NASKAH PUBLIKASI. HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN SIKAP DAN ASUPAN KARBOHIDRAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN


BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, Fe DAN Mg DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun


Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

POLA KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB 4 HASIL PENELITIAN

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI Disusun Oleh : ANDRYAS LUKITA SARI J 300 120 040 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr. MOEWARDI Oleh: Andryas Lukita Sari *), Elida Soviana **), Nur Lathifah Mardiyati **) *Mahasiswa DIII Program Studi Ilmu Gizi FIK UMS **Dosen Program Studi Ilmu Gizi FIK UMS ABSTRACT Introduction : Diabetes mellitus is one of metabolic diseases characterized by high blood glucose levels (hyperglycemia) that occurs as a result of impaired insulin secretion, decreased insulin action, or both. One way to control diabetes mellitus is by controling blood glucose levels. One of factors that affect blood glucose levels is the intake of food include fiber intake. Objective : This study aimed to determine the relationship between fiber intake and blood glucose level in outpatients with diabetes mellitus type II at Dr.Moewardi hospital. Methods : This study was an observational study with cross-sectional design. Intake of fiber data were obtainel using a 24-hour food recall for 4 days which were not consecutive. The statistical tests used Pearson correlation tests. Results : Most respondents had low intake of fiber (69.1%) and high blood glucose level (76.4%). The correlation test showed P value of 0.039. Conclusion : There was a relationship between fiber intake and blood glucose level in outpatients with diabetes mellitus type II at Dr. Moewardi hospital Research suggestion : Patients of diabetes mellitus are, expected to improve their fiber intake to control blood glucose lavel. For hospital Dr. Moewardi expected to further improve nutritional counseling services on the diet of diabetes mellitus patients. keyword : fiber intake, blood glucose rate, diabetes mellitus PENDAHULUAN Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan tidak efektif dari produksi insulin, yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (Depkes,2005). Jumlah penderita diabetes mellitus akhir-akhir ini meningkat cepat, banyak diantaranya tidak menyadari bahwa penyakit tersebut berdampak serius. Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, diperoleh prevalensi diabetes mellitus 1

di Indonesia yang terdiagnosis dengan gejala sebesar 2,1%. Di provinsi Jawa Tengah sendiri prevalensi diabetes mellitus yang terdiagnosis dengan gejala sebesar 1,9%. Prevalensi ini terus meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, prevalensi diabetes mellitus cenderung lebih tinggi terjadi pada perempuan dari pada laki-laki, karena perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pascamenopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko menderita diabetes. Komplikasi kronis paling utama yaitu penyakit kardiovaskuler. Penderita juga memiliki risiko penyakit kardio-sebrovaskular seperi stroke hipertensi dan serangan jantung. Hiperglikemia merupakan sumber terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus, pada keadaan ini akan terjadi peningkatan stres oksidatif dan pada akhirnya menyebabkan komplikasi baik retinopati, neuropati atau nefropati diabetika. Hiperglikemia merupakan peningkatan kadar glukosa melebihi kadar normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah yaitu kurang berolah raga, stres, obesitas, dampak perawatan dari obat, dan asupan makan seperti serat. Bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi salah satunya cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji yang biasanya tinggi karbohidrat dan rendah serat (Rimbawan,2004). Berdasarkan survey pendahuluan dari rekam medis RSUD Dr.Moewardi pada tanggal 24 November 2014, antara bulan januari sampai dengan bulan November 2014 jumlah pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II sebesar 7.291 pasien, dengan persentase pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe II sebesar 3.375%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan asupan serat terhadap kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Dr. Moewardi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe II yang sedang menjalani rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi. Sabyek penelitian ini adalah bagian dari populasi yang ada dengan syarat sesuai kriteria penelitian terdiri dari pasien diabetes mellitus yang sedang menjalani rawat jalan, bersedia menjadi responden, mampu berkomunikasi dengan baik, dan tanpa penyakit komplikasi. Pengambilan sampel diambil menggunakan teknik Consecutive sampling berdasarkan rumus Lemeshow (1997). Didapatkan 55 sabyek. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer yang diambil yaitu Data identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat pekerjaan, data asupan serat yang diperoleh dari total konsumsi makan perhari yang diukur dengan metode food recal konsumsi makan 24 jam selama 4 2

hari tidak berturut-turut. Data primer diperoleh secara langsung dari penderita. 2. Data sekunder Data sekunder pada penelitian ini meliputi data pemeriksaan kadar glukosa darah dari laboratorium, diagnosis medis dokter dan data gambaran umum RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan analisis secara deskriptif dalam bentuk frekuensi dan presentasi. Hasil yang dianalisis antara lain data usia, data asupan serat dan, data kadar glukosa darah. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu meliputi variabel bebas dan terikat. untuk uji kenormalan data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Data terdistribusi normal uji hubungan yang digunakan yaitu Korelasi Pearson. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan terletak di Jl. Kolonel Soetarto No. 132 Surakarta. Berdasarkan SK Mentri Kesehatan. No.1011/Menkes/SK/IX/2007 ditetapkan sebagai rumah sakit tipe A dan sebagai pusat rujukan untuk Jawa Tengah bagian tenggara dan Jawa Timur bagian Barat. Hasil Analisis Univariat 1. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin n Persentase (%) Laki-laki 20 36,4 Perempuan 35 63,6 Total 55 100 Hasil pengumpulan data distribusi sampel menurut jenis kelamin seperti pada tabel 1 diketahui responden yang paling banyak menderita diabetes mellitus adalah yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 63.6%. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes mellitus karena wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pascamenopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko menderita diabetes mellitus tipe II (Irawan, 2010 dalam Trisnawati, 2013). 3

2. Karakteristik sampel menurut umur dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Karakteristik Kategori n (%) (Tahun) Usia (46-55) 21 38,18 (56-65) 32 58,18 (>65) 2 0,36 Total 55 100 Hasil pengumpulan data karakteristik responden menunjukkan jumlah responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 21orang (38,18%), responden dengan usia 56-65 tahun sebanyak 32 orang (58,18), sedangkan responden brusia > 65 tahun sebanyak 2 orang. Responden pada penelitian ini paling banyak adalah berusia 56 tahun yaitu sebanyak 58.18%. Menurut Waspadji (2005) penderita diabetes mellitus banyak dijumpai pada umur 40-60 tahun. Umumnya manusia akan mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis akan mengalami penurunan dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah usia 45 tahun dengan berat badan yang berlebih sehingga tubuh tidak peka terhadap insulin. 3. Karakteristik sampel menurut Asupan Serat dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Asupan Serat Asupan Serat n (%) Cukup 17 30,9 Kurang 38 69,1 Total 55 100 Menurut hasil penelitian asupan serat berdasarkan tabel 3 diketahui sebanyak 30.9% dalam kategori asupan serat cukup dan 69.1% termasuk dalam kategori asupan serat kurang. Serat makanan merupakan komponen dalam tanaman yang tidak tercena secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang tidak diserap oleh saluran pencernaan manusia (Rimbawan dan Siagian, 2004). Serat memiliki manfaat bagi tubuh yaitu meningkatkan intensitas pengunyahan makanan dalam mulut karena makanan berserat biasanya memiliki tekstur lebih keras, memperlambat penanganan glukosa dalam tubuh (memperlambat pencernaan dan absobsi KH) sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula dalam darah yang fluktuatif khususnya serat larut (Sudiarti dan Indrawani, 2005). Serat larut banyak ditemukan dalam buah-buahan, bijibijian dan beberapa jenis kacangkacangan (Wardlaw, 2007). 4. Karakteristik sampel menurut Kadar Glukosa Darah dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut kadar Glukosa Darah Puasa Kadar Glukosa n (%) Darah Puasa Normal 13 23,6 Tinggi 42 76,4 Total 55 100 4

Menurut hasil penelitian bahwa kadar glukosa darah yang diperoleh dari data riwayat pasien sebanyak 23,6% responden memiliki kadar glukosa darah normal dan 76,4% responden memiliki kadar glukosa darah tinggi. Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian diabetes mellitus yaitu jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan umur (Irawan, 2010). Hasil Analisis Bivariat 1. Hubungan asupan serat terhadap kadar glukosa darah puasa dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hubungan Asupan Serat terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Asupan Serat Kadar Glukosa Darah Total p Normal Tinggi n (%) n (%) n (%) Cukup 13 76.4 4 23.52 17 100 0.039 Kurang 0 0 38 1 38 100 Berdasarkan hasil penelitian diketahui persentase responden yang memiliki kadar glukosa darah puasa normal sebesar 76.4% dan hasil tersebut berasal dari responden yang memiliki asupan serat cukup, dan sangat berbeda dibandingkan dengan responden yang memiliki asupan serat kurang yaitu sebesar 0%. Persentase pada responden yang memiliki kadar glukosa darah puasa tinggi memiliki hasil yang lebih rendah dibanding responden yang memiliki kadar glukosa darah puasa normal dengan pola konsumsi yang tergolong cukup yaitu sebesar 23.52%. Responden yang memiliki asupan serat cukup belum tentu memiliki kadar glukosa darah normal begitu juga sebaliknya. Data variabel terikat sebelumnya dilakukan uji kenormalannya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. data peneliatian dinyatakan berdistribusi normal, oleh karena itu selanjutnya dilakukan uji korelasi Pearson. Pada variabel kadar glukosa darah puasa dengan asupan serat menunjukkan p 0,039 lebih kecil dari 0.05, artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan kadar glulosa darah puasa. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hartono (1995) yang menyatakan bahwa adanya serat dalam makanan menyebabkan kadar glukosa darah tidak mengalami kenaikan setinggi atau secepat yang diperkirakan, karena mengkonsumsi serat khususnya serat larut air (soluble fiber) akan memperlambat penyerapan glukosa dengan cara membentuk gel yang menghalangi penyerapan tersebut. Penyerapan glukosa yang lambat dari makanan akan memberikan kesempatan bagi insulin yang jumlahnya terbatas itu untuk menghadapi glukosa dengan jumlah yang lebih sedikit di dalam darah pada suatu saat. Disamping itu, makanan yang kaya serat akan memiliki massa yang tinggi dan kandungan lemak yang rendah. Keadaan ini menguntungkan bagi penderita diabetes mellitus karena kelebihan kalori dan kegemukan bisa 5

menyebabkan penyakit diabetes mellitus tidak terkendali. Simpulan 1. Asupan serat pada pasien rawat jalan diabetes mellitus di RSUD Dr.Moewardi yaitu sebesar 30,9% dalam kategori asupan serat pasien cukup, dan 69,1% termasuk dalam kategori asupan serat kurang. Kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan diabetes mellitus di RSUD Dr. Moewardi yait sebesar 23,6% dengan kadar glukosa darah normal dan 76,4% dengan kadar glukosa darah tinggi. 2. Ada hubungan antara asupan serat terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus nilai p = 0,039 (nilai p < 0,05). Saran 1. Bagi RSUD Dr. Moewardi Lebih meningkatkan pelayanan konseling gizi mengenai diet penderita diabetes mellitus kepada setiap pasien yang melakukan pemeriksaan atau kontrol ke rumah sakit. 2. Bagi pasien Diabetes Mellitus Diharapkan mempertahankan asupan makanan yang mengandung serat untuk menurunkan kadar glukosa darah sehingga tidak menimbulkan komplikasi. 3. Bagi peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kadar glukosa dengan melihat penggunaan obatobatan dan insulin, aktifitas fisik serta lama sakit pasien yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia dalam Trisnawati. 2013 Jurnal Ilmu Kesehatan. Kementrian Kesehatan Ripublik Indonesia.2013.Penelitian,B., & Pengembangan, D. A. RISET KESEHATAN DASAR Rimbawan dan Siagian, Albiner. 2004. Indeks glikemik pangan, cara mudah memilih pangan yang menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya Wardlaw, Gordon M. 2007. Perspectives in nutrition (4 th Ed). New York: Mc Graw-Hall Waspadji, S. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :Balai penerbit FKUI DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005 Diabetes Melitus Masalah Kesehatan Serius, Jakarta. Hartono, A. 1995. Tanya Jawab Diet Penyakit Gula. arcan : Jakarta. Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi 6