BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan tersebut sehingga masyarakat memperoleh informasi laporan keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan (Mulyadi, 2002). Pemberian jasa berkualitas tinggi adalah kunci utama suksesnya Kantor Akuntan Publik. Pemberian jasa berkualitas harus senantiasa menjadi tujuan utama dalam strategi bisnis Kantor Akuntan Publik. Tujuan ini perlu dikomunikasikan kepada semua staf di Kantor Akuntan Publik, secara teratur dan hasilnya dimonitor dengan baik. Pengendalian kualitas yang buruk menimbulkan kesan tidak profesional, yang nantinya akan berpotensi menimbulkan tuntutan hukum dan kehilangan reputasi dalam pekerjaannya (Tuanakotta, 2013). Agar bisa disebut competent, bukti-bukti harus valid dan relevan. Bukti yang valid harus dipercaya (reliable) dan meyakinkan (convincing); validity dihasilkan dari sistem informasi yang efektif. Relevan berarti bukti tersebut berkaitan dengan tujuan pemeriksaan (audit objectives) (Sukrisno, 2012). Menurut Haryono (2002), kualitas audit yang baik, yaitu sesuai dengan Standar Auditing dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Kualitas audit yang dihasilkan auditor dapat dipengaruhi oleh kompetensi diri auditor, dan independensi yang tinggi dari auditor, yang meliputi: 1. Standar Umum 2. Standar Pekerjaan Lapangan 1
2 3. Standar Pelaporan Salah satu contoh kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan PT. KAI. Perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut bersumber pada perbedaan mengenai masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28 milyar yang merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite Audit harus dibedakan pada tahun 2005. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perselisihan antara manajemen dan komite audit, dimana dalam menentukan pembayaran gaji untuk bulan Januari 2006, komite audit meminta untuk dibebankam pada Desember 2005. Menurut laporan yang dihasilkan oleh auditor eksternal, pembayaran gaji dapat dibayarkan dimuka pada bulan Desember 2005 untuk pembayaran gaji tahun 2006. Ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun, ketika komite audit mempertanyakan laporan tersebut, manajemen merasa tidak yakin sehingga pihak manajemen menggunakan jasa auditor eksternal (Komite Audit, 2008). Kualitas audit yang dihasilkan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang menimpa auditor BPK Bagindo Quirono. Dalam kasus ini diindikasikan bahwa auditor BPK Bagindo Quirono melanggar rekonstruksi dugaan terkait penyuapan auditor Badan Pemeriksaan Keuangan Negara (BPK) sebagai tersangka karena diduga telah menerima suap dari mantan pejabat Depnakertrans Bahrun Effendi sebesar Rp 650.000.000 (Kompas, 2009). PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
3 melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal (Bapepam, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lauw Tjun Tjun dkk (2012), menjelaskan bahwa auditor memerlukan kompetensi dan independensi guna meningkatkan relevansi dari laporan keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi pada kualitas audit. Subyek penelitian ini adalah kantor akuntan publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit dan independensi tidak berpengaruh terhadap audit kualitas parsial. Tapi kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit secara bersamaan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nur Samsi dkk (2013) mengenai pengaruh pengalaman kerja, independensi, dan kompetensi terhadap kualitas audit dikatakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan, independensi auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan, kompetensi auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan, interaksi antara pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan, interaksi antara independensi dan kepatuhan kepatuhan etika auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan, dan interaksi antara kompetensi dan kepatuhan
4 etika auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penentuan sampel menggunakan purposive/judgement sampling dan untuk menguji hipotesis menggunakan metode statistik regresi berganda (Multiple Regression). Hasil analisis menunjukan bahwa variabel pengalaman kerja, independensi, interaksi pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor, dan interaksi indpendensi dan kepatuhan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan variabel kompetensi dan interaksi kompetensi dan kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit 2. Bagaimana pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit 3. Bagaimana pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit 1.3 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, mencari dan mendapatkan informasi sehubungan dengan pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di Kota Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. 2. Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit. 3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit.
5 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini dapat memacu minat dan keinginan untuk memahami tentang kompetensi dan independensi auditor serta kualitas audit dalam dunia audit secara nyata. 2. Bagi Auditor Auditor dapat menyadari kegunaan kompetensi dan independensi untuk meningkatkan kualitas audit. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai sumber informasi, referensi, dan bahan pembanding untuk membahas penelitian selanjutnya mengenai topik yang berkaitan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka peneliti akan melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan selesai.