Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Transkripsi:

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke WHO 1985, pencegahan ada 3 jenis yaitu pencegahan primer berarti mencegah timbulnya hiperglikemia, pencegahan sekunder mencegah terjadinya komplikasi sedangkan pencegahan tertier mencegah kecacatan akibat komplikasi. Menurut WHO 1994, pada pencegahan sekunder termasuk deteksi dini diabetes dengan skrining test, sedangkan mencegah komplikasi dimasukkan kedalam pencegahan tersier.

Strategi Pencegahan Dalam menyelenggarakan upaya pencegahan ini memerlukan strategi yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ada 2 macam strategi untuk dijalankan yaitu : pendekatan populasi/masyarakat. Bertujuan untuk mengubah prilaku masyarakat umum, yang dimaksud adalah mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko.

pendekatan individu beresiko tinggi. Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu-individu yang beresiko untuk menderita diabetes pada suatu saat kelak. Yang termasuk dalam golongan ini termasuk individu yang : berumur > 40 tahun Gemuk Hipertensi Riwayat keluarga DM Riwayat melahirkan bayi >4 kg Riwayat DM pada kehamilan Dislipidemia.

Pencegahan Sekunder Mencegah timbulnya komplikasi, hal ini lebih mudah karena populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah berobat, namun kenyataannya tidak demikian. Tidak gampang memotivasi pasien untuk berobat teratur dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak sembuh. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah kadar gula darah harus selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari sepanjang tahun.

Agar tidak terjadi Resistensi Insulin dalam upaya pengendalian kadar gula darah dan lipid itu harus diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu secara maksimal, misalnya dengan cara diet dan Olah raga, tidak merokok, dll. Bila tidak berhasil baru menggunakan obat baik oral maupun insulin. Pada pencegahan sekunder penyuluhan pun perlu dilakukan ditambah dengan pelayanan mutu kesehatan primer di pusat-pusat kesehatan mulai dari rumah sakit kelas A sampai ke unit paling depan yaitu puskesmas. Penyuluhan dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lain. Pelayanan ini akan berhasil jika cakupan diabetesnya luas.selain pasien yang sudah berobat juga harus dapat mencakup pasien yang belum berobat atau terdiagnosis.

Penyulit DM Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah kardiovaskuler, yang merupakan penyebab utama kematian pada diabetisi. Selain pengobatan terhadap tingginya glukosa darah. Maka pengendalian BB, tekanan darah, profil lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan resiko timbulnya kelainan kardiovaskuler pada diabetesi.

Dislipidemia pada Diabetes Dislipidemia pada diabetisi lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskular. Perlu pemeriksaan profil lemak sedikitnya dilakukan 1th 1X dan bila dianggap perlu bisa dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien dengan profil lemak menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL;HDL>50mg/dL;trigliserid <150 mg/dl), pemeriksaan profil lemak dapat dilakukan 2 tahun sekali.

Lanjutan dislipidemia pd Diabetes Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada diabetisi adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat. Perubahan prilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktifitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam darah. Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi diabetisi yang disertai dislipidemia.

TARGET TERAPI Pada pasien target utamanya adalah penurunan LDL dengan pemberian statin. pada diabetisi tanpa disertai penyakit kardiovaskular: - LDL<100mg/dL(2.6 mmol/l) - Pasien dengan usia>40 th, dianjurkan menurunkan LDL 30-40% dari kadar awal. - Pasien dgn usia<40 th dgn risiko penyakit kardiovaskular yang gagal dengan perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis. Pada diabetisi dengan penyakit kardiovaskular: - LDL<70mg/dL(1.8mmol/L) - semua diabetisi diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40% o Trigliserida<150 mg/dl (1.7 mmol/l) o HDL < 40mg/dL (1.15 mmol/l)untuk pria dan >50mg/dL untuk wanita

Lanjutan target terapi Setelah target LDL tepenuhi, jika trigliserida>150mg/dl(1.7mmol/l)atau HDL<40mg/dL(1.15mmol/L) dapat diberikan fibrat. Apabila trigliserida>400mg/dl(4.51mmol/l)perlu segera diturunkan dengan terapi farmkologis untuk mencegah timbulnya pankreatitis. Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin diperlukan untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan peningkatan resiko timbulnya efek samping. Niasin merupakan obat efektif untuk meningkatkan HDL,namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan KI

Hipertensi pada Diabetes Indikasi Pengobatan : Bila TD sistolik>130mmhg dan/atau TD diastolik>80mmhg. Sasaran (target penurunan) tek. Darah : o Tekanan darah <130/80mmHg o Bila disertai proteinuria > 1g/24 jam:<125/75 mmhg

Pengelolaan Non farmakologis: modifikasi gaya hidup a.l: menurunkan BB, meningkatkan aktifitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi konsumsi garam. Farmakologis hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih OAH(Obat Anti Hipertensi) : - pengaruh OAH thd profil lipid - pengaruh OAH thd metabolisme glukosa - pengaruh OAH thd resistensi insulin - pengaruh OAH thd hipoglikemia terselubung. OAH yang dapat dipergunakan : - penghambat ACE - penyekat reseptor angiotensin II - penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah - diuretik dosis rendah - penghambat alfa - antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin

Lanjutan Hipertensi pada Diabetes Pd diabetisi dg TD sistolik antara 130-139mmHg atau tek.diastolik antara 80-89mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai 3bln.bila gagal mencapai target dapat ditambahkan tx farmakologis. Diabetisi dg TD sistolik>140 atau tek.diastolik>90mmhg,disamping perub.gaya hidup,dpt diberikan tx farmakologis secara langsung. diberikan tx kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan monoterapi. Catatan: - Penghambat ACE,penyekat reseptor angiotensin II dan antagonis kalsium gol. Non-dihidropiridin dapat memperbaiki mikroalbuminuria. - Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular - Diuretik dosis rendah jangka panjang,tdk terbukti memperburuk toleransi glukosa. - Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sdh tercapai. - Bila TD terkendali, setelah 1tahun dapat dicoba menurunkan dosis secara bertahap. - Pada orang tua, TD diturunkan secara bertahap.

Obesitas pada Diabetes Prevalensi obesitas pd DM cukup tinggi,demikian pula kejadian DM dan gangguan toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai Obesitas,terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dgn sindrom dismetabolik(dislipidemia,hiperglikemia,hipertensi),yang didasari oleh resistensi insulin. Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus Obesitas&diabetes meningkatkan risiko kematian akibat PJK Penurunan 5-10%dr BB dpt memperbaiki sindroma dismetabolik dan menurunkan risiko PJK scr bermakna. Pengelolaan obesitas terutama ditujukan pada perubahan prilaku pola makan dan peningkatan kegiatan jasmani. Apabila tidak cukup, maka pendekatan farmakoterapi (ex:sibutramine dan orlistat) atau tx bedah, merupakan pilihan.

Gangguan Koagulasi pada Diabetes Tx asetosal 75-160mg/hr diberikan sbg strategi pencegahan sekunder bagi diabetisi dgn riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular Tx asetosal 75-160mg/hr digunakan sbg strategi pencegahan primer pada diabetisi tipe-2 yg merupakan faktor risiko kardiovaskular, termasuk diabetisi dgn usia>40thn yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemi, atau albuminuria Asetosal dianjurkan tdk diberikan pada diabetisi dgn usia dibawah 21tahun seiring dgn peningkatan kejadian sindrom Reye. Tx kombinasi asetosal dgn antiplatelet lain dapat dipertimbangkan pemberiannya pada diabetisi yang memiliki resiko sangat tinggi. Penggunaan obat antiplatelet selain asetosal dapat dipertimbangkan sbg pengganti asetosal pada diabetisi yang mempunyai KI dan atau tidak tahan terhadap penggunaan asetosal.

Kriteria Pengendalian DM Baik Sedang Buruk Glukosa darah puasa(mg/dl) 80-100 100-125 > 126 Glukosa darah 2jam (mg/dl) 80-144 145-179 > 180 A1C <6.5 6.5-8 > 8 Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 > 240 Kolesterol LDL (mg/dl) <100 100-129 > 130 Kolesterol HDL (mg/dl) >45 Trigliserida (mg/dl) <150 150-199 > 200 IMT (kg/m 2 ) 18,5-23 23-25 >25 Tekanan darah (mmhg) < 130/80 130-140/80-90 > 140/90

Pencegahan Tersier Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya termasuk kedalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap : - pencegahan komplikasi diabetes yang pada consensus dimasukkan sebagai pencegahan sekunder. - mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menerus kepada penyakit organ. - mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan. Hal ini diperlukan upaya kerja sama yang baik sekali antara pasien dan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait komplikasinya.

Penyuluh Diabetes. Diperlukannya diabetes educator untuk membantu melakukan penyuluhan kepada pasien dan memberikan motivasi kepada pasien serta membantu peran dokter yang jumlahnya terbatas. Dalam pelaksanaannya para penyuluh diabetes itu sebaiknya memberikan pelayanan secara terpadu dalam suatu insytansi missal dalam bentuk sentral informasi bekerja 24 jam sehari dan melayani pasien tentang seluk beluk diabetes dan komplikasinya serta penatalaksanaan diet pasien.

Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di RS rujukan. Kolaborasi yang baik antar para ahli diberbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, dll) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.

Kesimpulan Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun akan datang akan sangat meningkat akibat kemakmuran, pola demografi atau urbanisasi. Disamping itu juga karena pola hidup beresiko. Pencegahan baik primer maupun sekunder dan tersier merupakan upaya yang sangat tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini. Dengan melibatkan LSM, guru-guru dll. Dan perlunya bantuan dari tenaga medis yang terampil.

Terimakasih

Daftar Pustaka FK UI, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi ketiga, jakarta, hal 571-583 Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe-2 Di Indonesia 2006