HALAMAN JUDUL GAMBARAN CITRA TUBUH PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta SADAM AHMADI 2212073 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2016 i
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul: Gambaran Citra Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menajalani Hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Usulan penelitian ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada: 1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku direktur Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Tetra Saktika A.M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 3. Miftafu Darussalam, M.Kep., Sp.Kep.MB, selaku Pembimbing I dalam penyusunan skripsi. 4. Wenny Savitri, S.Kep., Ns., MNS, selaku Pembimbing II dalam penyusunan skripsi. 5. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp., Kep.J selaku Penguji atas segala masukan, bimbingan, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. 6. RSU PKU Muhammadiyah Bantul DIY yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua. Yogyakarta, Agustus 2016 Sadam Ahmadi iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix INTISARI... x ABSTRACT... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Keaslian Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gagal Ginjal Kronis... 7 B. Hemodialisis... 18 C. Citra Tubuh... 24 D. Dampak Hemodialisis Terhadap Perubahan Citra Tubuh... 31 E. Kerangka Teori... 33 F. Kerangka Konsep... 34 G. Pertanyaan Penelitian... 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 35 B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 35 C. Populasi dan Sampel Penelitian... 35 D. Variabel Penelitian... 36 E. Definisi Operasional... 36 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data... 37 G. Validitas dan Reliabilitas... 38 H. Pengolahan dan Analisa Data... 41 I. Jalannya Penelitian... 42 J. Etika Penelitian... 44 v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 46 B. Pembahasan... 49 C. Keterbatasan Penelitian... 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 55 B. Saran... 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1 Kerangka Teori...32 Gambar 2 Kerangka Konsep... 33 vii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dengan Rumus Kockkroft Gault...... 8 Tabel 2 Definisi Operasional Variabel... 35 Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Perubahan Citra Tubuh... 37 Tabel 3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha... 39 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul... 48 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Komponen Citra Tubuh Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul... 49 Tabel 6 Gambaran Citra Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 49 viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Jadwal Penelitian Lampiran 2 Permohonan Penelitian Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Izin Menjadi Responden Lampiran 5 Kuesioner Gambaran Citra Tubuh Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7 Frekuensi Responden Lampiran 8 Hasil Penelitian Lampiran 9 Lembar Bimbingan Konsultasi Lampiran 10 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 11 Surat Izin Uji Validitas Lampiran 12 Surat Izin Penelitian Lampiran 13 Surat Etichal Clearance ix
GAMBARAN CITRA TUBUH PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Sadam Ahmadi 1, Miftafu Darussalam 2, Wenny Savitri 3 INTISARI Latar Belakang : Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2011 terdapat 76 kasus penyakit gangguan fungsi ginjal (Dinkes Bantul, 2013). Salah satu tindakan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis adalah hemodialisis, yang memiliki dampak pada gangguan citra tubuh. Tujuan : Mengetahui gambaran citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan crosssactional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil : Berdasarkan penelitian diperoleh data mengenai gambaran citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dengan citra tubuh positif pada domain appearance evaluation 75,7%, appearance orientation 58,6%, body area satifaction 81,4%, oveorweight preoccupation 91,4%, dan self classified weight 71,4%. Kesimpulan : Sebagian besar pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul adalah positif yang meliputi appearance evaluation, appearance orientation, body area satifaction, oveorweight preoccupation, dan self classified weight. Kata Kunci : Pasien gagal ginjal kronis, Hemodialisis, Citra tubuh. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani 2 Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani 3 Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani x
BODY IMAGE FEATURES OF CHRONIC RENAL FAILURE PATIENTS THOSE UNDERGOING HEMODIALYSIS IN UNIT HEMODIALISA RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Sadam Ahmadi 1, Miftafu Darussalam 2, Wenny Savitri 3 ABSTRACT Background: Data were obtained from the Health Office in Bantul Regency Government states that in 2011 there were 76 cases of impaired renal function (Bantul Health Office, 2013). One of the actions performed in patients with chronic kidney disease is hemodialysis, where such measures have an impact on body image disturbance. Objective: To determine an overview of body image in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at PKU Muhammadiyah General Hospital in Bantul. Methods: This research is a descriptive cross-sactional. Sampling using total sampling amount to 70 respondents. The data collection was conducted using questionnaires and data analysis used is the univariate analysis. Results: Based on the research data showed on a picture image of the patient with chronic renal failure undergoing hemodialysis with a positive body image on the domain of appearance evaluation 75.7%, 58.6% apperance orientation, body area satifaction 81.4%, 91.4 preoccupation oveorweight %, and 71.4% self classified weight. Conclusion: The majority of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in the hemodialysis unit RSU PKU Muhammadiyah Bantul is positive evaluation that includes appearance, appearance orientation, body area satifaction, oveorweight preoccupation and self classified weight. Keywords: patients with chronic renal failure, hemodialysis, body image. 1 A Student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta 2 A Lecture of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta 3 A Lecture of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progesif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) di dalam darah (Mutaqin & Sari, 2011). Gagal ginjal dapat berakibat fatal yang ditandai dengan uremia dimana urea dan limbah nitrogen lainnya beredar dalam darah yang mengakibatkan komplikasi jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal (Nursalam, 2009). Prevalensi gagal ginjal kronis di Amerika Serikat berdasarkan Center for disease control and prevention pada tahun 2011 diperkirakan lebih dari 10% orang atau lebih dari 20 juta orang yang berisiko mengalami gagal ginjal kronis. Sedangkan jumlah penderita gagal ginjal kronis tahap akhir di Amerika Serikat yang menjalani pengobatan sebanyak 113.136 penderita (National Chronic Kidney Disease, 2014). Pada tahun 2012 dalam survey komunitas yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), di Indonesia prevalensi populasi yang memiliki gangguan ginjal sebesar 12,5% dari 9.412 populasi di 4 kota Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali). Pada tahun 2013 berdasarkan data survey yang dilakukan PERNEFRI mencapai 30,7 juta penduduk yang mengalami penyakit gagal ginjal kronis dan ada sekitar 14,3 juta orang penderita penyakit gagal ginjal tingkat akhir yang saat ini menjalani pengobatan (PERNEFRI, 2013). Sedangkan prevalensi jumlah penderita gagal ginjal kronis di DIY tahun 2012 adalah 461 penderita (Depkes DIY, 2013). Salah satu tindakan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis adalah hemodialisis. Hemodialisis adalah suatu prosedur dengan mengalirkan darah 1
2 kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialyzer) yang terdiri dari dua kompertemen yang terpisah. Frekuensi tindakan hemodialisis bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata penderita gagal ginjal kronis menjalani hemodialisis dua kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan terapi hemodialisis paling sedikit tiga sampai empat jam setiap kali tindakan terapi (Sudoyo, 2009). Salah satu dampak yang terjadi pada klien yang menjalani hemodialisis adalah mengalami gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh merupakan salah satu masalah yang akan dialami pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis akibat adanya perubahan fungsi struktur tubuh pasien. Gangguan citra yang dapat dialami meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan bentuk tubuh, dan keterbatasan gerak (Muttaqin & Sari, 2011). Citra tubuh merupakan persepsi perasaan dan sikap individu tentang tubuhnya baik secara internal maupun eksternal terhadap karakteristik dan kemampuan fisiknya yang dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan orang lain (Potter & Perry, 2010). Tanda dan gejala seorang mengalami gangguan citra tubuh yakni menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang telah berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi dan akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif terhadap tubuh, dan mengungkapkan keputusasaan dan ketakutan (Kusumawati & Hartono, 2010). Gangguan pada citra tubuh pasien ini dapat berada pada domain fisik, hubungan sosial, dan lingkungan (Oxtavia, 2013). Hal ini tentu saja dapat memberikan dampak yang buruk pada kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesembuhan gangguan psikis pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah dukungan keluarga dan sosial. Hubungan dukungan keluarga yang kuat dapat memberikan pengaruh positif bagi kesehatan fisik maupun psikis, sedangkan dukungan sosial dapat menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri (Parwanti, 2015). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2011 terdapat 76 kasus penyakit gangguan
3 fungsi ginjal (Dinkes Bantul, 2013). Data rekam medik yang diperoleh dari Rumah Sakit Umun PKU Muhammadiyah Bantul menyebutkan bahwa terdapat 140 kasus dengan penyakit gagal ginjal kronis sepanjang tahun 2015 dimana diantaranya terdapat 70 pasien yang menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa dengan usia rentang diantara 15 tahun sampai dengan 70 tahun. Lamanya menjalani hemodialisis sangat bervariasi antara pasien satu dengan pasien lainnya. Pasien ada yang menjalani hemodialisis 7kali/bulan, 9 kali/bulan, dan 12 kali/bulan dengan lama tindakan 4-5 jam sesuai anjuran dari dokter. Hasil wawancara dengan 10 pasien yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul terdapat 8 pasien mengalami perubahan citra tubuh. Pasien merasa tidak dapat menerima perubahan tubuh yang terjadi pada dirinya, seperti kulit kering dan menghitam, kulit yang terasa gatal, minum yang dibatasi, serta perut, tangan, dan kaki yang bengkak (edema), terdapat banyak penusukan jarum hemodialisis, keterbatasan gerak, kekamar mandi yang dibantu keluarga. Dua orang pasien mengatakan merasa malu bertemu keluarga dan masyarakat akibat perubahan fisik yang dialaminya. Memahami citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan utuh bukan hanya menyembuhkan penyakit saja tetapi juga menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai, dan persepsi tertentu tentang dirinya. Perawatan pasien dengan gangguan citra tubuh diperlukan pada setiap tatanan pelayanan, baik di komunitas, rumah sakit umum, atau rumah sakit jiwa (Riyadi & Purwanto, 2009). Asuhan keperawatan yang diberikan secara komprehensif akan mencapai keberhasilan dalam mengubah persepsi pasien gagal ginjal kronis terhadap perubahan citra tubuh yang dialami (Keliat, 2010). Berdasarkan uraian diatas, untuk mendapatkan data dasar terkait citra tubuh pasien gagal ginjal kronis, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
4 B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya gambaran citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya karakteristik pasien gagal ginjal kronis meliputi usia, dan jenis kelamin. b. Diketahuinya Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan) pada pasien gagal ginjal kronis. c. Diketahuinya Appearance Orientation (Orientasi Penampilan) pada pasien gagal ginjal kronis. d. Diketahuinya Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh) pada pasien gagal ginjal kronis. e. Diketahuinya Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk) pada pasien gagal ginjal kronis. f. Diketahuinya Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh) pada pasien gagal ginjal kronis. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis a. Sebagai masukan bagi institusi pendidikan (Stikes Jenderal A.Yani Yogyakarta) khususnya dalam bidang ilmu keperawatan dewasa dalam pembelajaran asuhan keperawatan pada klien yang menjalani hemodialisis. b. Sebagai masukan peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan model perawatan khususnya bagi klien yang menjalani hemodialisis.
5 2. Praktisi Bagi perawat hemodialisis dan RS PKU Muhammadiyah Bantul, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif di ruang hemodialisa dalam menangani pasien gagal ginjal kronis khususnya perubahan psikologis. E. Keaslian Penelitian 1. Oxtavia (2013), dengan judul Hubungan Citra Tubuh dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dengan nilai (r = 0,003, P < 05). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Variabel yang digunakan ada dua, variabel bebas dalam penelitian ini yaitu citra tubuh dan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kualitas hidup. Persamaan penelitian ini terletak pada rancangan pendekatan yaitu cross sectional, variabel yang digunakan memiliki persamaan yaitu citra tubuh pasien gagal ginjal kronis, dan alat ukur yang digunakan menggunakan Quesioner MBSRQ-AS. Perbedaan penelitian ini terletak pada sampel yang digunakan yaitu total sampling, lokasi penelitian di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dan variabel yang digunakan pada penelitian ini hanya satu variabel yaitu gambaran citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. 2. Miagi (2014), dengan judul Gambaran Citra Tubuh dan Tingkat Depresi pada Remaja Penderita Penyakit Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi hemodialisis menimbulkan banyak perubahan pada kondisi fisik maupun penampilan tubuh. Jenis penelitian menggunakan studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel yang
6 digunakan pada penelitian ini hanya satu variabel yaitu gambaran citra tubuh pasien gagal ginjal kronis. Perbedaan penelitian ini terletak pada sampel yang digunakan yaitu total sampling, alat ukur yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu Expert judgment, dan lokasi penelitian di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 3. Lilisula (2015), dengan judul Hubungan Antara Frekuensi Hemodialisis dengan Citra Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu frekuensi hemodialisis, dan variabel terikatnya adalah citra tubuh pasien gagal ginjal kronik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi hemodialisis dengan citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dengan nilai (r = 0,000, P<,05). Persamaan penelitian ini terletak pada rancangan pendekatan yaitu cross sectional, variabel terikatnya memiliki persamaan yaitu citra tubuh pasien gagal ginjal kronis, dan alat ukur yang digunakan menggunakan Quesioner MBSRQ-AS. Perbedaan penelitian ini terletak pada sampel yang digunakan yaitu total sampling, lokasi penelitian RSUD PKU Muhammadiyah Bantul, dan variabel yang digunakan pada penelitian ini hanya satu variabel yaitu gambaran citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul, sejak berdiri tahun 1996 dengan status Rumah Persalinan Khusus Ibu dan Anak (RB- KIA) sampai tahun 1995 meningkatkan menjadi rumah sakit khusus (RSK) yaitu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dan pada tahun 2001 menjadi Rumah Sakit Umum. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mengizinkan RSKIA Muhammadiyah Bantul menjadi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Bantul dengan memperhatikan surat ijin pengembangan RSKIA menjadi RSU nomor 167/III.0.H/2001 tanggal 11 Agustus 2001 dan hasil pemeriksaan tim perijinan pelayanan kesehatan swasta Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tanggal 9 Oktober 2001 serta persyaratan untuk penyelenggaraan Rumah Sakit Umum telah terpenuhi. Oleh karena itu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Muhammadiyah Bantul menjadi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Bantul merupakan Rumah Sakit tipe C yang mempunyai pelayanan rawat jalan maupun rawat inap, pelayanan rawat jalan diberikan di poliklinik, IGD, dan unit hemodialisa. Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki 10 tempat tidur pasien dengan 10 mesin dyalizer. Pelayanan hemodialisis dilakukan selama 12 jam setiap hari dengan 3 shift kecuali hari minggu, dan mampu melayani rata-rata 25 pasien perhari dengan 12 perawat. Salah satu program bagi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul adalah pendidikan kesehatan oleh perawat. Program tersebut dilaksanakan untuk memberikan dukungan kepada pasien yang menjalani hemodialisis. Sehingga pasien yang mengalami gangguan psikis akibat dari terapi hemodialisis dapat termotivasi untuk mempersepsikan citra tubuhnya secara positif. 46
47 2. Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Dari hasil penelitian, diperoleh karakteristik pasien berdasarkan usia, jenis kelamin dan frekuensi hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul ditampilkan dalam bentuk tabel 5. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul Karakteristik Pasien Frekuensi (n) Persentase (%) Usia Remaja akhir (17-25 Tahun) Dewasa awal (26-35 Tahun) Dewasa akhir (36-45 Tahun) Lansia awal (46-55 Tahun) Lansia akhir (56-65 Tahun) Manula (> 65 Tahun) 1 4 8 31 21 5 1,4 5,7 11,4 44,3 30,0 7,1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Lama Menjalani Hemodialisis < 6 Bulan 6 Bulan-12 Bulan 13 Bulan-24 Bulan > 24 Bulan 39 31 2 36 29 3 55,7 44,3 2,9 51,4 41,4 4,3 Frekuensi Hemodialisis 2 Kali/Minggu 70 100 Total 70 100,0 Sumber : Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa karakteristik pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis menurut usia paling banyak adalah lansia awal sebanyak 31 pasien (44,3%). Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 39 pasien (55,7%). Lama menjalani hemodialisis paling banyak adalah 6 bulan sampai 12 bulan sebanyak 36 pasien (51,4%). Sementara frekuensi hemodialisis pasien keseluruhan 2kali/seminggu. 3. Analisa Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan telah diketahui frekuensi citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis disajikan dalam bentuk tabel 6.
48 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Komponen Citra Tubuh Pasien yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul Komponen Citra Tubuh Appearance Evaluation Appearance Orientation Body Area Satisfaction Overweight Preoccupation Self-Classified Weight Citra Tubuh Total Negatif Positif F % F % F % 17 24,3 53 75,7 70 100,0 29 41,4 41 58,6 70 100,0 13 18,6 57 81,4 70 100,0 6 8,6 64 91,4 70 100,0 20 28,6 50 71,4 70 100,0 Sumber : Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa gambaran citra tubuh negatif yang paling banyak pada appearance orientation yaitu 29 responden (41,4%) dan citra tubuh positif paling banyak pada overweight preoccupation yaitu 64 responden (91,4%). Deskripsi karakteristik citra tubuh pasien yang menjalani hemodialisis dalam penelitian didasarkan pada usia dan jenis kelamin dari pasien di Unit Hemodialisis RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Gambaran Citra Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan Karakteristik Karakteristik Citra Tubuh Total Negatif Positif F % F % F % Usia Remaja akhir (17-25 Tahun) Dewasa awal (26-35 Tahun) Dewasa akhir (36-45 Tahun) Lansia awal (46-55 Tahun) Lansia akhir (56-65 Tahun) Manula (> 65 Tahun) 1 4 5 19 4 1 1,4 5,7 7,1 27,1 5,7 1,4 0 0 3 12 17 4 0 0 4,3 17,1 24,3 5,7 1 4 8 31 21 5 1,4 5,7 11,4 44,3 30,0 7,1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Lama Menjalani Hemodialisis < 6 Bulan 6 Bulan-12 Bulan 13 Bulan-24 Bulan > 24 Bulan 16 18 1 16 15 2 22,9 25,7 1,4 22,9 21,4 2,9 23 13 1 20 14 1 32,9 18,6 1,4 28,6 20,0 1,4 39 31 2 36 29 3 55,7 44,3 2,9 51,4 41,4 4,3 Total 70 100,0 Sumber : Data Primer (2016)
49 Tabel 7. memperlihatkan bahwa citra tubuh pasien gagal ginjal kronis negatif paling banyak pada lansia awal yaitu sebanyak 19 pasien (27,1%) dan citra tubuh positif paling banyak pada lansia akhir yaitu sebanyak 17 pasien (24,3%). Sebagian besar pasien adalah laki-laki (55,7%) dengan citra tubuh positif (32,9%). Rentang waktu menjalani hemodialisis sebagian besar memiliki citra tubuh negatif pada rentang waktu 6 bulan 12 bulan yaitu sebanyak 51,4%. B. Pembahasan Hasil penelitian dilihat dari tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan karakteristik usia, diperoleh data jumlah responden yang berusia 17 tahun sampai dengan > 65 tahun. Sebagian besar karakteristik responden adalah lansia awal (46-55 Tahun) yaitu 44,3% dan lansia akhir (56-65 Tahun) yaitu 30,0% serta yang paling sedikit responden yang berusia remaja akhir (17-25 Tahun) yaitu 1,4%. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa fungsi renal akan berubah bersama dengan pertambahan usia. Sesudah usia 40 tahun akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif hingga mencapai usia 70 tahun, kurang lebih 50% dari normalnya. Salah satu fungsi tubulus yaitu kemampuan reabsorpsi dan pemekatan akan berkurang bersamaan dengan peningkatan usia (Brunner dan Suddarth, 2008) Analisis tabulasi silang pada tabel 7 diperoleh hasil bahwa mayoritas berusia lanjut usia akhir memiliki citra tubuh yang positif sebanyak 24,3%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sivert dan Sinanovic (2008) bahwa usia mempengaruhi citra tubuh atau ketidakpuasan terhadap citra tubuh dengan hasil usia 40-60 tahun cenderung memiliki citra tubuh yang positif sebesar 56,2%. Menurut Indonesia Nursing (2008), usia erat kaitannya dengan prognosis penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun. Kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat
50 besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Aspek psikologis menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi, dan timbul perasaan marah dalam dirinya (Harvey S, 2007). Ada berbagai cara yang dilakukan pasien dalam menghadapi masalah tersebut secara adaptif seperti bicara dengan orang lain, teknik relaksasi, dan aktivitas (Azizah, 2010). Perilaku yang dilakukan oleh lanjut usia biasanya lebih dominan terbuka, berserah diri dan konstruktif (Bastabel, 2002). Namun Indonesia Nursing (2008) mengatakan bahwa bertambahnya usia lebih berpengaruh terhadap penurunan kapasitas kemampuan fisik pasien, sedangkan pada aspek emosional dan fungsi sosial tidak banyak dipengaruhi oleh bertambahnya usia. Bahkan dengan bertambahnya usia, pasien akan semakin matang sehingga kemampuan menerima kondisi sakit dan adaptasi psikologis akan lebih baik. Tabel 5 diperoleh hasil bahwa mayoritas pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah laki-laki yaitu 55,7%, sedangkan responden perempuan sebanyak 44,3%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurcahyati (2011) bahwa mayoritas jenis kelamin pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah laki-laki dengan presentase 52,6% dan perempuan sebesar 47,4%. Berbeda dengan penelitian oleh Kusmawardani (2010) yang menyatakan bahwa pasien yang paling banyak menderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 67,3%. Pasien laki-laki yang lebih banyak bila dibandingkan perempuan kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Pembentukan batu ginjal lebih banyak diderita oleh laki-laki karena saluran kemih pada laki-laki lebih panjang sehingga pengendapan zat pembentuk batu lebih banyak daripada perempuan. Pembesaran prostat pada laki-laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Laki-laki juga lebih banyak mempunyai kebiasaan
51 yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok, minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Brunner dan Suddarth, 2008). Pada dasarnya setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Namun, berbagai literatur tidak ada yang menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan patokan untuk menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal kronis (Nurcahyati, 2011). Analisis tabulasi silang pada tabel 7 diperoleh hasil bahwa laki-laki yang memiliki citra tubuh negatif sebanyak 22,9% dan yang memiliki citra tubuh positif sebanyak 32,9%. Sedangkan perempuan yang memiliki citra tubuh negatif sebanyak 25,7% dan citra tubuh positif sebanyak 18,6%. Hal ini sejalan dengan penelitian Hubley dan Quinlan (2003) yang menyatakan bahwa wanita memandang citra tubuh lebih negatif dibandingkan laki-laki karena mereka cenderung memelihara dan merawat penampilan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa wanita memiliki perhatian lebih terhadap tubuhnya, wanita kebanyakan overestimate atau memiliki harapan lebih terhadap tubuhnya (Cash, 2005). Lama menjalani hemodialisis merupakan rentang waktu pasien menjalani hemodialisis. Hasil penelitian dilihat dari tabel 5 menunjukkan bahwa rentang waktu hemodialisis 6 bulan sampai 12 bulan (51,4%) memiliki frekuensi yang hampir seimbang dengan rentang waktu hemodialisis 13 bulan sampai 24 bulan (41,4%). Rentang waktu lama menjalani hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis sangat berpengaruh terhadap keadaan dan kondisi pasien baik fisik maupun psikisnya. Perasaan takut adalah ungkapan emosi dari pasien yang paling sering diungkapkan. Pasien sering merasa takut terhadap masa depan yang akan dihadapi dan perasaan marah yang berhubungan dengan pertanyaan mengapa hal tersebut terjadi pada dirinya. Ketakutan dan keputusasaan
52 juga kerap datang karena pasien harus bergantung dengan alat hemodialisis seumur hidupnya (Cahyu, 2011). Analisis tabulasi silang pada tabel 7 diperoleh hasil bahwa citra tubuh positif sebagian besar terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis dalam rentang waktu 6 bulan sampai 12 bulan yaitu sebanyak 28,6%. Hal ini didukung oleh penelitian Sari (2010) yang menyatakan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis adaptasi pasien semakin baik, karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan tau informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan. Sehingga semakin lama pasien menjalani hemodialisis, pasien sudah mampu mencapai tahap accepted (menerima). Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa frekuensi hemodialisis keseluruhan adalah responden yang memiliki gagal ginjal kronis melakukan hemodialisis dengan frekuensi 2 kali/minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Yu dan Petrini (2010) juga membuktikan bahwa terapi pengganti fungsi ginjal seperti hemodialisis terbukti mempengaruhi citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis pada domain fisik dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani hemodialisis. Tabel 6 menunjukkan pada domain appeareance evalution dan body area satisfaction memiliki persepsi yang hampir sama yaitu appeareance evaluation positif sebanyak 53 responden (75,7%) sedangkan persepsi negatif sebanyak (24,3%) dan body area satisfaction positif sebanyak (81,4%) serta persepsi negatif sebanyak (18,6%). Appearance evaluation merupakan evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik dan tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan, sedangkan body area satisfaction merupakan kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh secara spesifik seperti wajah, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki) dan bagian tubuh lainnya (Cash, 2005). Pada domain overweight preoccupation memiliki persepsi negatif sebanyak (8,6%) dan positif sebanyak (91,4%). Overwieght preoccupation
53 merupakan kecemasan dan kewaspadaan individu terhadap berat badan (Cash, 2005). Sedangkan pada domain self-classified weight memiliki persepsi positif sebanyak (71,4%) dan persepsi negatif sebanyak (28,6%). Self-classified weight merupakan persepsi individu mengenai berat badannya dari sangat kurus sampai sangat gemuk (Cash, 2005). Penelitian ini sejalan dengan Lilisula (2015) menyatakan bahwa sebagian besar responden yang mengalami gangguan ginjal kronis yang menjalani hemodialisis memiliki kajian citra tubuh lebih banyak pada berat badan yang berlebih (over weight), namun ternyata bukan hanya overweight yang mengalami gangguan citra tubuh tapi juga kehilangan berat badan (weight loss). Sama halnya dengan penderita penyakit kronis seperti penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Pasien mengalami penurunan berat badan yang menjadikan dirinya kurus sedangkan perut penderita membesar. Hal tersebut membuat menilai dan mempersepsikan penampilan diri secara negatif. Bukan hanya karna mereka mengalami penurunan berat badan yang awalnya menurut mereka ideal, namun juga mereka mengalami perubahan tampilan fisik pada beberapa bagian tubuh seperti misalnya perut membesar, kaki membengkak, rambut rontok, kulit kering dan menghitam padahal jarang beraktivitas diluar rumah (Miagi, 2009). Pada domain appearance orientation memiliki persepsi positif (58,6%) dan persepsi negatif paling banyak dari pada domain yang lain yaitu (41,4,%), dimana terlihat tidak adanya keinginan responden untuk merubah penampilannya menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan sikap responden yang merasa ada yang salah dengan penampilan tubuhnya tetapi sangat jarang mengecek kembali penampilannya ketika keluar rumah. Penelitian ini sejalan dengan Safaruddin (2012) yang mengatakan bahwa persepsi responden mengenai tubuhnya atau citra tubuh responden yang kurang baik disebabkan banyaknya perubahan yang terjadi pada penampilan fisiknya sedangkan mereka menyatakan bahwa meraka ingin sama dengan orang lain yang sehat dan berpenampilan menarik. Meraka
54 tak ingin dikomentari negatif oleh teman dan keluarganya. Menurut Carpenito (2008) menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan kondisi seseorang atau kelompok yang merasa kurang kontrol atas pribadi atau terjadinya situasi yang memberi dampak pada pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Sehingga ketidakberdayaan merupakan respon seseorang yang tidak mampu mengontrol situasi yang dihadapinya dan menganggap tidak ada sesuatupun yang dapat mengatasi situasi yang dihadapinya. Penelitian ini juga sejalan dengan Oxtavia (2013) yang menyatakan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis akan mengalami perubahan baik kondisi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi maupun spritual yang dapat meinmbulkan dampak pada citra tubuh. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan hemodialisis akan menyebabkan pasien gagal ginjal kronis mengalami gangguan citra tubuh. Hal ini disebabkan oleh koping pasien yang maladaptif (Muttaqin & Sari, 2011). C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mengalami keterbatasan dan kendala dalam penelitian antara lain : 1. Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu dalam pengisian kuesioner oleh responden, karena responden hanya memiliki waktu singkat sebelum menjalani hemodialisis dan sesudah menjalani hemodialisis responden segera ingin pulang. 2. Unit hemodialisa yang berukuran sedang dengan ruang tunggu yang jadi satu dengan tempat tidur pasien yang menjalani hemodialisis sehingga ketika ruangan penuh, responden tidak fokus dalam pengisian kuesioner.
55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul dapat disimpulkan bahwa : 1. Sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki gambaran citra tubuh positif 2. Sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul adalah berusia 46-65 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. 3. Gambaran citra tubuh appearance evaluation responden yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar positif. 4. Gambaran citra tubuh appearance orientation responden yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar positif. 5. Gambaran citra tubuh body area satisfaction responden yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar positif. 6. Gambaran citra tubuh overweight preoccupation responden yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar positif. 7. Gambaran citra tubuh self classified weight responden yang menjalani hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar positif. B. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan kepada peneleliti berikutnya agar dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor psikis pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis khususnya yang mengalami gangguan citra tubuh untuk menambah wawasan peneliti dan sebagai bahan acuan di masa yang akan datang.
56 2. Unit Hemodialisa RSU PKU Muhammadiyah Bantul Diharapkan supaya dapat memberikan penyuluhan dan motivasi tentang manajemen stress dan koping untuk mengatasi gambaran citra tubuh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis yang negatif terutama pada domain appearance orientation dan pada pasien perempuan serta memfasilitasi bimbingan rohani bagi pasien yang menjalani hemodialisis. 3. Bagi Pasien Hemodialisis Diharapkan pasien dapat menjadikan penelitian ini sebagai informasi mengenai gambaran citra tubuh pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis terhadap manajemen stress dan koping sehingga pasien termotivasi untuk mempersepsikan citra tubuhnya secara positif..
57 DAFTAR PUSTAKA Alam, S & Hadi, I. (2007). Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Atun, M. (2010). Diabetes Melitus Memahami, Mencegah, Dan Merawat Penderita Penyakit Gula. Yogya: Kreasi Wacana. Azizah, L.M.(2011). Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).Graha Ilmu:Yogyakarta. Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brunner & Suddart (2008). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC: Jakarta. Cahyaningsih, N. D. (2009). Hemodialisis (cuci darah), Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal Edisi II. Yogjakarta: Mitra Medika Press. Cahyu, S. (2011). Hubungan Antara Adekuasi Hemodialis Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di Unit Hemodialisa. Naskah Publikasi. FIK UI. Tesis. Canisti, Riseligna. ( 2008). Gambaran kecemasan dan Depresi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa. www.digilib.ui.ac.id. Diakses 22 februari 2016. Carpenito, L.J. (2008). Handbook of Nursing Diagnosis. (12th ed). Philadhelphia. Lippincott Company. Cash, T. F., Santos, M. T., & Williams, E. F. (2005). Coping with body-image threats and challenges, Validation of the Body Image Coping Strategies Inventory. New York: Guilford. Centers for Disease Control and Prevention. Chronic Kidney Disease Surveillance System. Atlanta. Atlanta, GA: Centers for Disease Control and Prevention, US Dept of Health and Human Services; 2011. http://www.cdc.gov/ckd. Accessed 27 Mei, 2016. Chase, M. E. (2001). Identity Development And Body Image Dissatisfaction Action In College Females: University Of Wisconsin.
58 Charuwanno, R. (2005). Meaning Of Quality Of Life Among Thai ESRD Patient on Maintenance Hemodialyisis. Washington, D.C: The Catolic Univessity Of Amerika. Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Dalami, (2009). Sexual functional and quality of life male patient on hemodialiysis. Nefrologia Journal, 26, 453-458. DepKes DIY. (2013). Profil Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2012. Yogyakarta: Dipkes DIY. DepKes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: DepKes Jakarta. Dinkes Bantul. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2011. Bantul: DinKes Kabupaten Bantul. Harvey, S. (2007). Social Psychology. An Atribution Approach. London/; The C.V Mosby Company. Hery, W. S., Indriati, C. K., Hafvidz, A. & Johansen, H. (2015). Riser Keperawatan dan Aplikasi penelitian Ilmu Keperawatan. Analisis Data Dengan Pendekatan Fenomenologi, Colaizzi dan Perangkat Lunak N Vivo. Trans Info Media, Jakarta Timur. Hidayat, A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hoetomo.2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Mitra Pelajar Hubley, A. M & Quinlan, L. (2003). Body Image In Men And Women Across The Adult Lifespan : Paper presented at the VIII European Congress of Psychology,Vienna, Austria. Honingman. R., David, J & Castle. (2007). Living With Your Looks. Viktoria: University of Western Australia Press. Indonesia Nursing. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Perawatan Hemodialisis. http//indonesianursing.com/?=192, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016. Keliat, B. A & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
59 Kusumawardani, Y. (2010). Hubungan karakteristik individu dengan kualitas hidup dimensi fisik pasien gagal ginjal kronis. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang Lilisula, R. (2015).Hubungan Antara Frekuensi Hemodialisis Dengan Citra Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Naskah Publikasi. Stikes Jenderal Achmad Yani. Yogyakarta. Miagi, C. (2014). Gambaran Citra Tubuh dan Tingkat Depresi pada Remaja Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis. Naskah Publikasi. Universitas Padjajaran. Mutaqqin, A & Sari, K. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Ciptra Nurcahyati, S. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis. Naskah Publikasi. FIK UI. Tesis. Nursalam. (2009).Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Oxtavia, (2013). Hubungan Citra Tubuh dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis.Naskah Publikasi. Universitas Riau Pardede & Ruslina. (2011). Prinsip Hemodialisa Dalam Kumpulan makalah kursus perawatan intensif ginjal. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Parwanti. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Naskah Publikasi. Unisa : Yogyakarta PERNEFRI. (2013). Konsensus Nuttrisi Pada Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta: PERNEFRI Indonesia. Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktek. Jakarta: EGC. Pratiwi, D (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di PTPN X Rumah Sakit Gatoel Mojokerto. Jurnal Vol 5, No 1.
60 Revenson & Majerovitz. (1991). Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Pratice (4th ed) st Louise : Morby Year Book. Riyadi, S & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Safaruddin, S. (2012). Hubungan Pola Terapi, Nilai Ureum-Kreatinin Plasma dan Hemoglobin Dengan Kualitas Hidup Pasien Menjalani Hemodialisis. Naskah Publikasi. FIK UI. Sari. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan Cairan pada Klien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Ruang Hemodialisis RSUP Fatimah. Naskah Publikasi. Jakarta. Smeltzer, S & Bare. (2010). Teksbook Of Medical Surgical Nursing. Philadelpia: Lippincott. Situmorang, Syafrizal Helmi & Dalimun. (2007). Analisis Data Penelitian. Medan:USU Press. Sivert, S. S & Sinanovic, O. (2008). Body Dissatisfaction is Age A Factor? Philosophy, Sociology, Psychology and History.Vol. 7, No 1. Hlm. 55-61. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penilitian. Bandung : CV. Alvabeta. Suwitra, (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas. Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati. (2009). Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: FKUI. Buku Ajar Ilmu Suharyanto, & Madjid. (2009). Asuhan Keperawatan Pada KLien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media. Stuart, G. W & Sundeen, S. J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (edisi3). Jakarta:EGC. Thompson, J. K. (2000). Body image, eating disorders, and obesity an integrative guide for assessment and treatment. Washington : American Psychological Association.