MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

dokumen-dokumen yang mirip
Adapun...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

- dalam kemampuan keuangan - akses pada pasokan dan pasar - kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan barang/jasa tertentu [psl 1 (4)]

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

BAB I PENDAHULUAN. karenanya, pada kondisi ini, para pelaku usaha berlomba-lomba untuk saling

BAB I LATAR BELAKANG

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

BAB I LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

POSISI DOMINAN. Ditha Wiradiputra. Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DRAFT PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 19 UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Persaingan Usaha dan Konsolidasi Industri. Oleh : Agus Priyanto, M.Kom

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... Lembar Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Intisari... Abstract... BAB I PENDAHULUAN...

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM PELAKSANAAN MERGERR (STUDI TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NO. 57 TAHUN 2010) SKRIPSI

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Diyana Theresia Berlian Siagian dan Ditha Wiradiputra 1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

RESTRUKTURISASI DAN KEGAGALAN USAHA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan penunjang pembangunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang dapat ditempuh penjual untuk memperbesar

SKRIPSI. Oleh : Umbaka Adi Prasetya NIM : C

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

*36423 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 29 TAHUN 1999 (29/1999) TENTANG PEMBELIAN SAHAM BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing (Ang, 1997). Strategi bersaing merupakan usaha untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat ini. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi dan persaingan bebas pada saat ini juga dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan 2 cara, yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth), atau

Fakultas Hukum UNTAG Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DRAFT Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 06/KPPU/PDPT/IV/2015 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

Kerangka Logis Perencanaan Strategis: Beberapa Pemikiran untuk KPPU

HOLDING BUMN: SELURUH SAHAM PEMERINTAH DI PGN DIALIHKAN KE PERTAMINA

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sedang berjalan, diakibatkan oleh banyaknya perusahaan yang ditutup serta

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mendorong pelaku usaha untuk melakukan pengembangan dalam

LARANGAN MERGER DALAM UNDANG-UNDANG ANTI MONOPOLI

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 30/KPPU/PDPT/XI/2013 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

PEMBENTUKAN GROUP COMPANY/ HOLDING MELALUI MERGER, KONSOLIDASI, DAN AKUISISI. Oleh : Prof Dr JAMAL WIWOHO, SH, MHum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 1. Status dan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

BAB III ANALISIS PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

Hukum Persaingan Usaha

Transkripsi:

MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

PENGANTAR MERGER PT A PT B DAPAT A/B

PENGANTAR KONSOLIDASI PT A PT B MUNCUL C

PENGANTAR AKUISISI PT A PT B ASAL: 1. 20% 2. 50% 3. 30% MENJADI: 1. 20% PT. A 50% 3. 30%

Merger / Penggabungan Pelaku usaha sebagai subjek ekonomi senatiasa berupaya untuk memaksimalkan keuntungan dalam menjalankan usahanya. Salah satu usahanya adalah merger. Keuntungan merger menciptakan efisiensi sehingga mampu mengurangi biaya produksi perusahaan. Selain itu, merger juga merupakan salah satu bentuk penyelesaian masalah bagi perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas, dengan melakukan merger, kreditor, pemilik, dan karyawan dapat terlindung dari kepailitan. Merger menjadi jalan keluar bagi pelaku usaha dalam memenuhi peraturan pemerintah apabila ingin bertahan dalam pasar.

Pengertian Merger menurut Pasal 1 angka 9 UUPT adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Kesimpulan: 1. Merger merupakan penggabungan dua perseroan atau lebih kedalam satu perseroan. 2. Perseroan yang menggabungkan diri menjadi berakhir atau bubar karena hukum

MERGER/PENGGABUNGAN Motivasi; Jenis; Akibat hukum.

Motivasi Merger Ada bermacam-macam teori yang mencoba menjelaskan, beberapa alasannya adalah: Memperluas pangsa pasar, dapat perusahaan sejenis atau tidak. PT. A berberak di bidang kosmetik. PT. B bergerak di bidang distribusi: menyalurkan berbagai barang, misalnya stationary, garment, babay food. Karena PT. B. bergerak dalam distribusi dan sekaligus supermarket, secara logika memiliki jalur pemasaran kuat dikarenakan mengetahui teknik pemasaran dan memiliki jaringan, yaitu retailer.

Motivasi Merger Apa motivasi PT. A melakukan merger dengan PT. B? PT. A pemasarannya mengalami kendala. Bila melakukan pemasaran sendiri maka investasinya besar, karena perlu rekrutmen, biaya training, dan memakan waktu yang lama. Cara apa yang termudah?.

Motivasi Merger PT. A dan PT. B melakukan merger. Dampak ekonomi: PT. A memanfaatkan jalur distribusi yang telah dirintis oleh PT. B. Memanfaatkan retailer dan supermarketnya; Cepat ketimbang membuat jalur distribusi sendiri; Lebih ekonomis karena tidak perlu perlu melakukan rekrutmen, biaya training dll.

Motivasi Merger Memperkuat kinerja perusahaan. PT A PT + B = 2 X Asumsi 1 x ditambah 1 x, menggabungkan dua kekuatan yang masing-masing mempunyai keunggulan, akan lebih baik ketimbang bertumpu sendiri.

Motivasi Merger Memperbaiki kinerja perusahaan. PT A PT + B =? Catatan: - PT. A. Penampilan buruk (in efisien) - Mis manajemen. Catatan: -PT. B -Penampilan baik.

Motivasi Merger Bila digabung (PT. A dan PT. B) maka seolaholah yang baik membantu yang buruk. Misalnya 1 x plus, akan lebih baik.

Jenis/ Klasifikasi Merger: 1. Horizontal merger adalah penggabungan dua atau lebih perseroan dalam kegiatan usaha atau bisnis yang sama, contohnya penggabungan Bank Mandiri dengan BDN, BAPINDO, BBD, Dan Bank Exim. 2. Vertical merger adalah penggabungan dua atau lebih perseroan, dimana diantara perseroan yang bergabung terdapat keterkaitan antara input dan output maupun keterkaitan pemasaran. 3. Congenitive merger penggabungan dua atau lebih perseroan yang kegiatan usahanya sejenis atau dalam industri yang sama, namun tidak memproduksi barang produk yang sama dan juga tidak ada keterkaitan supplier. 4. Conglomerate merger adalah penggabungan dua perseroan atau lebih dimana kegiatan usahanya di bidang industri yang berbeda.

Akibat hukum penggabungan 1. Terhadap aktiva dan pasiva, perseroan yang menggabungkan diri, karena hukum beralih sepenuhnya kepada perseroan yang menerima penggabungan. 2. Terhadap pemegang saham, pemegang saham perseroan yang menggabungkan diri, karena hukum atau demi hukum menjadi pemegang saham pada perseroan yang menerima penggabungan. 3. Terhadap perseroan yang menggabungkan diri, maka perseroan yang menggabungkan diri lenyap dan berakhir statusnya sebagai badan hukum, berakhirnya satatus perseroan yang menggabungkan diri terhitung sejak tanggal penggabungan mulai berlaku.

Peleburan / Konsolidasi Definisi peleburan pada Pasal 1 angka 10 UUPT 2007 adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan dan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan satatus badan hukum yang meleburkan diri berakhir karena hukum Aspek yuridis dan ekonomis dalam peleburan: 1. Peleburan merupakan perbuatan hukum yang dasarnya adalah kesepakatan. Artinya tunduk kepada hukum perjanjian. 2. Peleburan dilakukan dengan cara mendirikan perseroan baru yang artinya, nama perseroan lama tidak dipakai karena digantikan dengan nama perseroan baru. 3. Perseroan baru memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri. 4. Status badan hukum perseroan yang meleburkan diri, berakhir karena hukum. Berakhirnya perseroan yang meleburkan diri terjadi tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu.

Akibat hukum peleburan: 1. Aktiva dan pasiva perseroan yang meleburkan diri beralih karena hukum kepada perseroan hasil peleburan. 2. Pemegan saham perseroan yang meleburkan diri, karena hukum menjadi pemegang saham perseroan hasil peleburan. 3. Perseroan yang meleburkan diri, berakhir karena hukum terhitung sejak tanggal peleburan mulai berlaku.

Pengambilalihan / Akuisisi Pengambilalihan merupakan persetujuan antara pihak yang diambil alih dengan yang mengambil alih. Para pihak yang dapat mengambil alih dapat: 1. Badan hukum perseroan 2. Badan hukum bukan perseroan 3. Orang perorangan

Akibat hukum pengambilalihan tidak mengakibatkan perseroan yang diambil alih sahamnya, menjadi bubar atau berakhir. Perseroan tetap eksis dan valid. Hanya pemegang sahamnya yang beralih dari pemegang saham semual kepada yang mengambil alih.

Merger dalam sudut pandang anti monopoli Fungsi merger: 1. merger merupakan salah satu bentuk penyelesaian masalah bagi perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas, dengan melakukan merger, kreditor, pemilik, dan karyawan dapat terlindung dari kepailitan. 2. Merger dapat menjadi cara untuk meningkatkan daya saing secara nasional maupun internasional

Dalam sudut pandang anti monopoli, merger dimasukan kedalam posisi dominan, merger dapat dipandang sebagai salah satu aspek yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. Pengaturan mengenai merger konsolidasi dan akuisisi diatur dalam pasal 28 dan 29 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999. pasal 28 UU Nomor 5 tahun 1999 ini menyatakan secara jelas bahwa pelaku usaha yang hendak melakukan merger berkewajiban untuk memastikan bahwa tindakan mergernya tidak mengakibatkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Bagi pelanggar akan dikenakan sanksi berupa pembatalan, sanksi denda dan ganti rugi sesuai dengan pasal 47 ayat 2 butir e.

Permasalahan pengaturan merger di Indonesia Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 pasal 29 secara tegas menyatakan bahwa kewajiban bagi pelaku usaha untuk melaporkan telah terjadinya merger selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal terjadinya merger memperlihatkan bahwa undang-undang persaingan usaha indonesia menganut sistem post-merger notification. Padahal untuk mencegah terjadinya pembatalan merger, undang-undang persaingan usaha di banyak negara lain mewajibkan pelaku usaha yang hendak merger untuk memberitahukan rencana mergernya terlebih dahulu ( pre merger notification) kepada otoritas persaingan usaha, sehingga otoritas tersebut dapat melakukan penilaian apakah merger tersebut mengakibatkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat atau tidak. Suatu undang-undang persaingan usaha yang efektif tidak cukup hanya memerangi perjanjian kartel dan perilaku penyalahgunaan perusahaan-perusahaan yang menguasai pasar, tetapi juga perlu memerangi konsentrasi yang berlebihan dari kekuasaan ekonomi.

Merger dapat menjadi pro kepada persaingan, namun apabila tidak adal kontrol dari komisi persaingan, merger dapat menjadi anti persaingan. Keberadaan merger seharusnya membawa pengaruh yang posirif bagi perusahaan yang gagal dari segi operasional. Namun, pada prakteknya, kegiatan merger banyak disalahgunakan oleh pelaku usaha yang bermaksud untuk mengekspansi pasarnya. Pada kondisi dimana terdapat dua atau lebih perusahaan bergabung, maka pangsa pasar kedua perusahaan yang bergabung tersebut akan bersatu dan membentuk gabungan pangsa pasar yang lebih besar. Inilah yang menjadi fokus dari hukum persaingan. Di amerika, kekhawatiran utama dari merger adalah penciptaan atau penguatan market power dari perusahaan hasil merger. Di uni eropa, beberapa dampak yang menjadi perhatian sebagai akibat dari suatu merger antara lain: 1. Struktur pasar yang berdampak buruk; 2. Ketakutan terhadap lahirnya bisnis raksasa; 3. Sektor sensitif yang dikuasai asing; 4. pengangguran

Mengapa merger harus diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999? Penguasaaan pasar erat kaitannya dengan posisi dominan. Persentase pangsa pasar menjadi patokan dalam penentuan posisi dominan suatu perusahaan. Apabila dua atau lebih perusahaan bergabung, maka perusahaan hasil merger tersebut dapat meraih atau memperkuat posisi dominan dalam pasar. Jika demikian halnya, maka peluang terjadinya penyalagunaan posisi dominan pun akan semakin besar. Di amerika, penggabungan merger dipisahkan menjadi dua kategori: 1. Unilateral effect adalah merger yang menciptakan satu pelaku usaha tunggal yang memiliki kekuatan penuh atas pasar, memantapkan posisi satu pelaku usaha yang sebelumnya telah memiliki kekuatan atas pasar (posisi dominan), dan menghalangi para pelaku usaha baru untuk masuk ke pasar. 2. Coordinated effect adalah merger yang memudahkan para pelaku usaha yang telah ada didalam pasar untuk mengkoordinasikan perilaku para pelaku usaha tersebut sehingga mengurangi persaingan harga, kualitas, dan kuantitas.

Pengaturan merger di Indonesia Pengaturan merger di Indonesia sangat jauh dari sempurna. Pasal 28 dan 29 hanya melarang merger yang memiliki potensi terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Oleh karena itu, kita masih harus melihat pengaturan merger yang dilakukan di Amerika. Clayton act menyatakan 5 isu krusial antara lain: 1. Level konsenterasi pelaku usaha dalam pasar bersangkutan yang mungkin menimbulkan praktek anti persaingan dalam hal merger. 2. Efek potensial yang merugikan dari merger, baik itu melalui perbuatan koordinasi antara para pelaku usaha ataupun melalui kemungkinan bahwa perusahaan hasil merger secara unilateral dapat membawa dampak pada perubahan harga dan produksi. 3. Luas lingkup dan peranan pemain baru dalam pasar. 4. Karakteristik lain dari struktur pasar dimana perusahaan hasil merger mencoba meningkatkan market power. 5. Luas lingkup merger yang bersangkutan dengan cost saving dan efisiensi yang diperbolehkan sebagai alasan dari merger untuk meningkatkan market power, dan bukti efisiensi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan.

Melihat praktek di banyak negara, ditentukan paling tidak terdapat 3 alasan utama mencegah penutupan transaksi merger yaitu jika merger dilakukan untuk menimbulkan atau mempertahankan posisi dominan atau untuk mengurangi persaingan atau menimbulkan kerugian terhadap kepentingan umum. Untuk dapat mengatakan suatu merger itu termasuk kedalam 3 hal diatas, maka dapat dilakukan test terhadap merger yang dilakukan.

Dominance Position Test Test ini mensyaratkan bahwa beberapa kriteria yang harus dianalisa untuk menentukan adatidaknya posisi dominan pangsa pasar perseroan hasil merger sangat besar sehingga dalam pasar bersangkutan tidak terdapat pesaing atau pesaing berarti. Ukuran untuk menentukan adanya posisi dominan berbeda antara satu negara dengan negara lain.

Substantial Lessening Of Competition Test Test ini digunakan oleh otoritas persaingan di amerika yang kemudian diikuti oleh banyak negara. Pada intinya SLC tes mengatakan bahwa merger harus dilarang apabila merger yang dilakukan berpotensi mengurangi persaingan. Selain itu, merger yang dilarang adalah merger yang memberikan kemampuan kepada para pelaku usaha dalam pasar untuk mendapatkan keuntungan melalui tindakan koordinasi

Public Interest Test Test ini mengatakan bahwa merger perlu dilarang apabila merugikan kepentingan umum. Contohnya, di amerika, misalnya kepentingan umum khusunya lapangan pekerjaan dijadikan pertimbangan.

Bagaimana dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999? Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tidak secara tegas mengatur mengenai tes substasni untuk melarang atau memperbolehkan sebuah transaksi merger. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 hanya menentukan bahwa apabila dapat menimbulkan prakti monopolil atau persaingan usaha tidak sehat maka transaksi merger harus dilarang, bahkan dapat dibatalkan oleh KPPU. Sementara itu, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 menentukan bahwa merger harus dicegah apabila transaksi tersebut memingkinkan terjadinya monopoli atau monopsoni. Pada intinya, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 menggunakan ters substansi yang tidak berbeda dengan SLC test maupun DP test.