MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

METODE PENENTUAN EFISIENSI KEBUTUHAN PUPUK UNTUK TANAMAN BERBASIS DATA PENELITIAN DAN KIMIA TANAH*)

Teknik Perbanyakan Lada Secara Cepat dan Masal melalui Kebun Induk Mini PENDAHULUAN

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MENGHADAPI DINAMIKA PERKEMBANGAN LADA DUNIA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

POLA TANAM NILAM. Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. PENDAHULUAN

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Benih lada (Piper nigrum L)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

TEKNOLOGI BUDIDAYA LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Kelapa-Sawit Rakyat di Kabupaten Indragiri Hulu

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

MENINGKATKAN KUALITAS BUAH DURIAN DENGAN PEMUPUKAN TEPAT DAN BERIMBANG

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

ANALISIS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L) ORGANIK DALAM POLYBAG DENGAN KONSEP KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

Transkripsi:

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung pengembangan lada organik, telah dibuat suatu model untuk mempermudah dalam menentukan kelayakan lahan untuk pengembangan tanaman lada secara umum. Model simulasi kelayakan lahan untuk pengembangan lada ini dapat pula digunakan untuk melihat peluang kemungkinan pengembangan lada organik. Model simulasi ini adalah suatu model yang diprogram berdasarkan pengalaman, penelitian dan berbagai referensi yang telah ada. Model ini sangat bermanfaat bagi yang akan mengusahakan tanaman lada. Dengan menggunakan model ini akan dihasilkan potensi kelayakan suatu lokasi untuk pengembangan lada umumnya dan lada organik khususnya. Dengan memasukan data hasil analisa dan atau data sekunder lainnya dapat ditentukan tingkat kesesuaian lahan dan iklim, B/C ratio sebagai dasar peluang pengembangannya. B/C ratio lebih dari satu menunjukkan bahwa lahan tersebut layak untuk pengembangan tanaman lada. Sebagai suatu kasus mengenai peluang pengembangan lada adalah lokasi Sukamulya, Sukabumi. Data yang digunakan adalah kondisi lahan, iklim, lingkungan dan ekonomi daerah tersebut. Sampel tanah diambil dari lokasi dan dianalisa di laboratorium Balittro. Seluruh data diolah berdasarkan metode Rosihan Rosman (2014). Dari hasil olah data dapat disimpulkan bahwa lokasi Sukamulya layak untuk pengembangan lada. Hal ini ditunjukkan dari nilai tingkat kesesuaian lahan sebesar dua yaitu sesuai dengan faktor pembatas yang masih dapat diatasi, sedangkan nilai B/C ratio lebih dari satu terjadi pada tahun ke empat sebesar 1,10 bila produksi dari panen pertama tahun ke tiga sebesar 600 kg/ha. Namun untuk lada organik, bila kita hanya dilakukan pemupukan organik, tanpa pupuk buatan dengan produksi hanya 550 kg/ha pada tahun ke tiga, maka B/C ratio lebih dari satu (1,17) akan terjadi pada tahun ke empat. Kata kunci: Model simulasi, kelayakan, pengembangan, lada PENDAHULUAN Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan termasuk famili Piperaceae (Nuryani, 1996). Hasil dari tanaman ini adalah buahnya. Buah lada digunakan sebagai rempah dan bahan baku industri. Selain itu dapat menghasilkan minyak atsiri. Meskipun bukan tanaman asli Indonesia peranannya dalam perekonomian nasional sangatlah besar (Wahid, 1996). Saat ini pengembangan lada telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebarannya tidak hanya ke daerah yang sesuai untuk pertumbuhannya, tapi juga ke daerah yang kurang sesuai. Pengembangan ke daerah yang tidak sesuai akan beresiko kegagalan dan investasi yang tinggi sehingga tidak mampu bersaing di pasaran (Rosman et al., 1996). Tanaman lada tumbuh dan menghasilkan dengan baik pada ketinggian sampai 500 m di atas permukaan laut (dpl), curah hujan yang diinginkan antara 2.000-4.000 mm/tahun. Curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun, bulan kering 1-3 bulan adalah terbaik, hari hujan 110-200 (Wahid et al., 1985). Suhu yang cocok untuk tanaman lada adalah 20 0 C (minimum)-34 0 C (maximum) dengan kisaran terbaik 21-27 0 C pagi hari, 26-32 0 C siang hari dan 24-30 0 C sore hari (Wahid dan Suparman, 1986). Di tanah gambut lada mampu tumbuh dan menghasilkan 0,48 kg/pohon (panen ke-1); 0,94 kg/pohon (panen ke-2); 0,90 kg/pohon (panen ke-3) 77

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 19 Juni 2014 dan lebih baik dibanding potensi nasional 0,53 kg/pohon (Rivai dan Dhalimi, 1996). Selain ketinggian dari permukaan laut, sifat kimia tanah (ph tanah, N, P, K dan sebagainya) sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanah yang memiliki ph rendah atau terlalu tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap tanaman. Nilai ph yang rendah perlu di kapur. Hal yang sama dilakukan pada lada (Yufdy, 1991) dolomit 0,5 kg/tanaman (Zaubin dan Manohara, 2004). Pemberian kapur merupakan suatu upaya peningkatan kemasaman tanah (ph) yang akan mempengaruhi keseimbangan unsur hara tanah. Selain itu menurut Sufiani dan Hobir (1998) ph yang rendah akan mengakibatkan timbulnya serangan nematoda. Begitu pula unsur-unsur N, P, K, Mg, fisika tanah (tekstur, struktur, drainase, kedalaman air tanah dan sebagainya). Nematoda merupakan penyebab penyakit kuning pada lada (Mustika, 1996). Oleh karenanya penanaman tanaman di lokasi yang sesuai merupakan syarat utama dalam pengembangan tanaman lada. Waard (1979 dalam Mustika, 1996) menyarankan penggunaan pupuk 400 kg N, 180 kg P, 480 kg K, 425 kg Ca dan 112 kg Mg per pohon per tahun. Di tingkat lapang, pupuk organik maupun anorganik sangat diperlukan, terutama pada tanah yang kurang subur. Pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemberian bahan organik juga akan mengubah kesimbangan hara tanah dan mempengaruhi jasad pengganggu tanaman (Manohara dan Kasim. 1996). Hasil penelitian Zaubin dan Manohara (2004) jumlah pupuk yang digunakan 2.400 g NPKMg (12:12:17:2)/pohon/tahun + 0,5 g kiserit dan 5 kg pupuk kandang/pohon menghasilkan 1,8-2,4 kg/pohon/tahun. Dosis ini masih terlalu tinggi dan petani akan sulit melakukannya. Selain tidak terjangkau karena mahalnya pupuk, dapat juga dianggap tidak efisien, karena tidak seimbang dengan harga lada. Disarankan dalam pemupukan sebaiknya didasarkan pada kondisi lahan. Lahan yang subur sebaiknya tidak perlu memberikan dosis terlalu tinggi dibanding yang tidak subur. Dengan demikian, teknologi yang dibutuhkan harus sesuai kondisi lahan dan iklim. Hasil pemetaan untuk lada di beberapa daerah telah dilakukan (Rosman dan Wahid, 1990), namun belum menjawab peluang ekonominya. Kondisi lahan sangat menentukan layak tidaknya tanaman lada dikembangkan di suatu lokasi. Dari kondisi lahan dapat diketahui besaran nilai ekonominya. Untuk lebih memudahkan dalam perencanaan suatu lokasi untuk pengembangan lada, seyogyanya dilakukan analisa kelayakan lahan maupun ekonominya. Suatu model yang telah ada dapat dijadikan pedoman untuk melakukan studi kelayakan lahan dan ekonomi suatu lokasi. BAHAN DAN METODE Untuk mengetahui kelayakan lahan pengembangan lada organik, telah dilakukan penelitian dengan mempelajari kondisi lahan dan iklim daerah Sukamulya, Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan dimulai sejak Maret 2013 sampai April 2014. Bahan yang digunakan selama penelitian adalah tanah jenis Latosol yang diambil pada kedalaman 0-100 cm. Tanah dianalisa di laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, baik fisik maupun kimianya. Selain itu diamati kondisi lingkungan sekitarnya meliputi keadaan drainase, kedalaman air tanah dan iklim. Untuk data ekonomi digunakan berdasarkan asumsi dan pendekatan keadaan saat itu serta referensi yang ada. Hasil analisa tanah dan data lingkungan (iklim maupun ekonomi) diolah berdasarkan metode/model simulasi yang dibuat oleh Rosman (2014), sebagaimana pada Gambar 1. Metode menggambarkan tingkat kesesuaian lahan, dan B/C ratio. 78

Rosihan Rosman : Model Simulasi Kelayakan Lahan Pengembangan Lada Organik Gambar 1. Model simulasi untuk kelayakan pengembangan tanaman lada (Rosman, 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Model simulasi menampilkan secara langsung kelayakan lahan dan iklim, dan kelayakan ekonomi. Hasil simulasi terhadap kelayakan lahan lokasi Sukamulya untuk lada organik. Kelayakan lahan dan iklim Hasil analisa tanah di laboratorium diperoleh ph H 2 O 5,04-5,47; C org 0,27-0,97%; N-total 0,10-0,21%; P 2 O 5 1,09-8,41%; K 1,25-1,72 cmol+/kg; tekstur pasir 6,94-23,01% Debu 8,21-14,58% dan liat 62,41-84,85%. Lokasi memiliki Jenis tanah Latosol, berdrainase baik, kedalaman air tanah lebih dari 100 cm, ketinggian 350 m dpl, hari hujan 2.000-3.000 mm/th, bulan basah 7-8, hari hujan 150-170 hari, kelembaban 80% dan temperatur 24-25 o C. Dari hasil olah data menurut metode Rosman (2014) pada Gambar 1, ternyata lokasi sesuai untuk pengembangan tanaman lada. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat kesesuaian lahan dengan nilai dua (Gambar 2) yaitu lokasi memiliki faktor penghambat yang masih dapat diatasi. Kelayakan ekonomi Untuk membedakan antara lada organik dengan anorganik, maka prosedur ekonominya pun berbeda. Dalam upaya mendapatkan analisa yang berhubungan dengan nilai ekonomi lada organik, maka pengolahan data bahan-bahan yang mengandung senyawa kimia sintetis tidak dimasukkan ke dalam model simulasi. Bahan-bahan yang mengandung senyawa kimia yang dimaksud adalah seperti pestisida kimia, pupuk kimia (urea SP-36 dan KCl). Kelayakan aktual Dari hasil simulasi kelayakan aktual, maka analisa ekonomi bila harga lada Rp 80.000,-, ternyata memiliki B/C ratio > 1 setelah tahun ke tiga atau pada tahun ke empat, yaitu 1,10. Dengan pendapatan bersih sebesar Rp 13.944.500,-. Hasil ini melalui penggunaan data asumsi produksi panen pertama umur tiga tahun sebesar 600 kg/ha dan perkiraan biaya, harga dan produksi sebagaimana Tabel 1 yang selanjutnya dihasilkan tingkat kelayakan ekonomi dalam usahatani tanaman lada, sebagaimana Gambar 2. 79

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 19 Juni 2014 Tabel 1. Perkiraan biaya, harga dan produksi dalam berusahatani lada anorganik Biaya Harga Biaya Harga Produksi (kg) 600 Upah (Rp) 30000 Insectisida : - Cair (lt) 0 Harga/kg 80000 Pengawas 0 - Serbuk kg 0 Urea 0 Fungisida (kg/lt) 0 TSP 3000 Unsur hara mikro (100 gr/tan) (kg) 0 KCl 0 Nematisida (kg/lt) 0 Tiang panjat 2000 1. Alat pertanian ringan (Unit) 100000 Bibit lada 6500 2. Sprayer biasa (Unit) 450000 Sprayer 450000 3. Power sprayer (Unit) 0 Tali rafia (kg) 10000 4. Gunting stek dll (Unit) 50000 Round up 0 5. Pelindung (alang-alang) (pikul) 25000 Ajir bambu 200 Alat pertanian 100000 Kieserit 0 Pukorg/10 kg 1000 Pengangkutan 50000 Lain-lain 100000 Gambar 2. Hasil evaluasi kelayakan dengan penambahan pupuk TSP dan organik (aktual) dalam usahatani lada Kelayakan dengan input teknologi penambahan bahan organik berupa pupuk kandang Kelayakan untuk lada organik tidak diberikan P dalam bentuk sintetis. Dengan memasukan penggunaan pupuk kandang dua kali lebih besar dari kondisi aktual sehingga nilai dalam kolom menjadi 2000, maka B/C ratio menjadi 1,17 di tahun ke empat, dengan keuntungan menjadi Rp 20.070.500,- dan dengan asumsi perkiraan produksi tahun pertama sebesar hanya 550 kg/ha (produksi lebih rendah dibanding dengan budidaya pupuk anorganik pada Tabel 2). Bila produksi tersebut demikian adanya, maka masukan inovasi teknologi organik yang akan dilakukan untuk daerah Sukamulya, Sukabumi akan menguntungkan. Namun permasalahannya, lokasi Sukamulya telah banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga perlu rehabilitasi lahan terlebih dahulu dengan tidak menggunakan bahan kimia sintetis selama beberapa tahun (lebih kurang lima tahun). 80

Rosihan Rosman : Model Simulasi Kelayakan Lahan Pengembangan Lada Organik Tabel 2. Perkiraan biaya, harga dan produksi dalam berusahatani lada organik Biaya Harga Biaya Harga Produksi (kg) 550 Upah (Rp) 30000 Insectisida : - Cair (lt) 0 Harga/kg 80000 Pengawas 0 - Serbuk kg 0 Urea 0 Fungisida (kg/lt) 0 TSP 0 Unsur hara mikro (100 gr/tan) (kg) 0 KCl 0 Nematisida (kg/lt) 0 Tiang panjat 2000 1. Alat pertanian ringan (Unit) 100000 Bibit lada 6500 2. Sprayer biasa (Unit) 450000 Sprayer 450000 3. Power sprayer (Unit) 0 Tali rafia (kg) 10000 4. Gunting stek dll (Unit) 50000 Round up 0 5. Pelindung (alang-alang) (pikul) 25000 Ajir bambu 200 Alat pertanian 100000 Kieserit 0 Pukorg/10 kg 2000 Pengangkutan 50000 Lain-lain 100000 Gambar 3. Hasil evaluasi kelayakan untuk lada dengan pupuk organik KESIMPULAN Dari hasil olah data berdasarkan metode Rosman (2014), dapat disimpulkan bahwa lokasi Sukamulya, Sukabumi dari segi analisa kesesuaian lahan secara aktual, layak untuk pengembangan tanaman lada (nilai dua) dengan B/C ratio lebih dari satu yaitu 1,10, bila produksi panen pertama pada tahun ke tiga sebesar 600 kg/ha. Namun peluang untuk tanaman lada organik, kesesuaian lahan termasuk sesuai (nilai dua) dan B/C ratio sebesar 1,17 bila produksi panen pertama terjadi di tahun ketiga sebesar 550 kg/ha. Peluang pengembangan lada organik di lokasi Sukamulya ini memerlukan tindakan tanpa masukan bahan kimia sintetis selama beberapa tahun (lima tahun) terlebih dahulu, karena tanah telah banyak menggunakan bahan kimia sintetis. 81

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 19 Juni 2014 DAFTAR PUSTAKA Manohara D dan R Kasim. 1996. Penyakit Busuk Pangkal Batang dan Pengendaliannya. Monograf Tanaman Lada. Balittro. hlm. 115-129. Mustika I. 1996. Penyakit kuning lada dan upaya pengendaliannya. Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. hlm. 130-141. Nuryani. 1996. Klasifikasi dan karakteristik tanaman lada (Piper nigrum L.). Monograf Tanaman Lada. Balittro, Bogor. hlm. 33-46. Rivai AM dan A Dhalimi. 1996. Pengembangan tanaman lada pada lahan potensial pasang surut. Monograf Tanaman Lada. Balittro. hlm. 105-113. Rosman R. 2014. Metode kelayakan lahan pengembangan lada (MKLPL). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 10 hlm. Rosman R dan P Wahid. 1990. Pemetaan kesesuaian iklim dan lahan untuk pengembangan tanaman lada di Propinsi Kalimantan Barat. Makalah Seminar Balittro, Bogor. Rosman R, P Wahid, dan R Zaubin. 1996. Pewilayahan pengembangan tanaman lada di Indonesia. Monograf lada. Monograf Tanaman Lada. Balittro. hlm. 67-75. Sufiani S dan Hobir. 1998. Tehnik produksi bibit. Monograf nilam, Balittro. hlm. 40-46. Wahid P. 1996. Sejarah perkembangan dan daerah penyebarannya. Monograf Tanaman Lada. Balittro. hlm. 1-11. Wahid P, I Las, dan R Zaubin 1985. Peta Kesesuaian Iklim dan Lahan Untuk Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Wahid P dan U Suparman. 1986. Teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman lada. Edsus littro II (1). Yufdy. 1991. Pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan beberapa varietas lada pada tanah Podsolik merah kuning. Pembr Littri 17(2): 31-36. Zaubin R dan D Manohara. 2004. The strategy of fertilizer use on black pepper (Piper nigrum L.) In Lampung. Journal of the pepper Industry 1(2): 1-15. M. Djazuli DISKUSI Tanya : Apakah yang menjadi dasar penetapan perbaikan lahan?. Jawab : Yang menjadi dasar penetapan perbaikan lahan adalah adanya tanah yang mengandung liat tinggi dan bulan kemarau yang panjang. Liat yang tinggi meski diolah akan mengendap lagi. Michell Darwis Tanya : Peta model simulasi seperti yang dicontohkan, apakah dapat diaplikasikan pada lahan organik di Indonesia? Jawab : Dapat.digunakan pada lahan organik dengan pembuatan peta untuk skala operasional (seperti 1:10000;1:25000) bukan skala arahan. Heri Tanya: Metode apa yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan? Jawab: Menggunakan metode simulasi yang dikombinasi dengan data kesesuaian lahan dan analisa ekonomi untuk membuat kelayakan, data diasumsikan dan dimasukkan sehingga diperoleh gambaran hasil. 82