Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

BAB III: TINJAUAN KHUSUS

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Skripsi Museum Keroncong

Canon, sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

Analogi Memori dalam Perancangan Terminal Penumpang Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN ABSTRAK

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Trilogi Simbiosis: Seni Rupa, Arsitektur dan Ruang Publik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

MUSIK BAB I PENDAHULUAN

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. SEMARANG INTERNASIONAL CONVENTION AND EXHIBITION CENTER (COEXs)

Fungsional Versus Estetika: Inkubasi dalam Rancangan TPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

PUSAT RUMAH MODE (FASHION HOUSE CENTER) DI BANDUNG

Resor Ekologis di Titik Nol Indonesia

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

Judul Tugas Akhir KAMPUNG SENI tema : Metafora Tari dalam Arsitektur

PUSAT SENI PERTUNJUKAN MEDAN ARSITEKTUR METAFORA LAPORAN PERANCANGAN TKA TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

Healing Garden : Aplikasi Taman Inklusif dalam Perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai Upaya Penyembuhan Pasien

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) G-120

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

BAB VI HASIL RANCANGAN

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

APLIKASI ARSITEKTUR METAFORA PADA STRATEGI PERANCANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN MUSIK DI SURABAYA

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

Pusat Komunitas Tunarungu: Mata yang Mendengar

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP RANCANGAN

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fasilitas Pelatihan dan Pergelaran Seni Tari Hip Hop di Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

EFISIENSI PEMANFAATAN MATERIAL BAMBU PADA PERANCANGAN BANGUNAN DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE WONOREJO DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print)

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan konsep awal Pusat Perdagangan Kerajinan dan Kuliner Khas

FASILITAS PECINTA SEPEDA DI SURABAYA

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Fasilitas Pelatihan Taekwondo di Surabaya

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: nuffida@gmail.com Abstrak Indonesia memiliki keragaman budaya. Keragaman budaya tersebut sudah dikenal hingga mancanegara. Keragaman yang ada di Indonesia terdiri atas bahasa, perilaku, cara berpakaian, makanan, kesenian, dan lain-lain. Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, dimana merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa jiwa manusia yang memiliki unsur keindahan dan keelokan, dimana proses penciptaannya dapat melengkapi sisi batin bagi manusia (emosional). Kesenian terdiri atas seni tari, seni musik, seni rupa, seni kontemporer, serta seni peran. Pada proyek pernacangan ini, metafora yang penulis gunakan ada combined metaphor, dimana pada bentuk, konsep dalam serta plaza dapat mengadaptasi dari unsur pertunjukan. Dengan proses pendekatan movement, modern, dan image pada metode metafora, sehingga keluaran objek arsitektural mengarah kepada bentukan baik secara visual maupun tidak. Dengan menjadikan arsitektur sebagai bentuk dari bahasa maka akan dapat memberikan kemudahan bagi metafora untuk berkomunikasi langsung dengan arsitektur salah satu contoh memetaforakan bentuk-bentuk arsitektur seperti konsep, analisa dan sebagainya. Kata Kunci analogi, image, movement, modern Gambar 1. Seni Pertunjukkan K I. PENDAHULUAN EBUDAYAAN merupakan salah satu ciri khas dari Indonesia yang sudah dikenal hingga mancanegara. Beragamnya kebudayaan inilah yang mendorong masyarakat Indonesia sendiri untuk mengetahui ataupun mempelajarinya. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat Indonesia juga belajar budaya asing seiring dengan era globalisasi, keragaman serta keindahan yang ada dari budaya luar mulai banyak diadaptasi dan dikreasikan dengan budaya asli Indonesia itu sendiri. Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, dimana merupakan sarana untuk mengekspresikan rasa jiwa manusia yang memiliki unsur keindahan dan keelokan, dimana proses penciptaannya dapat melengkapi sisi batin bagi manusia (emosional). Kesenian terdiri atas seni tari, seni musik, seni rupa, seni kontemporer, serta seni peran (seperti wayang dan cerita Ramayana-Shinta). Pertunjukan, salah satu upaya untuk merepresentasikan hasil karya seseorang ataupun kelompok dalam bidang seni. Pertunjukan-pertunjukan yang biasa penulis kunjungi (menurut pengalaman pribadi penulis) sudah semakin berkembang, dari acara-acara musikal, sentra Gambar 2. Batasan Lahan Eksisting Gambar 3. Eksisting Lahan Maps

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 71 tari baik domestik maupun internasional, meliputi bidang pertunjukan tarian klasik, tari tradisional, tari modern, tari kontemporer, dan sebagainya. Dengan masuknya budayabudaya internasional inilah yang juga memicu peminat seni di Indonesia semakin berkembang pula. Gedung Pertunjukkan sebagai wadah pembuktian adanya bentuk arsitektur bagi pengguna objek rancangan untuk mendalami karakteristik / kualitas objek dalam edukasi khususnya bidang seni pertunjukan, menunjukkan identitas budaya bagi suatu daerah tertentu, serta dapat membangun ruang baru yang dapat digunakan pada fungsi kegiatan yang berbeda-beda akustik dari gedung pertunjukkan, berupa pantulan pantulan yang terjadi dari interior auditoriumnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bentuk atap untuk keperluan ciri khas (gambar 7). II. METODE PERANCANGAN Metafora merupakan suatu metode yang memandang suatu bangunan atau konsepsebagai sesuatu yang berbeda. Menurut Anthony C. Antoniades dalam bukunya Poetics of Architecture : Theory of Design, metafora dapat dikelompokkan menjadi 3: Intangible Metaphor (Metafora tak teraba), Tangible Metaphor (Metafora teraba), dan Combined Metaphor (Metafora kombinasi) (gambar 5). Pada proyek pernacangan ini, metafora yang penulis gunakan ada combined metaphor, dimana pada bentuk, konsep dalam serta plaza dapat mengadaptasi dari unsur pertunjukan. Dengan menjadikan arsitektur sebagai bentuk dari bahasa maka akan dapat memberikan kemudahan bagi metafora untuk berkomunikasi langsung dengan arsitektur salah satu contoh memetaforakan bentuk-bentuk arsitektur seperti konsep, analisa dan sebagainya. Metafora arsitektural berkenaan dengan pendefinisian wujud bentuk arsitektur (Geoffrey Broadbent), yaitu bagaimana menjelaskan dan mencari hubungan logis antara kiasan tertentu dari arsitek kedalam bentuk ruang bangun rancangannya, sebagai makna kedua disamping pemenuhan fungsi bangunan. Sebagai contoh, bila mengamati sebuah bangunan dengan bentuk-bentuk yang menimbulkan banyak kesan, kadang menilainya melalui perbandingan dengan bangunan lain, suatu objek atau konsep yang memiliki kemiripan dan mewakili sifatsifat konsep tersebut. Dengan penilaian seperti itu, jelas bangunan tersebut akan dilihat sebagai kiasan suatu objek atau konsep yang telah diterjemahkan kedalam bentuk bangunan sebagai bentuk ekspresi metaforik. Gambar 4. Bentukan dasar dari tarian grup (tim) dari Frederick Kiesler Sumber: Poetics of Architecture Gambar 5. Proses Pemikiran Metode Metafora Gambar 6. Proses Analogi A. Metoda pada tapak Mengadaptasi dari bentukan grand piano yang memiliki bentuk dinamis kemudian ditransformasikan (extrude) keluar pada salah satu sisi bentuk rancangan, sehingga terdapat bentukan baru. Kualitas dari grandpiano mengambil pola string yang bersilangan dan diterapkan untuk eleman tapak luar dari lahan (gambar 6). B. Metoda pada bentuk atap Dengan melihat segalaseuatunya secara abstrak, kualitas Gambar 7. Hasil analogi pada bentuk atap objek rancang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 72 III. III. HASIL DAN EKSPLORASI Objek rancang merupakan objek yang dapat menampung berbagai macam aktivitas masyarakat, khususnya Kota Bekasi yang belum memiliki wadah untuk kegiatan berekspresi dan berapresiasi bagi peminat seni pertunjukan. Arsitektur yang dihadirkan merupakan implementasi dari pendekatan yang dilakukan, mulai dari zoning, sirkulasi, massa bangunan, hingga pada pemaknaan mengenai unsur analogi yang diteraapkan kedalam bangunan. Arsitektur yang dihadirkan dalam objek rancang Summarecon Theater: berasal dari bentukan tapak yang mengimitasi bentuk dasar dari grand piano. Dengan pendekatan body language dari unsur seni pertunjukkan dikaitkan dengan suatu hal yang dinamis dimana merupakan segala sesuatu yang selalu bergerak. Sehingga bentukan pada denah yang terbentuk merupakan representasi dari pergerakan yang terus-menerus. mengedukasi pengguna mengenai pengetahuan serta keterampilan dalam bidang kesenian. Summarecon Theater dibentuk melalui pendekatan mengenai pemahaman manusia tentang pemikiran abstrak dari sesuatu, yang disini berhubungan dengan seni pertunjukan, sehingga objek ini dapat memberikan peluang-peluang yang berbeda dari setiap individu dan dapat mengetahui maksud awal dari perancangan. Dengan demikian arsitektur dapat terus berkembang dan dapat terus dirasakan kualitasnya oleh penggunanya. LAMPIRAN Implementasi Konsep Pada Rancangan A. Zoning Objek terdiri dari 5 fasilitas, dengan metode metafora yang tergambarkan dari bentukan dasar tarian (grup) bahwa terdapat posisi melingkar yang artinya society. Pengelompokkan ini didasari oleh kebutuhan, aksesibilitas, dan privasi dari masing-masing pengguna. Kemudian muncul pengelompokkan fasilitas pengguna, yaitu auditorium, servis area, fasilitas pengelola, fasilitas pengunjung, dan fasilitas ruang luar (gambar 8). Gambar 8. Pola penerapan unsur society B. Sirkulasi Sirkulasi didalam objek dibagi menurut penggunanya yaitu sirkulasi kendaraan, manusia, dan loading. Pola sirkulasi yang digunakan adalah pola sirkulasi radial, yang menempatkan pusat bangunannya yaitu pada auditorium agar pengunjung dapat berjalan dengan nyaman. Untuk sirkulasi didaerah servis memiliki akses pintu masuk dan keluar yang berbeda dari akses keluar masuk yang utama (gambar 9 dan gambar 10). Gambar 9. Hubungan antar ruang dalam Site C. Massa Bangunan Orientasi massa utama lebih tinggi daripada zona fasilitas lainnya. Tampang keseluruhan bangunan utama orientasinya menghadap langsung dari akses jalan. Peletakan masa objek arsitektural ini akan fokus terhadap bagaimana suatu arsitektur dapat menunjukkan identitas suatu budaya tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung (gambar 10). IV. KESIMPULAN Dengan memerhatikan unsur-unsur yang masuk ke dalan seni pertunjukan sehingga dapat mengekspresikan ke arsitekturan terhadap pengguna, bukanlah suatu hal yang tidak mungkin, bila dengan menggunakan pendekatan metafora. Karena arsitektur hadir sebagai perwujudan bahwa dapat menjadi suatu wadah yang dapat tepat sasaran untuk Gambar 10. Pola sirkulasi pada site

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 73 Gambar 11. Orientasi Massa Bangunan Gambar 13. Tampak Bangunan Gambar 14. Muka Site Gambar 12. Tampak Bangunan Gambar 15. Entrance dan Ruang Dalam Bangunan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 74 DAFTAR PUSTAKA [1] Antoniades, Anthony C. (1990). Poetics of Architecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold. [2] Broadbent, Geoffrey, (postscript), (1988). Design in Architecture: Architecture and The Human Sciences. London: David Fulton Publishers. [3] Lawson, Fred. (2000). Congress. Convention & Exhibition Facilities: Planning, Design, and Management. Michigan : Architectural [4] Duerk, Donna P., (1993). Architectural Programming: Information Management for Design. New York: Van Nostrand Reinhold. [5] Barron, Michael (2009). Auditorium Acoustics and Architectural Design. New York: Spon Press [6] Kiesler, Frederick. (1964). Inside the Endless House: Art People and Architecture. Jurnal. New York : Simon and Schuster. [7] Suciyanti, C. 2010. Jurnal Online : Gestur, Movement, dan Guide [ONLINE] http://dramakreasi.blogspot.com/2010/04/apa-ya-gesturitu.html#ixzz4msub13nb. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2016