BAB I PENDAHULUAN. tari, seni ukir, seni tekstil, seni patung, serta seni musik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajemukan bangsa Indonesia dikenal dengan banyaknya suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba yang sebagian besar berdomisili di pulau Sumatera tepatnya di

BAB I PENDAHULUAN. Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga

BAB I PENDAHULUAN. Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o o 19 LU dan 97 o 55

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I. Pendahuluan. lahir ide, gagasan, benda, maupun produk budaya lainnya. Produk-produk budaya

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 44 : Tablatular Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok etnis

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba adalah salah satu etnis yang terdapat di Sumatera Utara. Etnis

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya hingga pada berbagai fenomena yang terjadi pada fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA. yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak,

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB I PENDAHULUAN. lima kelompok masyarakat Batak lainnya, yaitu: Toba, Karo, Pakpak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai dalam upacara ritual maupun pertunjukan kesenian yaitu gendang lima

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas adalah Suku Batak Toba. Masyarakat di daerah ini datang dari daerahdaerah

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG

BAB I PENDAHULUAN. Melayu merupakan salah satu kelompok etnik (ras) besar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz

Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah

Cymbals Tomtom. Snare Bass drum. Hihat. Gbr Bagian-bagian dari seperangkat drum. Gbr 2.10: Seorang pemusik memainkan seperangkat drum

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dan sampai sekarang.dalam bahasa Yunani, musik atau mousike yang berarti

RUBIANA, 2015 PROSES PEMBUATAN SULING DIATONIS BERBAHAN BAMBU BUATAN ENGKUR KURDITA

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

2016 PENERAPAN MATERI PELATIHAN MARIMBA D ALAM 2009 CAROLINA GOLD PERCUSSION D I MARCHING BAND GITA SWARA SPANSA KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAB I PENDAHULUAN. yang ada, sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

Alat Musik Dawai. Istilah Kordofon. 1.1 Pendahuluan

PERANAN GRUP MUSIK MARSADA BAND DALAM MEMPOPULERKAN MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA KE MANCANEGARA. Lando M.P. Manalu ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan suatu hal yang sering kita samakan artinya yaitu suara. Bila

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dikenal dengan keberagaman suku dan etnisnya, setiap suku dan etnis tentunya memiliki kekhasan ada istiadat dan budaya masingmasing. Dalam setiap warisan budaya nenek moyang yang sudah ada sejak dahulu dan salah satunya kesenian yang turun-temurun diwariskan kepada generasinya walaupun pada setiap perkembangannya tidak bisa dijaga keutuhannya, ada seni tari, seni ukir, seni tekstil, seni patung, serta seni musik. Batak Toba adalah salah satu etnis yang terdapat di Sumatera Utara. Etnis Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, dan sub etnis Batak lainnya ialah Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Bagi etnis Batak Toba musik menjadi sebuah kebutuhan yang banyak digunakan untuk tujuan hiburan, ritual, serta upacara adat, maka terdapatlah dua buah ensambel 1. Ensambel tersebut antara lain, ensambel gondang sabangunan 2, dan gondang hasapi. Disamping ensambel gondang sabangunan dan gondang hasapi 3 atau yang disebut juga uning-uningan masih terdapat alat-alat musik yang berupa solo 1 Ensambel atau Ansambel (Kamus Musik M. Soeharto, 1992:4) dalam bahasa Prancis adalah kelompok kegiatan seni musik, dengan jenis kegiatan seperti tercantum dalam sebutannya. Biasanya tampil sebagai kerjasama pesertanya dibawah pimpinan seorang pelatih. 2 Gondang Sabangunan merupakan sekelompok alat musik atau ensambel Batak Toba yang digunakan ataupun berfungsi atau berperan untuk mengiringi upacara adat, ritual keagamaan, dan hiburan. 3 Dahulu gondang hasapi dipakai rakyat Batak khususnya Batak Toba untuk pesta yang sangat ritual, misalnya melayani orang yang kesurupan, mengobati orang sakit, menjauhkan roh jahat dll. (http://partukko.blogspot.com/2013/02/gondang-hasapi-batak.html) 1

instrument 4 yang lebih bersifat pribadi serta menghibur diri dan biasanya dimainkan pada saat waktu luang, seperti: a. Sulim, alat musik yang terbuat dari bambu, memiliki enam lubang nada dan memiliki satu lubang tiupan. Dimainkan dengan cara meniup dari samping yang dilakukan dengan meletakkan bibir secara horizontal pada pinggiran lubang tiup. Klasifikasi instrument ini masuk ke dalam kelompok aerophone 5. b. Saga-saga, terbuat dari pelepah pohon Aren yang dimainkan dengan cara menggetarkan lidah yang terbentuk dari badannya sendiri dan rongga mulut yang berperan sebagai resonator. c. Jeggong, instrument ini terbuat dari logam dan memiliki konsep yang sama dengan saga-saga. d. Talatoit, alat musik yang terbuat dari bambu, sering disebut juga salohat atau tulila, dimainkan dengan cara ditiup dari samping. Mempunyai lubang penjarian yakni dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan, sedangkan lubang tiup berada di tengah. Instrument ini biasanya memainkan lagu-lagu yang bersifat melodis dan bersifat ritmik. Klasifikasi Instrument ini termasuk ke dalam kelompok aerophone. e. Sordam, terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung bambu secara diagonal. Memiliki enam lubang nada, yakni di bagian atas dan satu di 4 Instrument (Kamus Musik M. Soeharto, 1992:54) dalam bahasa Inggris, yaitu alat musik yang digolongkan berdasarkan cara memakainya. 5 Aerophone penggetar utama penghasil bunyinya adalah udara. 2

bagian bawah, sedangkan lubang tiupnya merupakan ujung dari bambu tersebut. f. Tanggetang, terbuat dari rotan dan peti kayu sebagai resonator. Permainan instrument ini bersifat ritmik atau mirip dengan permainan gaya mengmung. Instrument ini termasuk dalam klasifikasi kordophone 6. Pada tulisan ini penulis ingin membahas saga-saga Batak Toba. Sagasaga termasuk dalam klasifikasi idiophone 7 yang terbuat dari bagot 8 atau disebut juga pelepah pohon Enau. Terbentuk dari dua badan dan benang sebagai penyambungnya yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda. satu bentuknya tipis, tengahnya dibentuk sehingga membentuk lidah yang bergetar dan memiliki fungsi sebagai penghasil bunyi, dua bentuknya bulat kosong yang fungsinya sebagai pegangan tangan untuk menarik tali. Saga-saga dapat dimainkan dalam posisi berdiri maupun duduk dengan cara tangan kiri menggenggam kain yang sudah menyatu dengan badan saga-saga tersebut guna menahan dan menempelkannya ke bibir lalu tangan kanan menggenggam tangkai bambu yang dihubungkan dengan tali benang pada ujung bilah sebelah kanan. Untuk membunyikannya maka benang itu ditarik-tarik atau dihentakkan ke arah samping kanan agak menyudut ke depan. Instrument musik ini dapat digolongkan ke dalam instrument ritmis sangat berbeda dengan instrument pembawa melodi yang biasa dimainkan pada alat musik Batak Toba lainnya seperti sulim, sarune etek, sarune bolon, hasapi, taganing, talatoit maupun saga-saga. Perbedaannya terletak dari hasil bunyi yang 6 Kordophone penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai. 7 Idiophone penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri. 8 Bagot adalah bahasa daerah Batak Toba yang artinya pelepah pohon Aren (Arenga pinnata). 3

dihasilkan saga-saga, terdengar seperti suara angin menderu-deru serta diiringi bunyi menghentak-hentak berirama teratur. Suara deru angin itu muncul dari udara yang terdapat pada rongga mulut si pemain sedangkan bunyi menghentakhentak dari tarikan tangan kanan. Perubahan bunyi atau karakter pada saga-saga dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator. Di Indonesia sendiri cukup banyak instrument yang memiliki organologi hampir serupa dengan saga-saga seperti, genggong (Bali), kuriding (Kalimantan Selatan), pikonane (Papua), karinding (Sunda), hodong-hodong pada etnis Simalungun (Sumatera Utara) dan lain sebagainya. Instrument yang serupa tidak hanya tersebar di Indonesia saja, misalnya di Vietnam ada hmong, di China ada kouqin, bahkan di wilayah Eropa juga ada Instrument yang serupa dan dikenal dengan nama Jew s harp. The Jew's harp, also known as the jaw harp, mouth harp, Ozark harp, trump, or juice harp, is a lamellophone instrument, which is in the category of plucked idiophones: it consists of a flexible metal or bamboo tongue or reed attached to a frame. The tongue/reed is placed in the performer's mouth and plucked with the finger to produce a note. The instrument is known in various cultures under different names. (http://en.wikipedia.org/wiki/jew%27s_harp) Dalam hasil wawancara dengan bapak Guntur Sitohang pada tanggal 14 November 2014, saga-saga ini dahulunya digunakan oleh para pemuda yang ingin martandang 9 kerumah seorang wanita yang disukainya, si pemuda memainkan saga-saga dari depan rumah dan si wanita membalas dengan memainkan sagasaga dari dalam rumahnya. Mereka meyakini bahwa suara yang dihasilkan dari saga-saga itu memiliki pesan-pesan yang disampaikan. Selain itu saga-saga juga 9 Martandang bahasa daerah Batak Toba yang artinya berkunjung. 4

digunakan untuk mengisi waktu luang berfungsi untuk menghibur diri dimainkan selepas pulang dari ladang maupun pada waktu santai dimalam hari untuk pribadi. Dengan melihat perkembangannya saat ini keberadaan saga-saga sudah jarang ditemui baik di setiap daerah Sumatera Utara, terbukti dari hasil pembicaraan dengan salah satu Dosen praktik musik Batak Toba Universitas Sumatra Utara pada bulan November 2014 lalu, yaitu Marsius Sitohang yang juga masih aktif bermusik tradisi Batak Toba baik di daerah Sumatra Utara maupun luar Sumatra bahkan sampai ke luar negeri serta hasil dari wawancara dengan Bapak Guntur Sitohang pada 13 November 2014 mengatakan saat ini sudah jarang orang yang bisa memainkan instrument saga-saga dengan baik. Sekitar tahun 1976 Guntur Sitohang sudah membuat alat musik Batak Toba. Instrument pertama yang menjadi karyanya yaitu sarune etek, dikarenakan dahulu pada setiap penampilannya Guntur Sitohang lebih sering memainkan instrument sarune etek dibandingkan instrument Batak Toba lainnya. Proses belajar membuat alat musik Guntur Sitohang tidak memiliki guru sebagai tempat belajar melainkan dengan memperhatikan alat musik yang ada kemudian beliau mencoba membuat alat musik sendiri. Setelah itu beliau mencoba membuat instrument lain seperti sulim, hasapi, saga-saga, taganing, sampai saga-saga. Pada tahun 1978 alat musik yang dihasilkan Guntur Sitohang sudah semakin banyak mendapatkan pesanan untuk dipakai para pemusik. Dengan banyaknya pesanan tersebut beliau semakin sulit untuk memenuhi permintaan yang ada, karena dari awal proses pembuatannya dilakukan seorang diri tanpa pernah memiliki anggota atau karyawan, kualitas menjadi alasan beliau enggan merekrut anggota karena 5

dibutuhkan ketelitian dan pemilihan bahan baku yang terbaik untuk sebuah alat musik yang dibuat oleh beliau. Menurut bapak Guntur Sitohang semakin jarang orang yang memiliki maupun yang mahir memainkan saga-saga saat ini. Bapak Guntur Sitohang memiliki prinsip untuk memprioritaskan kualitas dari setiap alat musik buatanya maka penulis tertarik untuk lebih dalam lagi membahas bagaimana kajian organologis atau kebudayaan material musik dalam Etnomusikologi seperti yang telah dikemukakan oleh Merriam (1964), maka penulis akan mencoba meneliti, mengkaji, dan menuliskannya dalam bentuk karya tulisan ilmiah dengan judul Kajian Organologis Saga-saga Batak Toba Buatan Bapak Guntur Sitohang Di Desa Turpuk Limbong Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini, yaitu: 1. Bagaimana Proses dan Teknik Pembuatan Saga-saga oleh bapak Guntur Sitohang. 2. Fungsi Saga-saga pada Masyarakat Batak Toba. 3. Bagaimana Teknik Permainan Saga-saga Batak Toba. 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan saga-saga buatan bapak Guntur Sitohang baik dari segi struktur bagian saga-saga maupun fungsional atau fungsi dari setiap bagian yang terdapat pada Saga-saga. 2. Untuk mengetahui fungsi saga-saga pada masyarakat Batak Toba. 3. Untuk mengetahui teknik permainan saga-saga Batak Toba. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai sagasaga Batak Toba di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara. 2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian yang berkaitan selanjutnya. 3. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama perkuliahan di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara. 4. Suatu upaya untuk melestarikan salah satu instrument musik tradisional Batak Toba. 7

5. Untuk memenuhi syarat ujian untuk mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Kajian merupakan kata jadian dari kata kaji yang berarti mengkaji, mempelajari, memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pengertian kata Kajian dalam hal ini adalah suatu penelitian atas pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti. (Badudu. 1982:132). Sedangkan organologi merupakan ilmu tentang instrument musik (alat musik) yang seharusnya tidak hanya mencakup sejarah dan deskripsi instrument saja, tetapi juga sama pentingnya, walaupun sebagai aspek yang terabaikan dalam Ilmu instrument musik, seperi teknik-teknik tertentu dalam memainkan, fungsi secara musik, hiasan (yang dibedakan dari konstruksi) dan berbagai pendekatan tentang sosial budaya (Hood, 1982:124). Istilah idiophone adalah klasifikasi alat musik yang ditinjau berdasarkan penggetar utamanya sebagai penghasil bunyi yaitu badan dari alat musik itu sendiri (Klasifikasi alat musik oleh Curt Sach dan Hornbostel, 1961). Saga-saga Batak Toba termasuk dalam klasifikasi idiophone, dan sagasaga termasuk ke dalam solo instrument yang dimainkan lebih bersifat pribadi namun berbeda dengan instrument solo lainnya, perbedaannya terletak pada suara 8

yang dihasilkan. Saga-saga memiliki suara yang khas, dengan hentakan berirama yang membuat kita mudah mengetahui bahwa suara yang dihasilkan berasal dari saga-saga. Dari konsep-konsep yang telah penulis sebutkan, dapat disimpulkan bahwa kajian organologis saga-saga Batak Toba buatan bapak Guntur Sitohang di Desa Turpuk Limbong, Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir, adalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi instrument, juga mengenai teknik-teknik pembuatan, cara memainkan, dan fungsi dari instrument saga-saga buatan bapak Guntur Sitohang tersebut. 1.4.2 Teori Etnomusikologi bukan hanya studi musik dari aspek oralnya, akan tetapi juga dari aspek sosial, kultural, psikologi, dan estetika. Ada setidaknnya enam wilayah penyelidikan yang menjadi perhatian dan salah satunya adalah mengenai budaya material musik. Penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Khasima Shusumu yaitu Measuring and Ilustrating Musical Instrument (Pendekatan yang mendasar untuk membahas mengenai budaya material instrument musik yaitu pendekatan secara struktural serta fungsional) dalam laporan Asia Performing Traditional Art (AFTA), 1978:174. Struktural berkaitan dengan pengamatan (observasi), pengukuran, perekaman atau pencatatan bentuk, ukuran besar kecil konstruksi, serta bahanbahan yang dipakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Fungsional 9

memperhatikan fungsi dari alat-alat atau kompenen yang memproduksi (menghasilkan suara) antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara bunyi, nada, warna nada, serta kualitas suara yang dihasilkan. Dalam tulisan ini mengenai proses dan teknik pembuatan saga-saga akan memakai pendekatan secara struktural serta fungsional. Untuk membahas teknik permainan saga-saga Batak Toba penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1963:98) Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat. Menurut teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu: idiophone penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, aerophone, penggetar utama bunyinya adalah udara, membranophone, penggetar utama bunyiyna adalah kulit atau membran, kordophone, penggetar utama bunyinnya adalah senar atau dawai. Mengacu pada teori tersebut, maka saga-saga Batak Toba termasuk kedalam kelompok idiophone, sumber bunyinya berasal dari getaran lidah yang terbentuk dari badannya sendiri dan rongga mulut yang berperan sebagai resonator. 10

Dalam mengkaji fungsi saga-saga pada masyarakat Batak Toba maka penulis juga melakukan pendekatan dengan sepuluh fungsi musik yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam (1964:219-226) yaitu: 1. Fungsi Pengungkapan Emosional 2. Fungsi Pengungkapan Estetika 3. Fungsi Hiburan 4. Fungsi Komunikasi 5. Fungsi Perlambangan 6. Fungsi Reaksi Jasmani 7. Fungsi yang berkaitan dengan Norma Sosial 8. Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial 9. Fungsi Kesinambungan Kebudayaan 10. Fungsi Pengintegrasian Masyarakat 1.5 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif (Kirk dan Miller dalam Moleong, 1990:3) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri serta berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan dalam peristilahannya. Untuk mendukung metode penelitian yang dikemukakan oleh Moleong, penulis juga menggunakan metode penelitian lainnya, yaitu kerja lapangan (field work) 11

dan kerja laboratorium (laboratory work). Hasil dari kedua disiplin ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final study) (Merriam, 1964 :37). Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data, umumnya ada dua macam, menggunakan metode pertanyaan (questionnaires) dan menggunakan wawancara (interview). 1.5.1 Studi Kepustakaan Studi pustaka ini diperlukan untuk mendapatkan konsep-konsep dan teori serta informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian pada saat melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Pada tahap sebelum ke lapangan dan sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan membaca tulisan-tulisan ilmiah, literatur, situs internet, buku dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. 1.5.2 Kerja Lapangan Penulis juga melakukan kerja lapangan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian serta melakukan wawancara bebas dan juga wawancara mendalam antara penulis dengan informan, dengan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, walaupun saat melakukan penelititan terdapat juga 12

hal-hal baru yang menjadi bahan pertanyaan. Hal ini dilakukan agar memperoleh data-data yang benar untuk mendukung hasil penelitian. 1.5.3 Wawancara Wawancara berfokus (focused Interview), wawancara bebas (free Interview), wawancara sambil lalu (casual Interview), metode yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:139). Dan penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan saat wawancara, pertanyaan dapat berkembang pada saat melakukan penelitian tetapi tetap sesuai dengan topik penelitian. Sebagai alat perekam pada saat penelitian penulis menggunakan handphone android bermerk Samsung. Sedangkan untuk pengambilan gambar (foto) digunakan kamera digital bermerk Canon Eos 1100d, dan alat tulis seperti pena serta buku tulis untuk mencatat hasil wawancara. 1.5.4 Kerja Laboratorium Sebagai kerja laboratorium maka data-data yang diperoleh dari hasil kerja lapangan selanjutya diproses dalam kerja laboratorium. Data-data yang bersifat analisi nantinya akan disusun dengan sistematika penulisan ilmiah. Datadata yang berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Meriam 1995:85). 13

1.5.5 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah lokasi yang merupakan tempat tinggal narasumber, bapak Guntur Sitohang yang berada di Kabupaten Samosir, Kecamatan Harian Boho dan desa Turpuk Limbong, disinilah beliau tinggal dan bertepatan disini juga lah beliau biasa melakukan proses pembuatan alat musik seperti saga-saga batak toba. 14