BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

DAFTAR ISI... JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN.

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHUUAN. aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006). menyertai perubahan tersebut Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sulitnya mencapai pemahaman bagi siswa dalam pembelajaran sains seharusnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahluk hidup, lingkungan, dan interaksinya.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan mutu pendidikan dapat diukur dengan melihat keberhasilan pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Pendidikan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses sains sangat perlu dikembangkan pada siswa di tingkat sekolah menengah karena menekankan pada pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas (Depdiknas, 2006). Kreativitas sangat perlu dikembangkan pula pada siswa sekolah tingkat menengah. Kreativitas siswa akan berkembang jika keterampilan berpikir kreatif siswa dikembangkan pula dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Keterampilan berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran terbuka yang menjajaki berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar, 1999). Diharapkan dengan dikembangkannya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, maka siswa akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan berbagai alternatif pemecahan masalah. Sehingga siswa belajar untuk berpikir secara divergen bukan secara konvergen. Namun dalam proses belajar mengajar, keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Hal ini 1

2 disebabkan karena pada umumnya, pembelajaran di sekolah kurang mengarahkan siswa secara aktif dalam memperoleh pengetahuannya serta sekolah hanya terfokus pada tercapainya suatu jawaban yang paling tepat terhadap suatu masalah atau sekolah lebih mendorong cara berpikir konvergen daripada cara berpikir divergen yang potensial kreatif, sehingga kurangnya kondisi yang mendorong dan menunjang pemikiran kreatif. Mata pelajaran kimi memiliki tujuan yang sangat penting dalam pengembangan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kreatif. Tetapi mata pelajaran kimia di SMA masih dianggap sulit oleh siswa, karena mata pelajaran kimia mengandung konsep abstrak yang sulit dipahami oleh siswa, terutama yang berhubungan dengan mikroskopik kimia (Liliasari, 2009). Maka, guru kimia harus memikirkan dan membuat perencanaan pembelajaran secara seksama untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Memperhatikan hal tersebut, maka perlu dikembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai fungsi dan tujuan dari mata pelajaran kimia, yaitu untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan proses sains siswa. Salah satu caranya adalah dengan pelaksanaan kegiatan praktikum berbasis masalah. Menurut Arends (Abbas, 2000), model pembelajaran berbasis masalah ini berangkat dari masalah autentik atau nyata, sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan

3 dirinya. Sanjaya (2006) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi. Maka dengan pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan muncul kemampuan berpikir kreatif pada siswa. Salah satu usaha guru untuk menciptakan interaksi aktif antara siswa dengan lingkungan belajarnya sekaligus mengaktifkan kognitif, afektif dan psikomotor siswa tersebut dapat ditempuh melalui penggunaan strategi belajar dalam kegiatan laboratorium atau praktikum. Laboratorium adalah suatu tempat untuk melakukan eksperimen dan menguji kebenaran suatu teori maupun konsep. Dengan demikian, kegiatan laboratorium dapat memantapkan pemahaman subjek didik akan materi ajar yang telah diperolehnya dengan melakukan berbagai jenis percobaan atau praktikum (Arifin, 2003). Kegiatan praktikum kimia di sekolah saat ini tergolong kegiatan laboratorium verifikasi tradisional yang cenderung mengarah pada aspek keterampilan dalam pengukuran dan memverifikasi besaran-besaran yang terukur. Selain itu perangkat kegiatan praktikum kurang dapat memfasilitasi pada pencapaian tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini. Petunjuk praktikum yang terlalu rinci mengakibatkan kurang mendorong siswa untuk berkreasi mengorganisir kemampuannya untuk merencanakan dan menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

4 Pengembangan keterampilan proses sains dan kreativitas siswa dapat diterapkan salah satunya pada pokok bahasan hidrolisis garam. Pokok bahasan ini merupakan salah satu materi yang membutuhkan kegiatan praktikum untuk membantu siswa dalam pemahaman konsepnya. Karena, pokok bahasan hidrolisis garam bagi siswa SMA kelas XI merupakan salah satu materi yang mengandung konsep abstrak dan berhubungan dengan mikroskopik kimia. Walaupun sebenarnya, konsep ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari siswa dengan melihat gejala-gejala dan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar siswa. Berdasarkan pengalaman guru, materi hidrolisis garam sulit dipahami oleh siswa dan sering terjadi miskonsepsi (Tonih, 2004). Sebagai contoh, dalam menentukan ph larutan garam banyak yang beranggapan bahwa sifat larutan garam adalah netral dan ph garam selalu 7 karena berasal dari hasil reaksi penetralan suatu asam dan suatu basa. Kesulitan lain yang dihadapi siswa dalam materi hidrolisis menurut Pitasari (2002) adalah siswa kurang mengetahui aplikasi konsep hidrolisis dalam konteks nyata siswa atau kehidupan sehari-hari siswa, karena sedikitnya informasi yang siswa miliki melalui buku sumber acuan yang mereka miliki. Hamdu (2007) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa dalam kegiatan praktikum hidrolisis hasil kerja ilmiah siswa pada penerapan konsep hidrolisis masih cukup rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa, penerapan konsep hidrolisis dan keterampilan proses siswa dalam laboratorium masih rendah. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk

5 mengembangkan keterampilan proses sains siswa yang disertai dengan pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep hidrolisis garam melalui kegiatan praktikum berbasis masalah. Pelaksanaan praktikum hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis masalah mengenai sifat dan ph suatu larutan garam, untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan keterampilan berpikir kreatif siswa sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini diteliti agar mengetahui tahapan kegiatan siswa dalam menemukan jawaban dan alasan terhadap masalah hidrolisis garam secara utuh dan nyata, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan menguasai konsep yang esensial dari materi hidrolisis tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: Bagaimanakah kegiatan praktikum berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan hidrolisis garam? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka ada lima pertanyaan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah pengembangan program kegiatan praktikum berbasis masalah yang diterapkan pada pokok bahasan hidrolisis garam? 2. Bagaimanakah pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah terhadap keterampilan proses sains dalam aspek mengamati, menafsirkan, mengklasifikasikan, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan

6 alat dan bahan serta penerapan konsep siswa kelas XI pada materi hidrolisis garam? 3. Bagaimanakah pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas XI pada materi hidrolisis garam? 4. Bagaimanakah pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah terhadap penguasaan konsep siswa pada materi hidrolisis garam? 5. Bagaimanakah pandangan siswa dan guru terhadap kegiatan praktikum berbasis masalah yang dikembangkan pada materi hidrolisis garam? C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian lebih terarah, maka masalah dibatasi sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini menggunakan masalah-masalah nyata dalam kehidupan keseharian sebagai konteks siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. 2. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses sains dan pendekatan keterampilan berpikir kreatif. 3. Dalam penelitian ini, keterampilan proses sains yang diukur adalah aspek mengobservasi, menafsirkan, mengklasifikasikan, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan serta penerapan konsep siswa kelas XI pada materi hidrolisis garam. 4. Kemampuan berpikir kreatif yang diukur mencakup tiga komponen yaitu, pertama, kemampuan berpikir luwes (flexibility) dengan indikator

7 memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. Kedua, keterampilan merinci (elaboration) dengan indikator mencari pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci. Ketiga, keterampilan menilai (evaluation). 5. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praktikum. D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran praktikum berbasis masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep hidrolisis garam. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengembangkan program kegiatan praktikum hidrolisis garam berbasis masalah yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah pada materi hidrolisis garam dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa. 3. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah pada materi hidrolisis garam dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 4. Mengetahui pengaruh kegiatan praktikum berbasis masalah pada penguasaan konsep siswa pada materi hidrolisis garam.

8 5. Mengidentifikasi pendapat siswa dan guru tentang proses kegiatan praktikum hidrolisis garam berbasis masalah. E. Manfaat Penelitian Hasil penenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya, Manfaat bagi guru adalah : 1. Menghasilkan kegiatan praktikum berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Memberikan wawasan baru, tentang pelaksanaan praktikum yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Memberikan masukan dan informasi dalam memperbaiki proses pembelajaran kimia khususnya pada kegiatan praktikum sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa. Sedangkan manfaat yang diperoleh siswa adalah: 1. Pengalaman belajar yang baru dalam kegiatan praktikum berbasis masalah dalam pokok bahasan hidrolisis garam. 2. Mengembangkan keterampilan proses sains siswa melalui kegiatan praktikum berbasis masalah dalam pokok bahasan hidrolisis garam. 3. Mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui kegiatan praktikum berbasis masalah dalam pokok bahasan hidrolisis garam. 4. Membantu siswa dalam memahami konsep hidrolisis garam melalui kegiatan praktikum berbasis masalah.

9 F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan, yaitu: a. Orientasi siswa kepada masalah. b. Siswa diorganisasi untuk belajar. c. Bimbingan penyelidikan individual maupun kelompok. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Keseluruhan tahap utama ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam konsep hidrolisis garam. 2. Pembelajaran berbasis masalah berangkat dari masalah nyata (autentik) yang diberikan guru kepada siswa. Pada model ini, peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan fasilitas penelitian dan melakukan penelitian. Aspek yang diteliti dalam pembelajaran berbasis masalah ini adalah respon siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 3. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir menyebar (divergen) yang berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran baru (Roternberg dalam Supriadi, 1998). Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kreatif yang

10 diukur mencakup tiga komponen yaitu: Kemampuan berpikir luwes (Flexibility), Kemampuan merinci (Elaboration) dan kemampuan menilai (evaluation). Masing-masing diukur kemunculannya melalui indikator yang termasuk komponen berpikir kreatif. 4. Pendekatan keterampilan proses sains merupakan suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.