BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues. Tari Saman sebagai suatu tari tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya yang dinilai atau dianggap baik dan benar oleh masyarakat pemilik kebudayaan. Setiap suku bangsa juga menginginkan unsur-unsur kebudayaannya tetap ada. Berbagai bentuk-bentuk praktik budayapun dilaksanakan demi menjaga kelestarian kebudayaan. Praktik-praktik kebudayaan yang berkembang senantiasa dilekatkan pada istilah tradisi. Tradisi yang dimaksud ialah sebagai adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan oleh sekelompok masyarakat. Masyarakat menjalani tradisi untuk mencapai suatu keadaan yang dianggap baik oleh pemilik kebudayaan. Bahkan pengharapan terciptanya kehidupan yang baik di dunia sering dipadukan dalam nuansa religius pada tradisi-tradisi suku bangsa tersebut. Orientasi nilai budaya yang masih konvensional di tengah arus modernisasi dan globalisasi nyatanya mempengaruhi keeksistensian budaya pada beberapa suku bangsa. Tradisi tradisi dibuat agar seluruh keturunan suku bangsa dapat melanjutkannya, menurunkan dari satu generasi ke generasi lainnya dengan tetap melaksanakan proses-prosesnya sesuai adat dalam suku tersebut. Negara Indonesia dihuni oleh berbagai ragam suku bangsa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah suku bangsa yang terdapat di

Indonesia sebesar 1128 suku bangsa. Salah satu bagian dari penghuni tersebut ialah Etnis Gayo. Etnis Gayo berasal dari daerah Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu Kabupaten di Aceh yang beribukotakan di Blangkejeren. Secara geografis kabupaten ini memiliki luas wilayah mencapai 5.719 km yang terbagi dalam 11 Kecamatan dan 97 Desa, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Timur di sebelah utara, Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah selatan, Kabupaten Aceh Tamiang dan Provinsi Aceh di sebelah timur serta Kabupaten Aceh Barat Daya di sebelah barat. Pada masa Pemerintahan Sultan Iskandarmuda, daerah Gayo dan Alas secara resmi dimasukan ke dalam Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas dibagi atas beberapa daerah yang disebut Kejurun. Kebudayaan gayo lues merupakan hasil dari musyawarah dari orang-orang yang berperan didalam kerajaan. Sesuia dengan ungkapan dalam bahasa gayo lues, inget ari si opat, atur ari si pitu, resam ari empat belas, peraturen ari reje. Artinya dasar adat dari raja wilayah yang empat, adat dari pengawal yang tujuh, teknis pelaksanaan adat dari yang empat belas, dan pengaturan dari raja. Kebudayaan gayo lues ini merupakan hasil musyawarah dari orang-orang didalam kerajaan. Kebudayaan gayo lues tidak ada yang bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam, ini terjadi karena dibangunnya kerajaan dan kebudayaan gayo lues itu bersamaan dengan masuknya agama islam di dataran tinggi Gayo Lues Provensi Nanggroe Aceh Darussalam. Oleh sebab itu, kebudayaan dan semua aspek kehidupan masyarakat gayo lues bernuansa keagamaan, yaitu agama Islam. (Radia, 2000 : 20)

Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir) pada masyarakat gayo lues. Salah satu prosesi adat yang dilakukan oleh masyarakat gayo lues dianggap suatu tradisi yang dipercayai menimbulkan hal yang positif dan sesuai dengan ajaran / kepercayaan yang dianut. Tradisi pencarian jodoh (Nrojok) pada jaman dulu sangat dipercayai oleh masyarakat dan para orang tua untuk mencarikan jodoh untuk anak-anak mereka, sehingga prosesi acara adat Nrojok tersebut dilakukan hampir setiap tahun, dimana acara Nrojok ini di dilakukan bersamaan dengan acara lain seperti upacara perkawinan atau sunat rasul dimana diadakan acara menjagai. Biasanya pada saat inilah dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain dengan mengumandangkan syair-syair yang berisikan nasehat ( pongot tok kurik) hingga menjelang subuh, para pemudi yang ikut dalam acara Nrojok ini berada didalam rumah sedangkan para pemudanya ada diluar rumah, dari balik dinding rumah inilah mereka melakukan percakapan secara berlahan dan hampir tidak terdengan oleh orang yang ada disampingnya dan pada acara Nrojok ini tidak diperbolehkan membuka jendela rumah yang ditempati oleh para gadis, apabila hal ini terjadi maka mereka akan mendapatkan sanksi berupa dipermalukan oleh masyarakat kampung dan tidak diperbolehkan lagi ikut dalam acara Nrojok tersebut. Sedangkan pada jaman sekarang tradisi pencarian jodoh Nrojok sudah mengalami perubahan dalam masyarakat etnis Gayo Lues yang disebabkan kebanyakan pemuda dan pemudi melanggar aturan dalam tradisi Nrojok sehingga menimbulkan konflik antar desa, salah satu penyebab konflik yang terjadi adalah berjumpa (Berdemu) pemuda dan pemudi secara diam-diam yang kemudian diketahui oleh pihak pemuda dari perempuan (Seberu) yang akhirnya

menimbulkan konflik antara pihak perempuan dan pihak laki-laki. Selain itu pemuda dan pemudisudah tidak berminat lagi mengikuti acara Nrojok yang dibuat dalam masyarakat, para pemuda dan pemudi lebih suka mencari jodohnya sendiri tanpa campur tangan orang tua. Dengan berjalannya waktu, jaman semakin berkembang dan semakin banyak cara yang bisa dilakukan pemuda dan pemudi untuk mendapatkan jodoh. Tradisi pencarian jodoh Nrojok pada etnis Gayo Lues yang dulunya sangat diyakini oleh masyarakat Gayo Lues, namun pada saat sekarang ini tradisi pencarian jodoh pada etnis Gayo Lues sudah mengalami perubahan menjadi tradisi Manpasir. Sebenarnya tradisi Manapasir ini hampir sama dengan tradisi Nrojok yang dilakukan pada jaman dahulu, yang sama-sama memiliki tujuan untuk mencarikan jodoh pemuda dan pemudi yang berada dalam etnis Gayo Lues. Hanya saja tradisi pencarian jodoh (Manpasir) dilakukan pada saat-saat tertentu saja yaitu pada saat acara pernikahan.mencari pasangan dengan mengikuti tradisi manpasir lebih mudah dibandinkan dengan tradisi Nrojok pada jaman dulu. Pada umumnya acara Manpasir dilaksanakan pada malam hari yaitu pada upacara perkawinan dimana diadakan acara Manpasir yang dilakukan oleh pemuda dan pemudi masyarakat Gayo Lues. biasanya pada saat inilah dilaksanakan berbagai macam kegiatan diantaranya memakai hinai pengantin peria atau wanita (Bekacar) yang akan melangsungkan pernikahan, mengumandangkan syair-syair yang berisikan nasehat atau pantu-pantun yang disampaikan melalui tari saman dan didong, mendengarkan musik-musik daerah (Lagu Gayo) hingga larut malam. Biasanya dalam acara Manpasir ini berlaku sistem pembagian kerja antara pemuda dan pemudi, dimana sebagian pemuda dan

pemudi bekerja di dapur untuk menyiapkan makanan untuk dimakan bersama pada saat acara Manpasir berlangsung, sebagian pemuda dan pemudi bekerja merias tangan dan kaki pengantin peria atau wanita yang akan melangsungkan pernikahan dengan memakaikan hinai (Kacar). Para pemuda dan pemudi yang ikut dalam Manpasir ini berada dalam satu rumah yang cukup besar atau dalam tratak (Bangsalan) yang sudah disediakan, didalam rumah tersebut pemuda dan pemudi melakukan semua kegiatan yang akan dilaksanakan sampai tengah malam. Pada acara Manpasir ini tidak diperbolehkan anak gadis (Seberu) dan anak lajang (Sebujang) duduk berduaan, apabila hal ini terjadi maka mereka akan mendapat sanksi yang akan diberikan oleh pemuka adat (Jema Opat). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tradisi Adat Pencarian Jodoh (Manpasir) Pada Masyarakat Enis Gayo Di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues 1.2 Identifiksi Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah diatas yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1. Sejarah awal pelaksanaan tradisi Pencarian jodoh(manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues dari dahulu hingga sekarang 2. Langkah-Langkah / tatacara dalam acara Manpasir 3. Peranan orang tua dalam acara Manpasir 4. Faktor yang mempengaruhi pergeseran adat Manpasir 5. Usaha yang dilakukan untuk menaggulangi pergeseran adat Manpasir

1.3 Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penelitian di lapangan perlu diberi batasan batasan terhadap masalah yang akan dibahas agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan meringankan segala faktor yang dihadapi seperti waktu, tenaga dan biaya. Hal ini berguna agar dalam melaksanakan penelitian terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada Tradisi Adat Pencarian Jodoh (Manpasir) Pada Masyarakat Etnis Gayo Di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka masalah yang akan dibahas adalah: 1. Bagaiman sejarah tradisi Manpasir pada masa dahulu di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues? 2. Bagaimana tatacara Manpasir pada masa kini di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues? 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran adat Manpasir di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues? 1.5 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sejarah awal pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi pencarian jodoh (Manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran adat pencarian jodoh (Manpasir) di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Ilmu Antropologi penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemahaman dalam kajian ilmu antropologi khususnya mengenai Tradisi Pencarian Jodoh (Manpasir) Di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues, dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi ilmiah dalam kajian antropologi mengenai keberagaman bentuk praktik budaya yang terdapat di Sumatera Utara. Terutama hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan parbandingan bagi peneliti selanjutnya dibidang yang sama dalam melakukan penelitian di lokasi yang berbeda. 2. Bagi Masyarakat dapat dijadikan sebagai motivasi bagi masyarakat setempat dalam upaya melestarikan dan menjaga kebudayaan yang telah diwariskan secara turun- temurun dari nenek moyang khususnya mengenai tradisi Manpasir. Dan dapat dijadikan sebagai pemikiran baru bagi semua pihak yang terkait tradisi Manpasir. 3. Bagi Peneliti dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan berfikir penulis, khususnya dalam bidang penelitian mengenai adat Manpasirdi kecamatan rikit gaib kabupaten gayo lues, serta memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh semasa menempuh studi, di Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universtitas Negeri Medan.