BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, laporan. Pengertian laporan keuangan ada berbagai macam, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah informasi yang memberikan pengaruh sangat besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi tersebut akan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia perekonomian di Indonesia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semakin tinggi. Informasi saat ini tidak hanya produk sampingan,

BAB I PENDAHULUAN. investasi pada saat ini, para investor memerlukan lebih banyak informasi yang relevan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaksesuaian penafsiran informasi yang disajikan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut (APB Statement No. 4). Menurut Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, dari transaksi UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya (IAI, 2007). Ketepatan waktu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri. Menurut Belkaui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan tersebut (Sembiring, 2010). Laporan keuangan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyediaan dan perolehan informasi pada pembuatan keputusan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan dan kinerja perusahaan selama periode tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan informasi yang dihasilkan dengan sistem informasi. investasi, kredit dan yang serupa secara rasional.

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan berupa informasi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang go public. Semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di. pengambilan keputusan bisinisnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai berbagai fungsi. Fungsi utamanya yakni compliance function

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan (Daniswara dan Kiswara, 2015).

Faktor faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tentang suatu perusahaan semakin tinggi. Laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1.3), bahwa tujuan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk. yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh setiap perusahaan yang go public menjadi salah satu sumber

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan setiap perusahaan yang going-public. Laporan keuangan ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dalam bisnis investasi di pasar modal. Perkembangan pasar modal indonesia saat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Di dalamnya terkandung

BAB I PENDAHULUAN. (predictive value), (b) informasi mempunyai umpan balik (feedback value), dan (c)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya (going concern). Untuk itu tak sedikit dari perusahaan melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan

BAB I PENDAHULUAN. badan regulasi pasar modal (Bapepam). Tujuan laporan keuangan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi Leverage keuangan dan profitabililitas perusahaan. Para pemakai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perusahaan yang tidak hanya berguna bagi internal perusahaan tetapi juga berguna

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. berpendapat bahwa harus dibutuhkannya aturan-aturan dalam akuntansi yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan potret implementasi. mencerminkan betapa pentingnya ketepatan waktu (timeliness) penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat

BABl PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya kompjeksitas kegiatan operasi bisnisdan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Informasi tersebut dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah ketepatan waktu (timeliness). Ketepatan waktu laporan keuangan. keuangan sebagai alat bantu prediksi bagi pengguna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi untuk membuat keputusan investasi dan kredit. modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada

BAB I PENDAHULUAN. public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang telah go

BAB I PENDAHULUAN. tinggi permintaan audit terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, usaha bisnis investasi akan menjadi sangat diminati dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien. Pasar modal di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pasar modal dewasa ini meningkat dengan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang go public wajib menerbitkan laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan laporan keuangan adalah profitabilitas perusahaan. Para

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal yang diperkuat dengan sistem otomatisasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan tentunya dimasa mendatang bisnis investasi ini akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. public tentu harus mempublikasikan laporan keuangan perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan. Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Seperti yang dikemukakan Tyler (Susilowati, 1998, 2003, 2004 dalam Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi. 10

Seseorang lebih cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti patuh pada hukum karena hukum dianggap suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti patuh pada peraturan karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam Sulistyo, 2010). Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010). 2. Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2004), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat manajemen untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang diberikan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan juga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan atau SAK (2009), menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi perubahan modal, catatan dan laporan lain, serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu, juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan

laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis, serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 3. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan yang tercantum dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009) yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. 4. Pemakai Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan mengidentifikasikan para pemakai laporan keuangan berdasarkan kepentingan mereka. Pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Para pemakai laporan keuangan meliputi:

a. Investor, berkepentingan dengan risiko dan hasil dari investasi yang dilakukan. Informasi dibutuhkan untuk menentukan apakah akan membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Informasi yang biasa dilihat oleh investor adalah informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Kreditor, menggunakan informasi akuntansi untuk membantu memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapat dibayar pada waktu jatuh tempo. c. Pemasok, membutuhkan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo. d. Karyawan, membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, serta kemampuan memberi pensiun dan kesempatan kerja. e. Pelanggan, berkepentingan dengan informasi tentang kelangsungan hidup perusahaan terutama bagi yang memiliki perjanjian jangka panjang dengan perusahaan. f. Pemerintah, berkepentingan dengan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistik pendapatan nasional. g. Masyarakat, berkepentingan dengan informasi tentang kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta berbagai aktivitas yang menyertainya. 5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan IAI menekankan pentingnya karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang dihasilkan agar informasi tersebut benar-benar bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Karakteristik yang digunakan IAI adalah: a. Dapat Dipahami (Understandability)

Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. b. Relevan Relevan dipengaruhi oleh kualitas nilai prediksi (predictive value), nilai umpan balik ( feedback value), dan tepat waktu (timeliness). c. Keandalan (Reliability) Keandalan ditentukan oleh faktor penyajian yang jujur dan wajar (faitful representation), substansi mengungguli bentuk (substance over form), netralitas, pertimbangan sehat, dan kelengkapan. d. Daya Banding (Comparability) Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 6. Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK terdiri dari komponen-komponen: a. Neraca Neraca adalah laporan sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal pada suatu saat tertentu yang bertujuan untuk menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender sehingga disebut balance sheet.

b. Laporan Laba-Rugi Laporan ini merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi, yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba-rugi juga diartikan sebagai laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Laporan ini meringkas hasil-hasil dari kegiatan perusahaan selama periode tertentu yang mencakup aktivitas rutin atau operasional, maupun aktivitas yang tidak rutin dan jarang muncul. Laporan ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan perusahaan karena bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko perusahaan, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. c. Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode tertentu berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan mencerminkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas akan memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas juga memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu. e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta informasi tambahan, seperti kewajiban kontijensi, dan komitmen catatan laporan keuangan yang mencakup informasi yang dihasilkan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan lain yang diperlukan untuk menyajikan laporan keuangan secara wajar. f. Laporan lain serta materi penjelasannya yang merupakan bagian integrasi dari laporan keuangan, seperti laporan komitmen dan kontijensi perubahan untuk emiten dan perusahaan publik yang bergerak di bidang perbankan. 7. Pengungkapan Laporan Keuangan Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, pengungkapan berarti laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan. Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah: a. Cukup (adequate) Pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.

b. Wajar (fair) Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. c. Lengkap (full) Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan, sehingga tidak bisa dikatakan layak (Hendriksen dan Breda, 1992 dalam Chariri dan Ghozali, 2007). 8. Peraturan Penyampaian Laporan Keuangan di Indonesia Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996, disebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan independen, selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan. Namun kemudian Bapepam memperketat peraturan dengan mengeluarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Dalam lampirannya, Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di negara lain, dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor 40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di Negara Lain. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.7, disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain tersebut. Perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administrasi dan denda, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Selain sanksi administrasi dan denda oleh Bapepam dan LK, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dapat memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan publik yang terlambat menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan melebihi batas waktu yang telah ditetapkan oleh bursa. Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor 306/BEJ/07-2004 menerbitkan peraturan pencatatan berkala Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi yang batas waktu penyampaiannya disesuaikan dengan peraturan Bapepam No. X.K.2. Bursa Efek Indonesia juga menerbitkan keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor 307/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan Nomor I-H Tentang Sanksi. Bagi perusahaan yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut, disebutkan ada empat bentuk sanksi yang dikenakan terdiri atas: 1) Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan; 2) Peringatan tertulis II dan denda Rp 50.000.000,- apabila mulai hari kalender ke-31 hingga kalender ke-60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan, perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban

menyampaikan laporan keuangan; 3) Peringatan tertulis III dan denda Rp 150.000.000,- apabila mulai hari kalender ke-60 hingga kalender ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan atau menyampaikan laporan keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud pada ketentuan peraturan II di atas; 4) Penghentian sementara perdagangan dalam hal kewajiban laporan keuangan dan atau denda tersebut di atas belum dilakukan oleh perusahaan. 9. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Ketepatan waktu adalah suatu pemanfaatan informasi oleh pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuannya untuk mengambil keputusan. Informasi tidak dikatakan relevan jika tidak tepat waktu. Informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Chariri dan Ghozali, 2007). Standar Akuntansi Keuangan (2009), disebutkan bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu sering kali perlu melaporkan sebelum aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Sehingga perlu ada keseimbangan antara relevansi dan keandalan.

Ketepatan waktu menurut Chambers dan Penman (1984) dalam Hilmi dan Ali (2008) didefinisikan menjadi dua, yaitu (1) ketepatan waktu sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, dan (2) ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Sedangkan menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Bandi dan Hananto (2002) ketepatan waktu pelaporan dilihat dari: 1. Keterlambatan audit, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor. 2. Keterlambatan pelaporan, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan auditor sampai tanggal pelaporan oleh BEI. 3. Keterlambatan total, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa. Berdasarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996 menyebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan independen, selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan, kemudian diperketat dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan, yaitu terhitung tanggal 31 Maret. Oleh karena itu, sesuai dengan Peraturan

Bapepam Nomor X.K.2 dan didukung oleh peraturan terbaru Bapepam, X.K.6 tertanggal 7 Desember 2006, maka penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah di audit dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut. 10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Beberapa faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini yang sekiranya mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu: a. Likuiditas Perusahaan Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 2002). Menurut Sartono (2010), likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat waktunya. Likuiditas dapat dihitung dengan rasio-rasio sebagai berikut: Aktiva Lancar 1. Current Ratio = x 100% 2. Acid Test Ratio = Utang Lancar Aktiva Lancar - Persediaan Utang Lancar x 100% Berdasarkan rasio-rasio tersebut, Likuditas perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan. b. Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya, umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan mampu bersaing serta dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Umur perusahaan bisa diukur baik dari tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang bersangkutan maupun dari tanggal listed-nya perusahaan di pasar modal. Idealnya umur perusahaan diukur dari tanggal berdirinya (Owusu dan Ansah, 2000). Owusu dan Ansah (2000), menyatakan ketika sebuah perusahaan berkembang maka para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan yang menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang mempunyai umur lebih tua, cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan, dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena pengalaman belajar. c. Kompleksitas Operasi Perusahaan Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang), serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang diperlukan auditor untuk menyelesaikan

pekerjaan auditnya. Sehingga, hal itu juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik (Sulistyo, 2010). d. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi atas kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP. Kantor akuntan besar memiliki kualitas audit dan reputasi yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan kecil. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik, biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan swasta. Empat besar kantor akuntan tersebut adalah : 1. Price Waterhouse Coopers, 2. KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), 3. Ernst and Young, 4. Deloitte Touche Thomatsu. Awalnya kelompok big 4 ini dikenal dengan nama Big 8, dimana delapan kantor akuntan tersebut yaitu: 1. Arthur Andersen, 2. Arthur Young & Company,

3. Coopers & Lybrand, 4. Ernst & Whinney, 5. Deloitte, Haskins and Sells, 6. KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International dan KMG Group), 7. Price Waterhouse, 8. Touche Ross. Kemudian Juni 1989 Ernst & Whinney memutuskan untuk bergabung dengan Arthur Young dan membentuk Ernst & Young. Setelah itu pada bulan Agustus ditahun yang sama Deloitte, Haskins & Sells melakukan merger dengan Touche Ross yang kemudian menjadi kantor akuntan Deloitte & Touche,sehingga kelompok big 8 berubah menjadi big 6. Pada Juli 1998 Kantor Akuntan Price Waterhouse memutuskan untuk bergabung dengan Kantor Coopers & Lybrand yang kemudian membentuk Kantor akuntan Price Waterhouse Coopers, dengan begitu maka kelompok the big 6 berubah menjadi big 5, dengan anggota 5 Kantor Akuntan sebagai berikut : 1. Arthur Andersen, 2. Price Waterhouse Coopers, 3. Deloitte Touche Tohmatsu, 4. Ernst & Young, 5. KPMG. Pada tahun 2001 terjadi Skandal Enron, dimana kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan pengauditan Enron, dan dianggap menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam skandal Enron. Kejadian ini menyebabkan kebangkrutan bisnis Arthur Andersen yang bersifat global. Kantor-kantor partner di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan bergabung menjadi kantor akuntan internasional lainnya. Dengan adanya kejadian ini, maka hanya tersisa empat kantor akuntan internasional yang dikenal dengan nama big 4 sampai saat ini. Adapun kategori KAP the big four di Indonesia, yaitu: 1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan, 2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja, 3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja, 4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan (Sulistyo, 2010). 11. Penelitian Terdahulu Catrinasari (2006), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan perbankan go public di BEJ periode 2001-2003. Dalam penelitian tersebut rasio gearing, profitabilitas, dan umur perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ periode tahun 2002-2004 yang dilakukan oleh Almilia dan Setiady (2006), ditemukan bahwa ukuran perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan. Sementara variabel profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan item-item luar biasa dan/atau kontinjensi (Extra) tidak berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan. Rachmawati (2008), melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan timeliness pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2005. Hasil penelitiannya menemukan solvabilitas dan ukuran perusahaan signifikan berpengaruh terhadap penyampaian laporan keuangan perusahaan. Sementara, variabel internal auditor, ukuran KAP, dan profitabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hilmi dan Ali (2008), melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ peride 2004-2006. Dalam penelitian tersebut diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel leverage, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dalam penelitian Suharli dan Rachpriliani (2006), mengenai studi empiris faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam BEJ periode 2002-2003, ditemukan bukti empiris bahwa likuiditas,

profitabilitas, dan kantor akuntan besar berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. B. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan go public wajib untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit tepat waktu. Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, menyebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, masih banyak perusahaan yang tidak tepat waktu atau terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaannya, hal ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yaitu likuiditas, umur perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu kerangka penelitian sebagai berikut:

Likuiditas H 1 Umur Perusahaan Kompleksitas Operasi Perusahaan H 2 H 3 H 4 Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Reputasi KAP Gambar 2.1. Model Penelitian C. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: H 1 : probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari likuiditas perusahaan. H 2 : probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari umur perusahaan. H 3 : probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari komplektisitas operasi perusahaan. H 4 : probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari reputasi kantor akuntan publik (KAP).