PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN PDIP PPP PD

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

Peran Pemerintah Dalam Strategi Peningkatan Keterwakilan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

Pembaruan Parpol Lewat UU

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

Peta Jalan Perjuangan Perempuan Menuju Pemilu Serentak 2019

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

BAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH

PT. Universal Broker Indonesia 1 MARKET OUTLOOK MEI: PILPRES. Oleh: Satrio Utomo PT. Universal Broker Indonesia. 26 April 2014

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

Menghadirkan Kepentingan Perempuan dalam Representasi Politik di Indonesia

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

Pencalonan DPR RI sebagian besar memenuhi aturan zipper system 1:3, namun fenomena yang muncul adalah pencalonan pada angka 3 dan 6.

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

KPPI dan Upaya Peningkatan SDM Perempuan Partai Politik" Disampaikan oleh :

Disampaikan oleh : Drs. AL MUZZAMIL YUSUF Nomor anggota A-249. Dibacakan pada Raker Pansus PEMILU dengan Pemerintah Kamis, 12 Juli 2007

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

REFLEKSI KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PARLEMEN PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DI INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM POLITIK LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. masyarakat untuk memilih secara langsung, baik pemilihan kepala negara,

MEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA

Mendorong Peningkatan Keterwakilan Perempuan di Parlemen: Kertas Posisi Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014

Transkripsi:

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan kesejahteraan umum 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadailan sosial

NAWACITA PRESIDEN RI JOKOWI-JUSUF KALLA Point (2) Nawacita: Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan

RPJMN 2015-2019 Meningkatkan Peranan & Keterwakilan Perempuan Dalam Politik & Pembangunan Sasaran: Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan dan meningkatnya keterwakilan perempuan dalam politik termasuk dalam proses pengambil keputusan di lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

RPJMN 2015-2019 Meningkatkan Peranan & Keterwakilan Perempuan Dalam Politik & Pembangunan Arah Kebijakan & Strategi: Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan Meningkatkan peran perempuan di bidang politik Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG)

HAK PEREMPUAN UNTUK BERPOLITIK DALAM UU UUD 1945 terutama pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa segala warga Negara bersama kedudukannya didalam hukum dan Pemerintahan dan wajib Menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualian UU No 39 tahun 1999 Tentang Hak asasi Manusia pasal 39, menyatakan : Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung,umum,bebas,rahasia,jujur dan adil sesuai dengan ketentuan perundang undangan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan Pemerintahan

HAK PEREMPUAN UNTUK BERPOLITIK DALAM UU Konvensi PBB tentang Hak-hak Politik Perempuan tahun 1952 yang diratifikasi dengan Undang-undang No 68 tahun 1958 Tentang Pengesahan Konvensi Tentang Hak-hak Politik Perempuan.

HAMBATAN PEREMPUAN DALAM POLITIK Karena perempuan yang berpolitik cenderung dianggap hanya mengerjakan pekerjaan sampingan, setelah urusan di rumahnya selesai atau tercukupi (Thomson, 2003). Karena politik itu sendiri kerap dipersepsikan sebagai sesuatu yang kotor, kasar, dan manipulatif (Aripurnami, 2000). Karena unsur pandangan agama (Platzdasch, 2000). Beberapa orang masih melihat perempuan tidak sepatutnya berpolitik, dan biar laki-laki saja yang berkecimpung aktif di parlemen.

HAMBATAN PEREMPUAN DALAM POLITIK masih lemahnya kualitas sumber daya manusia sebagian besar kaum perempuan, terbatasnya jumlah kaum perempuan yang memiliki kualitas dan kualifikasi mumpuni di bidang politik,dan rasa kurang percaya diri untuk bersaing dengan kaum laki-laki. Sementara itu, kendala-kendala eksternal antara lain adalah kultur masyarakat Indonesia yang cenderung patriarki, ketiadaan kemauan politik elite-elite partai untuk membuka ruang luas bagi keterlibatan kaum perempuan, dan sikap sebagian kaum laki-laki yang meremehkan kemampuan kaum perempuan di bidang politik.

PEREMPUAN DALAM PEMILU

Sistem Pemilu dari tahun 1999-2014 UU Pemilu Syarat Keterwakilan Perempuan dalam UU Partai Politik Keterangan Tahun 1999 : pemilihan.sistim proporsional tertutup, : Penetapan calon terpilih didasarkan pada rangking perolehan suara suatu partai di daerah Pada tahun 1999 menggunakan UU pemilu no 3 tahun 1999. UU No. 2/1999. Tahun 1999 Perjuangan affirmatif action Tahun 2004 : sistem Proporsional terbuka dengan Daftar Calon Terbuka. Proporsional Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah pemilihan. Jadi, suara yang diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan kursi yang mereka peroleh di parlemen atau UU No 12 tahun 2013 uu no 12 tahun 2003. Pasal 13 ayat (3) tentang Partai Politik yang mengintroduksi perlunya keadilan gender dalam kepengurusan partai. Pasal 65 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD menyatakan: Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.

Sistem Pemilu dari tahun 1999-2014 UU Pemilu Syarat Keterwakilan Perempuan dalam UU Partai Politik Keterangan Tahun 2009 : sistem proporsional terbuka yang mirip dengan Pemilu 2004. Namun, electoral threshold dinaikkan menjadi 2,5%. Artinya, partai-partai politik tatkala masuk ke perhitungan kursi caleg hanya dibatasi bagi yang berhasil mengumpulkan komposisi suara di atas 2,5% UU No. 10 Tahun 2008 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Pasal 20 : Kepengurusan Partai Politik tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3) disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30% (tiga puluh perseratus) yang diatur dalam AD dan ART Partai Politik masing-masing. Pada Pasal 8 ayat (1) huruf d menyatakan bahwa: Partai Politik dapat menjadi peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat.

Tahun 2014 : sistem pemilu propesional konversi suara menjadi kursi. UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pasal 8 ayat 2 e. Menyertakan sekurang-kurangnya 30 % keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat. uu No 2 tahun 2011 UU No 8 tahun 2012 pasal 55 dan 56 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif mengamanatkan sedikitnya 30 persen perempuan di daftar calon legislatif dan minimal terdapat satu perempuan diantara tiga calon legislatif. Tahun 2019 : sistem proporsional Terbuka UU No 7 tahun 2017 Gabungan 3 UU yaitu : 1. UU No 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2. UU No 15 Tahun 2008 Tentang Penyelenggara PEMILU 3. UU No 8 Tahun 2012 Tentang PEMILU DPRD, DPD dan DPRD UU No 7 tahun 2017 Pasal 173 ayat 2: point e. menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;

POTRET KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PEMILU DI INDONESIA

PEREMPUAN DALAM DPR RI TAHUN 1955 2004 PRIODE PEREMPUAN LAKI-LAKI 1955 1956 17 (6,3%) 272 (93,7%) Konstituante 1956-1959 25 (5,1%) 488 (94,9%) 1971 1977 36 (7,8%) 460 (92,2%) 1977-1982 29 (6,3%) 460 (93,7%) 1982-1987 39 (8,5%) 460 (91,5%) 1987-1992 65 (13%) 500 (87%) 1992-1997 62 (12,5%) 500 (87,5%) 1997-1999 54 (10,8%) 500 (89,2%) 1999-2004 46 (9%) 500 (91%) 2004-2009 61 (11,09%) 489 (88,9%) 2009-2014 103 (18%) 457 (82%) Data dari: WRI, Puskapol UI dan berbagai sumber lainnya

SUARA UNTUK CALEG PEREMPUAN 2014 No Partai Jumlah Pemilih % Suara Partai % Suara Perempuan Ranking Perolehan Suara Perempuan Terhadap Perolehan Suara Partai 1 PDIP 23.681.471 18.95 25.8 2 2 GOLKAR 18.432.312 14.75 22.16 7 3 Gerindra 14.760.371 11.81 23.06 5 4 Demokrat 12.728.913 10.19 24.23 3 5 PKB 11.298.957 9.04 23.62 4 6 PAN 9.481.621 7.59 20.68 9 7 PKS 8.480.204 6.79 18.23 10 8 NASDEM 8.402.812 6.72 22.15 8 9 PPP 8.157.488 6.53 26.85 1 10 Hanura 6.579.498 5.26 22.55 6

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN KURSI PEREMPUAN PADA PEMILU 2009 DAN PEMILU 2014 No PARTAI POLITIK PEMILU 2009 PEMILU 2014 Catatan Perubahan Kursi Perempuan Total Kursi Kursi Perempuan Total Kursi Kursi Perempuan 1 PDIP (3) 94 17 (19,1%) 109 21(19,27%) Naik 4 kursi 2 Golkar (2) 106 18 (17.9%) 91 16(17,58%) Turun 2 kursi 3 Gerindra (8) 26 4 (19.2) 73 11 (15,07%) Naik 7 kursi 4 Demokrat (1) 149 35 (23.5%) 61 13 (21,31%) Turun 22 kursi 5 PAN (5) 46 7 (15.2%) 49 9 (18,37%) Naik 2 kursi 6 PKB (7) 28 7 (25%) 47 10 (21,28%) Naik 3 kursi 7 PKS (4) 57 3 (5,3%) 40 1 (2,50%) Turun 2 kursi 8 PPP (6) 38 5 (13,2%) 39 10 (25,64%) Naik 5 kursi 9 Nasdem 35 4 (11,43%) 10 Hanura (9) 17 4 (23.5%) 16 2(12,50%) Turun 2 kursi. Total 560 101 560 97 Turun 4 kursi

PEROLEHAN KURSI LEGISLATIF PEMILU 2009 DAN 2014 Legislatif Jumlah Kursi Lakilaki % Jumlah Kursi Perempua n % Total Kursi DPR RI 463 82,68 97 17,32 560 DPD RI 98 74 34 26 132 DPRD Provinsi 1780 83,6 350 16,4 2130 DPRD kab/kota 14587 86,4 2296 13,6 16883 total 16.928 86 2777 14 19.705 Pemilu 2014 Pemutakhiran Data Asdep Politik dan PK, 34 Provinsi dan 498 Kab/Kota

Peningkatan keterwakilan perempuan. affirmative action kuota 30% keterwakilan perempuan dan zipper system Peningkatan keterwakilan perempuan akan lebih siqnifikan saat zipper system diberlakukan pada saat penentuan bakal calon DPR dan DPRD oleh Partai Politik. Disamping penentuan kuota calon perempuan 30% bakal calon perempuan itu harus diletakan pada 1 (satu) diantara 3 (tiga) bakal calon.

Peningkatan keterwakilan perempuan. affirmative action kuota 30% keterwakilan perempuan dan zipper system Jenis Kelamintion 1999-2004 2004-2009 2009-2014 Perempuan 9% 11,8% 18% Laki-laki 91% 88,2% 82% Tanpa affirmative action Dengan affirmative action kuota 30% perempuan Dengan affirmative action kuota 30% dan zipper system 1 diantara 3 bakal calon

Sikap Partai Politik Terhadap Usul Kuota Perempuan

REKOMENDASI UNTUK PARTAI POLITIK 1. Partai Perlu Melakukan perabaikan dan penguatan terhadap sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak 2. Partai Perlu mendorong kaderisasi, keanggotaan, dan kelembagaan internal partai yang lebih baik dengan penerapan kuota partai untuk perempuan. 3. Perlu perubahan paradigma pendidikan pemilih, ke arah memiliki kebutuhan kolektif dan kepentingan bersama.

4. Pembatasan parpol peserta pemilu perlu dilakukan agar perolehan suara dan kursi lebih terkonsentrasi ke beberapa parpol. Jika perolehan kursi terkonsentrasi ke sedikit parpol, calon perempuan di parpol tersebut berpeluang besar menjadi calon terpilih. 5. Pembatasan parpol masuk parlemen melalui ketentuan parliamentary threshold 2,5 persen tidak hanya diberlakukan terhadap pemilu anggota DPR, tetapi juga pemilu anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Dengan mekanisme ini maka perolehan kursi akan terkonsentrasi ke beberapa parpol. Jika hal itu terjadi, dampaknya adalah membesarnya peluang calon perempuan terpilih.

6. Jika parpol meraih kursi lebih dari satu, peluang calon perempuan terpilih jadi besar 7. Dalam sistem proporsional daftar terbuka pun, nomor urut masih berperan penting bagi keterpilihan calon perempuan. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah: (1) ketentuan kuota 30 persen keterwakilan dalam daftar calon perlu dipertegas sehingga parpol yang tidak memenuhi kuota di satu dapil tidak bisa ikut pemilu di dapil tersebut; (2) ketentuan daftar calon yang memuat sedikitnya satu calon perempuan dalam setiap tiga nama calon atau 1 in 3 diubah menjadi daftar calon disusun secara selang-seling berdasar jenis kelamin atau daftar zigzag atau zipper Untuk memudahkan akses perempuan masuk ke dalam daftar calon,

8. Dalam undang-undang parpol yang mengatur rekrutmen politik perlu diatur bahwa dalam mengajukan calon-calon pejabat publik, parpol menyertakan sedikitnya 30 persen perempuan. Ketentuan menyertakan 30 persen keterwakilan perempuan tidak hanya terdapat pada pengurus DPP parpol, tetapi lebih khusus pada pengurus harian DPP parpol karena pengambilan keputusan penting sesungguhnya terdapat dalam pengurus harian, bukan pada pengurus DPP. 9. Data hasil Pemilu 2009 pemilu DPD di mana pemilih memilih calon saja hasilnya calon perempuan terpilihnya mencapai 32 persen (sementara DPR hanya 18 persen), besar kemungkinan apabila metode pemberian suara dalam pemilu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota memilih calon saja akan menguntungkan calon perempuan.

Strategi Peningkatan Angka Keterpilihan Perempuan Sistem proporsional terbuka perlu dipertahankan. Selain bertujuan melawan oligarki di partai politik, hal tersebut juga mendorong penguatan fungsi dan kelembagaan partai politik untuk lebih terbuka dan demokratis, serta menantang partai politik untuk memperhatikan aspek pendidikan politik dan mekanisme rekrutmen yang baik. Menghadirkan makna sesungguhnya affirmatif action pencalonan perempuan dengan mendorong pengaturan pencalonan perempuan melalui kaderisasi dan kelembagaan internal partai yang lebih baik dengan penerapan kuota partai untuk perempuan. Pertama, dengan penerapan minimal 30% pada kepengurusan partai di tingkat pusat dan daerah.

Rekomendasi untuk Pemerintah 1. Pemerintah harus memperjuangkan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan (affirmatif action). 2. peningkatan jumlah kuota perempuan adalah dalam rangka memastikan implementasi pelaksanaan UU yang pro perempuan 3. Perlu adanya perubahan dari UU KDRT, PERKAWINAN dan perda yang merugikan perempuan atau RUU Keadilan Gender dan Kesetaraan Gender untuk setara dengan Laki-laki apalagi terjun dunia politik. 4. KPU perlu mengatur regulasi dalam tahapan kampanye pemilu agar proses kamoanye membuka proses deliberasi untuk membenturkan antara paltform, visi, misi, dan program antar partai politik dengan agregasi dan perumusan kepentingan yang telah dihasilkan antara wargadengan gerakan representasi politik non-elektoral. 5. Pemerintah perlu memberikan alokasi anggaran untuk melangsungkan pendidikan politik buat kaum perempuan, dan khususnya mendorong kaum perempuan untuk bersedia aktif berjuang melalui lembaga-lembaga politik yang ada.

Rekomendasi untuk Pemerintah 6. Melaksanakan kebijakan diantaranya : a. Inpres No.9 tahun 2000 ttg Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional dan Daerah. b. Peraturan Presiden terkait RPJMN 2004 2009 dan RPJMN 2009-2014 dan RPJMN 2015 2019. c. Permendagri No. 15/2008 yo No 67/2011 tentang Pelaksanaan PUG di daerah. d. SE empat Menteri: Mendagri, Menkeu, Men- PPN/Bappenas dan MenPP-PA tentang PPRG

Strategi Peningkatan Angka Keterpilihan Perempuan Jika memang pendanaan oleh negara dilakukan, maka harus dialokasikan untuk pendidikan politik dan rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik seperti pada poin kedua di atas, dan mendorong partai politik harus terbuka dan tidak berlaku diskriminatif sebagai konsekuensi penggunaan anggaran negara. Data identifikasi wilayah (kabupaten/kota; dapil) yang tinggi suara untuk caleg perempuan berdasar hasil pemilu 2009 dan 2014, akan berguna bagi strategi penempatan caleg perempuan pada wilayah potensial tersebut. Beberapa partai politik berargumen satu-satunya jalan menguatkan kelembagaan partai politik adalah beralih pada sistem pemilu porporsional tertutup, ini merupakan suatu bentuk kegagalan berpikir (logical fallacy).

Bung Karno untuk Wanita Indonesia: Wanita Indonesia, kewajibanmu telah terang! Sekarang ikutlah-serta-mutlak dalam usaha menyelamatkan Republik, dan nanti jika Republik telah selamat, ikutlah-serta-mutlak dalam usaha menyusun Negara Nasional. Di dalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah engkau nanti menjadi wanita yang bahagia, wanita yang Merdeka! (hlm.329)