehari-hari. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan pada evaluasi aspek kognitif dan psikomotor, tetapi melalaikan aspek afektif (Wuryandani, dkk, 2014, h.176). Maka sehubungan dengan adanya pendidikan non formal yang dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan untuk menumbuhkan perilaku yang lebih baik terutama disiplin, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan kegiatan diluar jam sekolah dengan baik pula karena disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak dini dalam lingkungan keluarga, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang sehingga perilaku disiplin tersebut mengakar semakin kuat. 5

Penanaman pelatihan kedisiplinan sejak dini selain dalam keluarga bisa dibina melalui sekolah. Disiplin sangat diperlukan dalam berkegiatan di sekolah maupun diluar sekolah agar kegiatan berjalan dengan lancar. Ada beberapa fakta yang mempengaruhi kedisiplinan, salah satu diantaranya adalah penanaman kedisiplinan melalui kegiatan kepramukaan. Menurut Surat Keputusan Mendikbud Nomor 060/U/1993 dan Nomor 080/U/1993 (Raharjo, 2014, h.3), dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kepeserta didikan (Wiratmoko, 2012, h.5), kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kepeserta didikan. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Ekstrakurikuler yang diadakan diluar jam pelajaran sekolah mempunyai peranan yang tidak dapat dipungkiri juga membantu peserta didik dalam proses belajar. Dimana kegiatan ekstrakurikuler memberikan kontribusi dalam memenuhi kebutuhan yang diminati peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata pelajaran yang diperoleh dari pendidikan dikelas, selain itu kegiatan ekstrakurikuler juga membantu menyalurkan minat dan kekreativitasan bagi peserta didik serta membentuk karakter dalam hal disiplin, tanggung jawab, berjiwa sosial, dan lain-lain didalam proses 6

menjalani kegiatan ekstrakurikuler. Maka dari itu kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang perlu dijalankan bagi peserta didik. Kesadaran menegakkan disiplin dapat dilatih dengan kegiatankegiatan positif yang diadakan sekolah melalui ekstrakurikuler. Salah satunya adalah kegiatan pramuka. Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat relevan sebagai wadah penanaman kedisiplinan. Hal ini terlihat dari prinsip dasar metodik pendidikan pramuka, yaitu yang tertera dalam Dasa Darma Pramuka (Sunardi, 2013, h.12) yang menyebutkan ada kedisiplinan yaitu Disiplin, berani dan setia. Selain itu kegiatan pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang dasar penyelenggaraan kegiatannya diatur dalam Peraturan Hukum Indonesia yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 1961 tentang Penganugerahan Pandji kepada gerakan pendidikan kepanduan Pradja Muda Karana 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka 7

5. Keputusan Kwartir nasional Gerakan Pramauka Nomor 203 Tahun 2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, hal. 1) Berdasarkan pada hukum yang mengatur kegiatan kepramukaan, maka dua hal yang menjadi alasan dalam menjadikan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah adalah Pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler di sekolah dasar sampai menengah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. Selain itu terdapat pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010, yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. (Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional, 2014, h.11). Kegiatan kepramukaan mengajarkan banyak nilai, mulai dari nilai agama, nilai sosial, nilai karakter serta kecintaan alam serta kemandirian. Menurut penelitian Asri (Ma sumah, dkk, 2014, h.7) diperoleh bahwa hubungan antara variabel kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan perilaku disiplin peserta didik sangat kuat, artinya kegiatan ekstrakurikuler pramuka berpengaruh terhadap perilaku disiplin peserta didik. Dari kegiatan pramuka inilah peserta didik akan dibiasakan untuk berlaku disiplin untuk setiap kegiatan yang diadakan. Hodges dalam Helmi (1996, h.33), menyatakan bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Disiplin 8

merupakan salah satu sarana dalam upaya pembentukan kepribadian baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Menurut Ma sumah, dkk (2014, h.5), disiplin dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap peserta didik. Disiplin sangat berguna sebagai tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang dalam menaati aturan yang sangat penting bagi stabilitas kegiatan pembelajaran. Seorang peserta didik yang memiliki disiplin baik akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang peserta didik yaitu menaati peraturan sekolah. Pada akhirnya peserta didik yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Pada peserta didik ditumbuhkan dan ditanamkan nilai kedisiplinannya dalam berkegiatan kepramukaan dengan cara penyadaran diri melalui kegiatan yang menarik, menantang, yang mengandung unsur pendidikan dan dilakukan secara berkesinambungan, sehingga pada diri peserta didik tumbuh kesadaran bahwa mematuhi peraturan merupakan kiat menuju sukses. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan mengenai pentingnya disiplin, maka diharapkan adanya disiplin dari peserta didik untuk mematuhi peraturan dan mengikuti jadwal sekolah. Hal ini diperlukan untuk tercapainya tujuan pembentukan karakter disiplin peserta didik supaya berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat dan fungsi pendidikan nasional. 9

SMA Kesatrian 1 adalah salah satu Sekolah Menengah Atas swasta nasional di Semarang. Berbagai macam aturan tata tertib yang di rancang sekolah selama peserta didik berada di sekolah membantu anak untuk tunduk dan melaksanakan aturan tersebut. Dengan adanya aturan tata tertib yang dibuat pihak sekolah menciptakan suatu kedisiplinan. Salah satu cara untuk menanamkan kedisiplinan peserta didik adalah dengan kegiatan kepramukaan yang mana kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti di sekolah. Di sekolah ini, peserta didik diwajibkan untuk berkegiatan kepramukaan diluar pelajaran sekolah, yang mana kegiatan Pramuka sudah dilaksanakan sejak tahun 2003. Berdasarkan hasil wawancara pada Maret dan Mei 2015 dengan pendamping peserta didik pramuka dan guru diketahui bahwa dalam perkembangannya peserta didik kelas XI semester ini memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih rendah dibandingkan dengan semester lalu. Untuk melihat siapa yang lebih disiplin terutama dalam peraturan sekolah antara anak yang mengikuti kegiatan pramuka atau anak regular biasa bisa terlihat dari setiap harinya lebih disiplin anak pramuka. Anakanak yang mengikuti kegiatan organisasi di sekolah seperti kepramukaan memiliki disiplin jauh lebih baik walaupun pernah melakukan pelanggaran satu dua kali itu pun pelanggaran ringan, apalagi dalam hasil prestasi, anak pramuka memiliki prestasi baik dalam hal akademik maupun diluar akademik. 10

Selain itu, berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta didik-siswi SMA Kesatrian 1 pada awal bulan Maret 2015, subjek mengatakan bahwa beberapa kali pernah melanggar aturan sekolah seperti terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah, menyalahgunakan jam sekolah, makan saat pelajaran, bermain handphone, tidak membawa buku saat pelajaran terkait. Saat mewawancarai seorang peserta didik yang mengikuti kegiatan pramuka sejak SMA kelas X hingga kelas XI mengungkapkan bahwa dirinya merasa menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab, walaupun belum pernah melakukan pelanggaran namun beberapa peserta didik satu organisasi pramuka pernah sekali dua kali melakukan kesalahan pelanggaran seperti terlambat masuk kelas, tidak membawa buku paket dan mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah. Dari fakta tersebut ada ketidakdisiplinan yang terjadi pada peserta didik-siswi SMA Kesatrian 1 sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara empiris hubungan sikap terhadap kegiatan kepramukaan dengan disiplin menaati peraturan di sekolah. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian bagi pengembangan disiplin psikologi, 11

khususnya yang berkaitan dengan psikologi pendidikan, yaitu mengenai hubungan sikap terhadap kegiatan kepramukaan dengan disiplin menaati peraturan di sekolah. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi pihak sekolah, masyarakat umum, serta lembaga pendidikan mengenai hubungan sikap terhadap kegiatan kepramukaan dengan disiplin menaati peraturan di sekolah 12