Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB V PENUTUP. dan pelaksanaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa. Jakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

WAKAF SEBAGAI ALTERNATIF PENDANAAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. skripsi ini, penulis mengambil kesimpulan : 1. Strategi penghimpunan wakaf uang di BMT BUM (Bina Umat Mandiri)

BAB I PENDAHULUAN. manusia disebut sebagai makhluk sosial. Islam mengajarkan kita untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

1 Universitas Indonesia

Sambutan Presiden RI pada Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang, 8 Januari 2010 Jumat, 08 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

Menuju Paradigma Baru Pengembangan Industri Keuangan Syariah Indonesia: Penguatan Peran Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Membangun Proposisi, Menemukan Kebenaran: 10 Kebenaran Tentang Kemiskinan di Pedesaan

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BWI, Baznas, dan BPKH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Strategi Pengeloalan Wakaf Produktif di Masjid Riyadusolikhin

BAB I P E N D A H U L U A N

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, yaitu pendidikan, pengangguran, kesehatan, dan lainnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara. Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

SUKUK LINKED WAKAF: OPTIMALISASI ASET WAKAF MELALUI PENERBITAN SUKUK. Amrial Program Studi Ilmu Ekonomi Islam Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

MANAJEMEN WAKAF DI KOTA MALANG PASCA PENETAPAN BADAN WAKAF INDONESIA KOTA MALANG. Abdur Rozzaq ABSTRAK

BAB IV PROFIL LEMBAGA, PEROLEHAN ZAKAT PENDISTRIBUSIANNYA PADA FAKIR MISKIN DAN ANALISA. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Nurul Huda merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

Ratu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

Oleh Dr. Uswatun Hasanah, MA, Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) BWI

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Transkripsi:

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan fakta tersebut, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan perekonomian nasional. Salah satu wujudnya adalah melalui instrumen wakaf. Menurut data dari Kementerian Agama RI, saat ini, aset wakaf berupa tanah mencapai lebih dari 3 miliar meter persegi, yang tersebar di lebih dari 420 ribu lokasi di seluruh Indonesia, dengan total nilai lebih dari Rp 600 triliun. Namun sangat disayangkan, sebagian besar dari tanah wakaf tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga peran sosial-ekonomi aset wakaf belum dapat dirasakan oleh umat Islam, khususnya masyarakat miskin Indonesia, yang menurut data BPS pada Maret 2013, mencapai 28,07 juta orang atau 11,37 persen. Untuk memosisikan aset wakaf kepada peran sosial-ekonomi yang lebih besar, setidaknya tiga 1 / 6

poin di bawah ini dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan aset wakaf. Pertama, Diperlukan paradigma baru Sebuah paradigma menjadikan manfaat aset wakaf bukan saja untuk kepentingan ibadah atau sosial semata (membangun masjid, panti asuhan, atau untuk tanah pekuburan), namun juga harus bisa membangun ekonomi untuk kemaslahatan yang lebih besar, khususnya mengentaskan masyarakat dari kubangan kemiskinan. Cara pandang masyarakat yang masih tradisional tentang wakaf perlu diubah. Pengelolaan wakaf produktif yang profesional harus terus digalakkan. 2 / 6

Seperti pengembangan unit-unit usaha yang lebih variatif yang hasilnya nanti diperuntukkan bagi kemaslahatan umat. Indonesia seyogianya belajar dari negara-negara yang pengelolaan aset wakaf produktifnya dikelola dengan profesional. Saudi Arabia misalnya, melalui International Islamic Relief Organization Saudi Arabia (IIROSA), telah meluncurkan enam proyek di Makkah. Proyek tersebut di antaranya pembangunan hotel 30 lantai yang keuntungannya digunakan untuk membiayai anak-anak yatim di 28 negara, pembangunan gedung pendidikan 22 lantai yang keuntungannya digunakan untuk membiayai 30 institusi pendidikan di seluruh dunia, dan pembangunan Rumah Sakit 25 lantai yang keuntungannya diperuntukkan bagi kepentingan kesehatan 33 juta orang di 285 rumah sakit. Kedua, Perlunya meningkatkan kapasitas Nadzir. 3 / 6

Nadzir, selaku pemegang amanat memelihara dan mengelola harta wakaf, perlu memiliki pemahaman lebih maju dan produktif. Tak sekadar memahami ilmu agama dan amanah, ia juga mesti memiliki jiwa wirausaha ( entrepreneurship) sehingga menjadi lokomotif bagi pengembangan dan pemberdayaan aset wakaf. Ketua Badan Wakaf Indonesia, KH. Thalhah Hasan pernah mengatakan, Para nadzir atau pengelola wakaf yang profesional hanya berjumlah 30 persen, sementara 70 persen sisanya kurang profesional. Berdasarkan data ini wajar dalam pendayagunaan wakaf di Indonesia kurang produktif. Ketiga, Perlunya menggali potensi wakaf tunai Wakaf tunai menawarkan banyak kemudahan. Dengan adanya wakaf tunai, umat Islam akan lebih mudah memberikan kontribusi dalam wakaf tanpa harus menunggu modal dalam jumlah 4 / 6

besar seperti mewakafkan tanah atau properti lainnya. Wakaf tunai tidak boleh disalurkan sampai habis, melainkan harus diinvestasikan pada sektor yang menguntungkan. Keuntungan inilah yang akan dinikmati oleh masyarakat atau digunakan untuk membangun aset wakaf yang sudah ada atau untuk membeli aset wakaf baru. Terkait dengan jumlah wakaf tanah yang sangat besar di Indonesia ini, yang belum dikelola secara produktif, maka wakaf tunai ini dapat dijadikan modal usaha untuk pengelolaan tanah tersebut. Wakaf produktif tersebut dapat dijadikan sebagai lahan pertanian modern, pendirian sentra-sentra pendidikan dan kesehatan, pembangunan dan pengelolaan hotel islam atau sentra-sentra usaha lainnya. (rol) 5 / 6

Losa Priyaman Direktur Keuangan dan Umum Dompet Dhuafa 6 / 6