"Hai orang-orang yang beriman, ikutlah Clllah aan. Rosul dan orang-orang yang mengurus pekerjaan dari

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

IV METODOLOGI PENELITIAN

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

III. KERANGKA PEMIKIRAN

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TANAMAN PENGHASIL PATI

IV. METODE PENELITIAN

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

Dairi merupakan salah satu daerah

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

"Hai orang-orang yang beriman, ikutlah Clllah aan Rosul dan orang-orang yang mengurus pekerjaan dari ikcitlah kamu. k.'aiau kamcr berbantah-bantah tentang sesi:atc~ Cperkara )., hendalclah icamu kembali kepada Ailah dan Rosui, jika kamu beriman kepada Allah dan hari yang i:emudian, Demikian itu Iebih baik dan sebaik-baiknya jalan", (S~trat 14) AN- NISA AL'AT 59).k.'upersemba hl;an bust : Hapal dan Ibu Nukiyat, Pias Ambar, Emi, Tomo Kusuma dan Fiber.

JURUSAFB ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANilgN FAMULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BQQOR 1 9 9 1

RINGKASAN Agus Sulistiarso. Analisis Kelayakan Usaha Sukun dan Ka- itannya untuk Tanaman Penghijauan (Studi Kasus D i Kecamatan Ngantru, Kabupateri Tulungagurtg), dibawah bimbingan Bapak Rudolf. S. Sinaga. Sukun (Artocarpus a1 ti1 is! arlalali tanainan bual-ibuahan pertghasil karbohidrat yang tergolong perenial. Kandungan karbohidratnya setara dengan ubi jalar dan kentang. Sukun dapat digunakan sebagai bahan makanan tambahan diluar beras, juga hasilnya dapat memberikan tambahan penghasilart. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui cara-cara pengusahaan dan perkembangan sukun, (2) untuk mengetahui produksi, pengelusran produksi, penerimaan dart pertdapatan usahatani sukun, (3) mempelajari pengembangan suliun sebagai suatu perkebunan, (4) mempelajari potensi sukun sebagai salah satu alternatif tanaman penghijauan. D i Daerah Tulungagung, sukun ditanam sebagai tanaman pekarangan. Hasil penelitian di lapangan diperoleh gambaran bahwa musim buah sukun terjadi pada bulan Januari - Maret dan bulan Juli - September. Tanaman sukun mudah ditanam dan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Fengeluaran usahatani sukun sebesar Rp. 975,- pada umur 1-3 tahun. Tanaman sultun mulai berbuah pada umur 2.5-3 tahun. Hasil produksi tahunan untuk tanaman

ANALISIS KBLAYAKAN USAHA SUKUN DAN KAITANNYA UNTUK TANAHAN PEMGHIJAUAN (Studi Kasus Di Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung) Oleh AGUS SVLISTIARSO Laporan Praktek Lapang sebagai salah satu syarat untuk menperoleh gelar Sarjana Pertanian pada FAKULTAS PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR JURUSAN ILNU-ILNU SOSIAL EKONONI PERTANIAN PAKULTAS PBRTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 9 9 1

Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN USAHA SUKUM DAN KAI- TANNYA UNTUK TANAMAN PENGHIJAIJAN (Studi Kasus Di Kecamatnn Ngantru, Kabupaten Tulungagung) Nama Mahasiswa : AGUS SULISTIARSO Nomor pokok : A21.0295 Menyetujui Dosen Pembimbing L - --- Ir. BuddlfSAnaga NIP: 130 176 909 111 m i Pertanian Tanggal lulus : 7 Januari ------- 1991

PERHYATAAN Dengan ini saya nienyata1:an bah14a laporan prakteli lapang atau skripsi ini henar-henar 1,:arya saya sendiri yang beluln pernah diajukan sebagai laporan praliteli lapang at,al~ skripsi pada perguruan tinggi atau lesibaga loanapun. Bogor, Januari 1991

RIWAYAT MIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1966 di Salatig'a. Orang' tuanya adalah Kartini dan Mukiyat. Pada tahun 1977 ia lulus dari SD Hutabarat Bogor, tahun 1981 ia lulus dari SMP Megeri 4 Bogor dan tahun 1984 ia lulus dari SMh Negeri 5 Rogor. Penulis masuk Institut Pertanian Rogor nlengambil jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dengan bidang keahlian Agribisnis, pada tahun 1956.

UCAPAN TERIHA KASIH Penulis sangat herterima-kasih kepada Prof. Dr. Ir Rudolf. S. Sinaga, dosen pemhimhing akademik, atas saran dan bimbingannya selama penelitian. Kepada Bapak serta Ibu Mukiyat atas dana dan dorongannya mereka diucapkan terina kasih. Pada kesempatan in i penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ihu Sapari, Bapak Kadeni dan Bapak Sukamat atas kesediannya meluberikan sarana penginapan selama penelitian di daerah Tulungagung. Bantuan Sdr. Uu Haenudin yang telah mengetik laporan prahtek lagang ini disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.

KATA PENGANTAR Be lum banyalr diketahui mengenai sukun (firtocarp~t~; altilis) baik aspek budidayanya maupun manfaat yang dapat diperoleh. Banyak manfaat yang dapat dia~nbil dari tanaman sukun- mulai dari buah, daun, batang dan akar. Sebagai sumber lrarbohidrat, buah sukun memberikan peranan penting bagi sistem keamanan pangan (Food Security). Peranan sukun dalam keamanan pangan dapat ditinjau dari sisi pengadaan (supply) dari sisi permintaan (demand). Dalam penelitian ini melihat sukun dari sisi pengadaan (supply) yaitu bagaimana keberadaan sukun setiap tahunnya dan pengembangannya. Untuk lebih lengkapnya disarankan membaca juga tulisan oleh Bernardus Maruhum dengan judul "Drospek Pengembangan Sukun untuk Keamanan Pangan dan Tataniaganya". Mudah-mudahan tulisan ini akan Germanfaat bagi mahasisiwa-mahasiswa jurusan Ilinu-Ilmu Sosial Ekonumi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, para pengusaha dan para pembaca yang berminat dalam masalah agrihisnis. Bogor, Januari 1991 PENULIS

DAPTAR IS1 halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi PEMDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 5 Tujuan dan Kegunaan... 7 Tujuan... 7 Kegunaan... 7 KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS... 8 Usahatani... 8 Analisa Finansial... 9 Konservasi dan Rehabilitasi Tanah... 12 METODOLOGI... 16 Pemilihan Lokasi Penelitian... I6 Pemilihan Sampel... It3 Metode Pengumpulan Data... 17 Sumber dan Jenis Data yang Diperlukan... 17 Metode Analisa Data... 17 Analisa Usahatani... 17 Analisa Finansial... 18 Konservasi dan Rehahilitasi... 21 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN... 22 Keadaan Umum Desa Pucunglor... 22 Keadaan Alam... 22

Penduduk... 22 Mata Pencarian... 22 Keadaan Umum Desa Bendosari... 23 Keadaan Alam... 23 Penduduk... 23 Mata Pencarian... 23 Iklim... 24 Tupograf i... 24 DESKRIPSI KOMODITAS SUKUN... 25 Pembibitan... 26 Penanaman... 26 Pemupukan... 26 Penyiraman... 27 Hama dan Penyakit... 28 Panen... 29 Manfaat Sukun... 29 Buah... 29 Daun... 31 Batang... 31 Akar... 31 USAHATANI SUKUN... 34 Fluktuasi Buah Musiman... 36 Pruduksi Menurut Umur... 38 Analisa Pendapatan Usahatani Sukun... 40 PERENCANAAN PERKEBUNAN SUKUN... 44 Biaya Investasi Perkebunan... 45

Biaya Eksploitasi... 49 Biaya Tetap... 52 Perliiraan Produksi dan Penerilriaan... 52 Studi Kelayaksn... 53 PERANAN SUKUN DALAM PENGHIJAIJAM... 56 KESIMPULAN DAN SARAN... 59 Resimpulan... 59 Saran... 60 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN... 64

DAPTAR TABEL Nomor Halaman 1. Peneriinaan, Pengeluaran clan Penciapatan Usahatani Sukun... 43 2. Kebutuhan Sarana Produksi Tahun I dan I1... 46 3. Kebutuhan Tenaga Kerja Tahun I dan I1... 47 4. Kebutuhan Peralatan Per Hektar... 49 5. Kebutuhan Pupuk untuk Tahun be 3-20... 50 6. Biaya Total Usahatani Sukun Selama Dua Puluh Tahun... 51 7. Perkiraan Produbsi dan Penerimaan Produksi Sukun Selama Dua Puluh Tahun... 52 8. Ringkasan Hasil Perhitungan Analisa Finansial pada Tingkat Suku Bunga 18 Persen... 54 LAMPIRAN 1. Daftar Komposisi Beberapa Bahan Makanan... 64 2. Surat Mentcri Pertanian Republik Indonesia kepada Yayasan Bhineka Swasembada... 65 3. Surat Yayasan Bhineka Swasembada kepada Dirjen Pankitn Transinigrasi..... 67 4. Surat Gubernur DATI I Jawa Tengah kepada Presiden RI... 63 5. Surat Dirjen Pankim Transmigrasi kepada Yayasan Bhineka Swasembada... 70 6. Hubungan Antara Benefit dan Cost pada Tingkat Suku Bunga 18 persen dengan Harga di Tingkat Petani... 71 7. Hubungan Antara Benefit dan Cost pada Tingkat Suku Bunga 18 persen dengan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul I... 72

DAFTAR GAKBAR Nomor 1. Sukun (Artocarp~ts a1 tilis): A. Daun, Buah dan Bunga Jantan Sukun; R. Ragian Runga Jantan; C. Penampang Buah Sukun... 33 2. Persentase Curah Hujan Bulanan dan Produksi Buah Sukun.... 37 3. Produksi Rata-Rata Tahunan Buah Sukun Selama Dua Puluh Tahun.... 30

PENDAHULUAN Usaha peningkatan produksi pangan, seperti dikemukakan dalam GBHN, diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani, memperluas ltesempatan Iterja dan menjamin penpediaan pangan untuk masyarakat pada tingkat harga yang layak bagi petani produsen maupun konsumen. Jelas bahwa kebijaksanaan pangan bertujuan lebih dari sekedar menjamin kebutuhan pangan dan gizi masyarakat (Budiman dan Effendi, 1987). Pangan sumber karbohidrat di Indonesia selain beras adalah jagung, ubi itayu, ubi jalar, sagu, uwi, kimpul dan gadung. Permintaan terhadap komoditi pangan di atas tnmpak mengalami peningkatan yang cukup besar terutama konsumsi beras saat ini mencapai rata-rata 144 kg gabah per kapita per tahun. Sejalan dengan permintaan bahan pangan tersebut, usaha-usaha peningkatan produksi bahan pangan mengalami perkembangan. Namun seringkali pengaruh alam yang tidab dapat dikendalikan seperti serangan hama dan penyakit, bencana yang menyebabkan penurunan produksi, musim kemarau panjang yang akan mengakibatkan kerawanan pangan. Dalam rangka beamanan pangan, tersedianya bahan pangan sepanjang tahun dalam jumlah yang memadai merupakan masalah yang strategis karena menyangkut

kepentingan masyarakat luas. Pangan sumber karbohidrat yang mempunyai potensi sebagai pengganti beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan sagu jilra tidalr tersedia cukup adalah sukun. Sukun (Airtocapus altilis atau ;I. communzs) siialah tanaman buah-buahan penghasil karbohidrat yang tergolong perenial. Sukun juga penyedia zat-zat penghidup atau gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun tubuh serta pengatur proses dalam tubuh berupa air, mineral dan vitamin. Sumbangan karbohidrat dari buah sukun tidaklah terlalu kecil. Kandungan karbohidratnya hampir sama dengan ubi jalar dan talas, tetapi lebih banyali dari kentang. Kandungan kalsiumpun lebih banyak dari kentang, hampir sama dengan ubi jalar dan ubi ltayu. Selain itu suicun cukup riengandung vitamin Bl, vitamin B2, vitamin C, besi dan phospor. Pada sukun muda masih terdapat serat yang berguna bagi pencernaan manusia (Lampiran 1). Mengingat penduduk Indonesia masih memerluban sumber karbohidrat di samping beras, maka sukun perlu dikembangkan. Pengembangan sukun ini mendapat perhatian dari De- partemen Pertanian, Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan dan Departemen Transmigrasi. Departemen pertanian berpendapat bahwa kandungan karbohidrat dalan~ buah sukun dapat dipergunakan sebagai bahan makanan tambahan di luar beras. Oleh karena itu dalam melalrsanakan lrebijalisanaan diversifikasi pangan dan

perbaikan gizi masyarakat, Departemen Pertanian mengan- jurkan pengembangan penanaman sukun. Departemen Pertani- an cq. Direktorat Jenderal Pertanian Tana~rian Pangan dalam tahun 1990/1991 akan mulai mengembangkan tanaman sukun di pekarangan atau halaman rumah (surat Menteri Pertanian kepada Yayasan Bhinneka Swa Sembada, Lampiran 2 ). Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan melalui Proyek PSP2OT (Penyediaan Sarana Produksi Pertanian Dae- rah Transmigrasi Pusat) bantuan Bank Dunia, menyediakan 2 000 bibit sukun untuk lahan pekarangan di Karang Agung Tengah (transmigrasi pasang surut di Sumatra Selatan) dan 10 000 bibit sukun di Muara Wahau (transmigrasi lahan kering di Kalimantan Timur) untuk diuji coba. ( Butir 4, surat Yayasan BSS kepada Direbtorat Jenderal Penyiapan Pemukiman, Departemen Transmigrasi, Lampiran 3 ). Dalam rangka peningkatan pendapatan petani,geningkatan komoditas agribisnis/agroindustri di Jawa Tengah, Gubernur Jawa Tengah telah mengajukan permohonan BANPRES bibit sukun sebanyak 11 000 pohon kepada Bapak Presiden (Lampiran 4 ). Kabupaten Cilacap sejak tahun 1985 telah mengembang- kan penanaman pohon sukun sebagai "identitas" Kabupaten Cilacap. Pengembangan ini merupakan inisiatif Kepala Di- nas Pertanian Kabupaten Cilacap semasa jabatan Bupati Pudjono yang sekarang menj adi Gubernur Lampung. Pada tahun 1987 jumlah tanaman mencapai 70 000 pohon dan

tersebar di beberapa daerah. Penyebaran tanaman sukun ditcmpuh lewat jalur proyek yang dibiayai dari APBtJ, Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Daerah Tingkat I1 Kabupa- ten Cilacap, jalur dinas lairinya, swadana, bantuan, hadiah, perbanyakan sendiri oleh RT/RW atau tramsmigran serta turis nusantara. Direktorat Jenderal Penyiapan Pemukiman, Departemen Transmigrasi menyambut baik gagasan Yayasan BSS untuk mengembangkan tanaman sukun di daerah transmigrasi. Direktorat Jenderal Penyiapan Lahan berpendapat bahwa tanaman sukun dapat meningkatkan penyedinan bahan pangan dan memperkaya jenis tanaman di daerah transmigrasi. Selain itu para transmigran pada umumnya telah mengenal cara bercocok tanam sukun di daerah asalnya. Direktorat Jenderal Penyiapan Pemukiman akan menggunakan hasil pengkajian di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur seba- gai bahan pertimbangan untuk melaksanakan pengembangan tanaman sukun pada masa yang aban datang (surat Direktur Jenderal Penyiapan Pemukiman kepada Yayasan Bhinneka Swa sembada, Lampiran 5). Sukun di Indonesia umumnya di tanam orang sebagai tanaman pekarangan secara terbatas, begitu pula sukun di daerah Tulungagung. Sukun merupakan tanaman pionir yang dapat tumbuh sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Mengingat penyebarannya cukup luas dan dapat tumbuh pada tanah marginal serta jarang terserang

hama dan penyakit maka sukun dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghij auan. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu daerah penghasil sukun di Jawa Timur. Jenis tanah yang sesuai clan keadaan iklim yang cocok, sebetulnya memungkinkan daerah ini dapat berkembang terus menjadi pusat penghasil sukun. Namun sukun belum berkembang sebagai suatu usaha (bisnis). Informasi mengenai usahatani sukun belum ter - sedia, oleh karena itu masih diperlukan lebih banyak penelitian agar dipercleh hasil yang mantap. Earn- Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun memang relatif dapat ditekan dengan Program KB yaitu sekitar 2,15 persen untuk selang waktu antara 1980-1985 ( SUPAS, 1985 dahn Statistil; Indonesia, 1989 ). Nan~un keberhasilan KD in belum dapat dikatakan dengan pasti dapat mengatasi permasalahan penduduk yang diantaranya menyangkut masalah penyediaan pangan. Meskipun Indonesia telah mencapai swasembada beras pada tahun 1984, peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang terus berlangsung mendcrong kita untuk secara khusus mengupayakan penyediaan pangannya. Jenis lahan yang dapat diolah untuk keperluan pertanian terbatas, dikhawatirkan pada suatu waktu akan terjadi kerawanan pangan clan selanjutnya akan mempengaruhi pada keadaan ekonomi negara

secara keseluruhan. Tambahan pula produksi pertanian tidak dapat diperkirakan secara tepat karena pengaruh ketidak tentuan alam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dalam kait.annya dengan sistem keamanan pangan. Diversifikasi pangan surnber karbohidrat menjadi salah satu cara yang diharapkan dapat meringankan beban tersebut. Pendudulc Indonesia masih memerlukan sumber karbohidrat selain beras, maka sukun diusulkan untuk menjadi salah satu alternatif karena kelebihannya. Ditinjau dari icandungan gizinya, buah sulcun memberikan sumbangan akan kebutuhan karbohidrat setara dengan ubi jalar dan kentang. Sukun di Kecamatan ngantru sampai saat ini masih belum diusahakan secara intensif atau dapat dikatakan masih merupakan tanaman pekarangan yang ditanam begitu saja. Namun demikian dalam kenyataannya hasil yang diperoleh dari produksi sukun ini dapat memberikan tambahan penghasilan bagi petani, selain memberikan sumbangan terhadap gemenuhan kebutuhan karbohidrat. Ditinjau dari aspek budidayanya yang relatif mudah timbul suatu pertanyaan tentang kemungkinan pengembangan sukun sebagai suatu usaha yang terencana. Dalam artian bahwa tanaman ini diperhitungkan sebagai suatu usaha komersial.

T u i u a n : - Untuk mengetahui cara-cara pengusahaan dan perkembangan tanaman sukun. - Untuk mengetahui produksi, pengeluaran produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani sukun. -- Mempelajari pengembangan sulrun sebagai suatu perkebunan ( feasibility study I. - Mempelajari potensi sukun sebagai salah satu alter- natif tanaman penghijauan. KAAU : - Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih jelas mengenai usahatani sukun. - Penelitian ini diharapltan dapat menjadi bahan per- timbangan bagi pembuat keputusan baik dalam usaha pengembangan sukun sebagai salah satu komoditas pa- ngan dalam rangba keamanan pangan dan peningkatan status gizi masyarakat.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS - Usahatani adalah seluruh organisasi dari alam, tenaa kerja, modal dan lnanaje~nen yang ditujukan pada produksi di lapangan pertanian ( Rifai Soeharjo dan Patong, 1973. Pada dasarnya unsur-unsur pokok usahatani terdiri atas lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan (manajernen). Keempat unsur tersebut mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan usahatani. Tujuan kegiatan usahatani berbeda-beda dipengaruhi oleh lingkungan alamnya dan Bemampuan pengusaha. Kegiatan usahatani ada Yank ditujukan untuk menienuhi kebutuhan keluarga saja (subsistent oriented) dan ada pula yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang disebut sebagai usahatani komersial (profit oriented). Setiap petani dalam melalisanakan usahataninys ber- Lujuan untuk memperoleh produksi. Setiap usahatani tentu akan menggunakan input untuk menghasilkan output dan karena itulah produksi yang dihasilkan dapat dinilai secara ekonomi berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahataninya.

Menurut Soelis.rtawi ( 1985), selisih antara penerirnaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani ( Farm net cash flow ). Penerimaan tunai usahatani ( Farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani (Farm payment ) didef inisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk penlbeliaan barang dan jasa bagi usahatani. Pendapatan tunai usahatani ini merupakan salah satu ukuran penampilan usahatani. Dalam penelitian ini ukuran pendapatan yang digunakan adalah pendapatan usahatani lieluarga. Pendapatan usahatani keluarga merupaksn imbalan yang diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan usahatani untulc jasa pengelola, tenaga kerja keluarga, penggunaan dan pemilikan modal termasuk lahan. Arld-ansia1 Menurut Kadariah.&.LLI. ( 1978 ), propelc adalah suatu keseluruhan aktifitas yang menggunakan sumber sumber un- tuh mendapatkan manfaat atau suatu aktifitas yang luarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil menge- pada waktu yang akan datang, dan dapat direncanakan, dibiayai serta dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan dari pada analisa proyek ialah untuk memperbaiki pemilikan investasi. Karena itu maka perlu diadakan perhitungan percobaan sebelum melaksanakan

proyek untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan kemanfaatan yang dapat diharapkan dari masing-masing proyek. Dua pendekatan yang biasa digunakan dalam analisa proyek, yaitu: (1) analisa finansial dan (2) analisa ekonomi. Analisa f inansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek. Sedangkan analisa ekonomis, dimana proyek dilihat dari sudut perekanomian sebagai keseluruhan. Penelitian ini memganalisa perencanaan kelayakan usahatani sukun dari segi finansial. Analisa finansial merupakan analisa biaya dan manfaat proyek. Menurut Gittinger (1086) biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat proyek adalah sesuatu yang membantu tercapai suatu tujuan. Analisa ini menerangkan keadaan selama investasi proyek berjalan atau menyangkut perkembangan proyek. Jadi berhubungan dengan persoalan apakah proyek yang bersangkutan akan sanggup menjaniin dana-dana yang dibutuhkan, rnengembalikan dana tersebut dan menjamin lielangsungan hidupnya secara finansial (Irvin, 1978 Lisbeth, 1989). E2msnhun B i~w+c.t~klaaaf..a.alera~& Biaya pada perusahaan pertanian terdiri dari biaya investasi dan biaya eksploitasi. Biaya investasi adalah

biaya yang dikeluarkan selama tanaman belum menghasilkan sedangkan biaya eksploitasi adalah biaya untuk iriengelola atau memelihara tanaman yang telah menghasilkan (Hadi Sapoetra EL..&, 1970 Warn Lisbeth,l989). Dalam analisis finansial usahatani sukun, biayabiaya yang dapat dikuantifikasikan adalah: 1. Biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan besarnya tetap setiap tahun tanpa dipengaruhi oleh besarnya produksi. 2. Biaya investasi yaitu biaya yang dikeluarkan selama tanaman belum menghasilkan seperti barang-barang modal, pembukaan lahan dan lain-lain. 3. Biaya eksploitasi yaitu biaya yang dikeluarlian setiap tahunnya selam proses produksi setelah tanaman menghasilkan. Manfaat proyek dibedakan atas manfaat yang dapat diukur dan manfaat yang tidak dapat diukur. Manfaat yang dapat diukur dalam usahatani sukun ini adalah nilai produksi usahatani sukun yang dihasilkan. Sedangkan manfaat proyek yang tidak dapat diukur atau tidak dapat dinyataltan secara kuantitatif, antara lain: (1) manfaat yang timbul atau dirasakan oleh rnasysrakat diluar proyek karena adanya realisasi proyek tersebut. (2) Manfaat yang sulit dinilai dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup, perbaiban distribusi pendapatan, integrasi nasional atau peningkatan pertahanan nasional.

e&-n_k;iw-m Analisis f inansial menggunakan dasar ukuran biaya yang benar-t~enar dikeluarlian olel-i proyeli. Dala~n ha1 ini sebagai dasar penilaian adalah harga pasar dari kouioditi yrnq dihasilkan dan tingkat upah yang dibayarkan kepada tenaga kerj a. Apabila ada beberapa harga pasar maba yang digunakan adalah harga gerbang petani, yaitu harga yang diterima petani pada waktu menjual hasil pertaniannya di tanah pertanian sendiri (Gittinger, 1986). Menurut Kadariah U (1978), indelis pengukuran kelayakan suatu proyek disebut kriteria investasi. Ada tiga inacam kriteria yang biasa digunalian, yaitu!vet sen-t I'aiue (NPV), Internal Rdte of Return (IRK) rrltin Ft-e- Met Benefit Cost Ratio (Net B/C). Setiap kriteria dipakai untuk menentukan diterina tidaknya suatu usul proyek. Penggunaan dua atau lebih kriteria investasi hanyalah merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melaksanakan suatu proyek. ~ ~ s i d r t n ~ ~ 1 i t ~ i - 3 L ~ L a t l Berbagai kegiatan proyek pembangunan yang berkaitan dengan pengolahan atau eksploitasi tanah akan menimbulkan dampak pada sistem lingkungan hiclup. Dampak tersebut dapat berupa dampak positip dan dan~pak negatip seperti penurunan tingkat kesuburan, erosi, kerusakan

lahan dan sebagainya. Hal ini akan menyebabban timbulnya tanah-tanah kritis yang memerlukan usaha rehabilitasi dan konservasi. Usaha ini bertujuan untuk mencegat1 atau meminimumkan dampak negatip tersebut agar fungsi-fungsi tanah masih dapat bertahan sehingga kesimbangan sistem lingkungan tidak terganggu. Usaha tersebut dapat berupa : a) pengaturan tataguna tanah secara terencana, b) usaha konservasi tanah dan c) rehabilitasi tanah ( Mulyanto, 1987 ). Pengaturan tataguna tanah disesuaikan dengan jenis pertanian dan kemampuan lahannya sehingga keseimbangan lingltungan tetap terjaga. Konservasi tanah secara luas adalah usaha untuk menempatkan setiap bidang tanah pada penggunaan tanah sesuai dengan kemampuan f isik kimianya dan memberikan perlakuan agar tidnk terjadi kerusaltan dan diperoleh prnduksi yang optimum dan lestari. Selanjutnya rehabilitasi tanah dimaltsudkan sebagai usaha untuk mengemhalikan fungsi-fungsi tanah yang telah rusak karena eksploitasi. Salah satu teknil; konservasi dan rehabilitasi yang relatif mudah adalah metode vegetatif. Metode ini dimaksudkan sebagai usaha pengawetan tanah dengan menggunaban tumbuh-tumbuhan termasuk sistem penanamannya. Fungsi dari penanaman tumbuh-tumbuhan ini adalah : a) melindungi tanah dari daya rusak butir-butir air hu- Jan, b) melindungi tanah dari daya rusak aliran permukaan

dan c) meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah dan ab- sorbsi air. Alternatif metode vegetatif ini antara lain adalah penghijauan. Penghijauan merupakan kegiatan penanaman tanaman, pembuatan teras, pembangunan bendungan penangkal erosi atau dam pengendali dan sebagainya yang bertujuan untuk mencegah penurunan pruduktivitas tanah dan air di areal 1.ahar1 yang bukan kawasan hutan negara atau di areal yang berdasarkan tata guna tanah tidak diperuntukkan lain se- bagai hutan ( Anonimous, 1980 ). Sampai saat ini penghijauan terus dilakulian terhadap tanah-tanah bosong, tanah gundul, belukar, padang alang-alang dan tanah kritis lainnya. Sehingga kegiatan penghijauan merupalran usaha rehabilitasi lahan kritis da- lam lingkungan daerah aliran sungai yang penting. Tujuan utama dari kegiatan penghijauan adalah : 1. Memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah agar tetap prccluktif. Ma1 ini sangat penting karena tanah merupakan modal petani dalam berusahatani, dan penda.- patan penduduk Indonesia sebagian besar tergantung di sektor pertanian. 2. Memperbaiki dan memelihara tanah sebagai pengatur air. Tanah yang baik dapat menyerap dan menahan air serta menyediakan air tanah yang dapat nlenjadi sumber air di dataran rendah.

3. Mencegah erosi dan banjir. Tanah yang tertutup nleh tanaman akan terhindar dari erosi, dan air hujan akan meresap l:e dalam tanah sehingga tidak menyebabkan banjir. 4. Memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat baik dari hasil kayu, rerumputan ataupun hasil pertanian lainnya. Pola kegiatan penghijauan diarahkan agar hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat lebih cepat dan pelaksanaannya lebih mudah, seperti pengadaan bibit jenis tanaman yang lebih disukai masyarakat dan sesuai dengan keadaan ekologis. Wudianto, (1989) mengenukakan beberapa ha1 yang perlu diperhatikan dalam memilih tanaman penghijauan antara lain : a) mudah dan cepat tumbuh, b) perakarannya dalam dan kuat, c) me~npunyai fungsi ilidroorologis yang baik, dan d) memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Lukasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive!, yaitu di Kabupaten Tuliungagung. Pemilihan lolrasi penelitian ini didasarlian pada informasi pedagang sukun di P6.sa.r Induk Kran~at Jati,Jakarta. Dari ka.hupaten ini kemudian dipilih Kecamatan Ngantru atas saran dari Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung. Dari l<ecamatan ini dipilih lagi dua desa sebagai penghasil sukun terbanyak yaitu desa Bendosari dan desa Pucunglor. Dilihat dari pen yebaran umur tanaman, maka usahatani sukun di kedua desa tersebut mempunyai umur tanaman yang tidak merata penyebarannya. Dengan demikian pengambilan data cukup dari ke dua desa tersebut yang dapat mewakili kecamatan Ngantru. f z w u i l i ~ a r ~ d Pemilihan sampel untuk subsistem usahatani dilakukan dengan mengguna!.:an metode acak sederhana (Simpie Ranciom Sampiingl. 'Jumlah petani contoh yang dixtribil sebanyali 40 petani yaitu rias sing-masing 20 petani dari desa Bendvsari dan 20 petani dari desa Pucunglor. Petani sampel umumya mempunyai tanaman sukun yang berbeda-beda yang mengaki- batkan hasil yang berbeda-beda pula. Data yang diperoleh merupakan data 'cross section' berdasarkan umur tanaman dimana tiap tahunya diambil 2-5 contoh tanaman sukun.

w-meulanllnta Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer menyangkut semua aspek-aspek prak- tis dalam sistem komoditas ini. Data sekunder diperoleh dari literatur, lembaga atau instansi terkait. Sulnberdanm ~i~~ 1. Pengadaan sarana produksi, budidaya, penggunaan input faktor, jumlah produksi dan harga yang diterima dalam penjualan diperoleh dari wawancara dengan petani. 2. Instansi terkait seperti dinas pertanian, perkebunan, kehutanan, BPP Kecamatan, instansi tingkat desa, in- stansi tingkat kecamatan untuk data yang relevan. IS us- ie- l.. La Salah satu ukuran penampilan usahatani adalah ukuran pendapatan dan keuntungan. Untuk itu diperlukan data mengenai penerimaan dan pengeluarannya. Penerimaan usahatani sukun adalah nilai uang yang diterima dari penjualan buah sukun, tetapi tidak termasuk buah sukun yang dikonsumsi keluarga. Pengeluaran usahatani sukun adalah semua nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga lrerja keluarga petani.

Selisih penerimaan usahatani sukun dengan pengeluar- an usahatani sukun adalah pendapatan usahatani keluarga. Pendapatan usahatani keluarga n~engukur imbalan yang di- peroleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Perhitungan pendapatan usahatani (sukun) keluarga secara umum adalah sebagai beriliut: Y Y P Hp = P. Hp - B.sp : tingkat pendapatan : produlisi : harga produksi di tingkat petani B.sp : biaya sarana produlisi Tanaman sukun merupaltan tanaman tahunan, maka akan dilihat tingkat pendapatan usahatani keluarga untuli tiap umur tanaman. Selain melihat pendapatan usahatani, data produksi bulanan dapat digunalian untulc gambaran flulituasi produltsi tahunan. Gambaran f lulituasi produksi ini nantinya akan dapat digunakan dalam pereneanaan perkebunan. Pereneana proyek perkebunan sukun (sebagai pengambil keputusan) menentukan dilaksanakan atau tidaknya proyek tersebut. Evaluasi proyek yang dilakukan hanyalah

merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melaksanakan suatu proyek. Gittinger (1986) dan Kadariah (1978) memberikan bahan pertimbangan yang menjadi kriteria investasi kelayakan proyek: a) Net Present Value (NPV), atau nilai kini bersih, yang didapat dengan mendiskontokan semua biaya (cost) dan penerimaan (benefits) pada "discount rate" tertentu dan kemudian hasil diskonto penerimaan dikurangi hasil diskonto biayanya. Suatu proyek dibatakan layak atau menguntungkan adalah bila NPV-nya bernilai positif. Rumusan NPV secara matematis adalah: NP" = f Bt --- -- Ct ----, dimana t=l (1 + i)t Bt : benefit sosial kotor pada tahun t, yang terdiri dari segala jenis penerimaan yang diterima dalam tahun t Ct : biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t. Termasuk segala jenis pengeluaran yang bersifat modal atau rutin yang dibebankan pada proyek tahun t n : umur ekonomis proyek i : tingkat pengurangan hasil (discount rate) Kadariah et al, (1978) mengemukakan bahwa produk- tivitas investasi belum diteliti dan oleh karena itu tingkat discount rate yang dipakai berkisar antara 12

sampai 15 persen. Dalam tulisan ini tingkat discount rate yang digunakan sebesar 18 persen yang didasarkan pada tingkat suku bunga deposit0 bank per tahun. b) Internal Rate of Return (IRR), adalah tingkat discount rate yang menyebabkan jumlah hasil diskonto penerimaan sama dengan hasil disconto biaya. Suatu proyek dikatakan layak atau dapat diterima jilra IRR-nya lebih besar dari tingkat discount rate yang ditetapkan. Rumusan secara matematis adalah sebagai berikut: Dapat juga diperoleh dengan metode interpolasi dengan rumus: il adalah tingkat discount rate yang membuat NPVl bernilai positip i2 adalah tingkat discount rate yang membuat NPV2 bernilai negatip. C) Net B/C, didapatkan dengan membagi jumlah hasil diseonto pendapatan yang positif dengan jumlah hasil diskonto pendapatan yang negatif. Untuk menghitung Net B/C digunakan rumus :

,Jika nilai Net B/C > 1 merupalran tanda 'go' untulr proyek tersebut, sedangkan Net B/C < 1 merupakan tanda 'no go'. Krmvasi dan Red- Metoda yang digunakan dalam melihat kemungkinan tanaman sukun menjadi salah satu alternatif tanaman penghijauan adalah dengan pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan mencakup beberapa sifat tanaman yang disesuailran dengan syarat tanaman petighijauan seperti yang dikemukakan dalam kerangka penelitian, meliputi sifat-sifat hidroorologinya. Selain pengamatan di lapang juga dilakukan wawancara langsung dengan petani, petugas lapangan penghijauan atau dinas kehutanan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan sukun jika digunakan sebagai salah satu tanaman penghi- j auan.

KEADAAN UHUH DAERAH PENELITIAN ILadmnJmum~esaglar Desa Pucunglor termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung. Luas wilayah desa ini mencapai 302 hektar. Wilayah ini terdiri dari persauahan, dan lahan kering. Bentuk permukaan tanah sebagian besar adalah dataran rendah dengan tingkat kesuburan tanah yang sedang. Letak desa ini cukup jauh dari pusat fasilitas. Ja- rak desa ke pusat kecamatan sejauh 7 km, ke pusat kabupaten sejauh 13 km, dan ke ibukota proginsi sejauh 153 ltm. kauriulr Penduduk desa Pucunglor berjumlah 3 395 jiwa dengan 696 kepala keluarga dan kepadatan penduduk 1240 jiwa 2 per km. Jumlah penduduk desa yang termasuk angbatan kerja adalah 72,58 persen yang terdiri dari 38,18 persen angkatan kerja pria dan 34,40 persen angkatan kerja wanita. Penduduk desa ini sebagian besar memiliki sumber pendapatan dari sektor pertanian. Buruh tani merupakan bagian terbesar dari jenis pekerjaan penduduk desa ini yaitu sebesar 75,5 persen. Petani pemilili sejumlah 18,92

persen dan selebihnya bekerja di sektor industri pegawai dan wiraswasta. KeadaanUmuroe- Desa Bendosari merupakan salah satu desa da.lam Kecamatan Mgantru yang terletak di pusat kecamatan. Luas wilayah desa ini mencapai 250 hektar dengan penggunaan lahan terpusat di sektor pertanian yang terdiri dari lahan sawah seluas 32 persen dan lahan kering 35,3 persen. Topografi tanah adalah dataran rendah dengan produktivi- tas tanah sedang. Desa ini terletak di pusat kecamatan bersebelahan dengan ibukota kecamatan. Jarak antara desa dengan pusat fasilitas berturut-turut 0,s km, 6 km, dan 147 km terhadap ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dan ibukota propinsi. m Desa Bendosari terdiri dari 653 kepala keluarga dengan jumlah total 3 624 jiwa. Tingkat bepadatan 2 penduduk, mencapai 1 450 jiwa per km. Angkatan kerja mencapai 62.25 persen yang terdiri dari 33.11 persen angkatan lterja pria dan 29.14 persen angkatan kerja wa.ni.ta. K 8 t a l i u Mata pencarian pokok penduduk desa ini adalah di sektor pertanian dengan persentase terbesar sebagai buruh

t,ani sebesar 53,8 persen. Petani pemilik sawah dan penggarap masing-masing 3,56 persen dan 23,s persen sedangkan petani pemilik lahan kering hanya 6,5 persen. Mata pencarian lainnya adalah pegawai, guru, dan wiraswasta. I k l i p Berdasarkan data curah hujan tahunan yang dihitung dengan metoda Schmidt dan Ferguson, tipe iklim Kecamatan Ngantru termasuk tipe iklim D dengan 5-6 bulan kering dan 6-7 bulan basah. Tipe D mempunyai sifat agalc ke- ring. Bulan kering umumnya jatuh pada bulan Juni sampai Oktober dan bulan basah Satuh pada bulan Nopember sampai April dengan jumlah curah hujan tahunan 1 528 mm per tahun. Temperatur berkisar antara 24' C dan 23' C dengan temperatur rata-rata 26' C. Kemamatan Ngantru terletak pada ketinggian 30 meter dari permukaan laut. Bentuk permukaan tanah adalah data- ran rendah dan jenis tanah aluvial serta kedalaman air tanah antara 4 sampai 20 meter.

DESKRIPSI KOWODITAS SUKUN Sukun di Kecamatan Ngantru umumnya ditanam sebagai tanaman pekarangan secara terbatas. Pelrarangan yang di- maksud adalah tanah yang berada di sekeliling rumah. Su- kun yang ditanam belum diusahakan secara baik, dan hasilnya masih sebagai tambahan pangan keluarga. Namun demikian, sukun yang telah menghasilkan dapat pula sebagai tambahan penghasilan bagi petani. Pada awal dan akhir musim, harga sukun dapat meningkat. Produksi sukun setahun dapat mencapai 100-300 buah.. dalam Menurut Dinas Pertanian Tulungagung, sampai saat ini belum dapat diketahui jenis-jenis sulcun )rang berada di Kecamatan Ngantru. Pendataan jumlah pohon sukun belum pernah dilakukan, karena sukun bukan sebagai tanaman yang diprioritaskan. Saat ini tanaman yang sedang dikembangkan di Kecamatan Ngantru meliputi tanaman rambutan, melinjo dan jeruk. Pada beberapa daerah ada keanekaragaman bentuk, rasa, dan musim berbuah sukun. Sukun yang berasal dari Kecamatan Ngantru bentuknya bulat agak lonjong, kulit buah sukun tua berwarna kecoklatan, rasanya enak dan manis ketika buah masalr. Musim buah terjadi sekitar Januari - Maret dan Juli - September. Diluar musim tersebut, buah sukun tetap ada tetapi dalam jumlah yang sedikit.

Ep,mh.ihital Buah sukun tidak memiliki biji, sehingga perbanyakan tanaman sukun dapat dilakukan dengan cara memotong tunas akar yang tumbuh, stek akar dan cangkok. Tunas akar ini tumbuh di bawah tanaman indult. Untuk merangsang tumbuhnya tunas akar ini petani biasanya melakukan pelukaan akar dengan memotong akar. Pelukaan biasanya dilakukan pada musim hujan sehingga tunas akan cepat tumbuh. Tunas akar dengan ketinggian 30-60 cm siap dipindahkan. Tunas akar dipindahkan dengan cara sistem putar sehingga tanah sekeliling tunas ikut terbawa. Exaamam Tanah yang akan ditanami sukun diratakan dan dibersihkan dari semak-semak. Lubang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Lubang tersebut diisi dengan 2 ember pupuk kandang dan dicampurkan dengan tanah. Lubang dibiarkan selama 3 sampai 6 hari. Jika tidak ada hujan, maka lubang tersebut disiram agar pupuk kandang dapat bercampur dengan tanah. Bibit sukun yang telah disiapkan ditanam di tengah- tengah lubang. Untuk mencegah bibit sukun terinjak atau dimakan ternak sebaiknya diberi pagar pengaman pada sekeliling tanaman tersebut. Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan pupuk kandang. Pupuk tersebut diberikan pada saat menanam

bibil sukun. Pupuk kandang diberikan ketika membuat lubang sedangkan pupuk urea diberikan sekitar tajub luar bibit sukun. Jumlah pupuk urea yang diberikan kira-kira segenggam tangan orang dewasa atau sekitar satu ons. Setelah bibit sukun ditanam, selanjutnya petani sampel tidak pernah melakukan pemupukan kembali. Mamun ada juga yang melakukan pemupukan setiap 3-6 bulan sekali sampai sukun tersebut berbuah pertama kali. Sete- lah pohon sukun berbuah, tak ada perlakuan pemupukan hem- bali. Kebutuhan akan air bagi macam-macam pohon buah berbeda-beda. Ada yang baik tumbuh di daerah yang beriklim basah dan ada pula yang baik di daerah yang mempunyai musim kemarau panjang, ha1 ini sangat tergantung dari jenisnya. Tetapi ada jenis-jenis pohon buah-buahan yang dapat tumbuh baik di daerah basah maupun di daerah kering. Sukun dapat tumbuh di daerah basah maupun di daerah kering. Pada gambar 2 menunjukkan grafik curah hujan dan produlcsi dimana sultun tampaltnya tidak terlalu dipengaruhi oleh ada tidaknya hujan. Sayang, belum ada penelitian berapa jumlah bulan basah dan bulan kering agar sukun dapat tumbuh baik. Hanya ditegaskan oleh Purseglove (1968) bahwa sukun adalah ta- naman dataran rendah daerah tropik yang kering dan panas.

Dari tinjauan diatas, pada umumnya sukun toleran akan kebutuhan air pada musim kering. Petani sampel menyatakan bahwa mereka tidak melakukan penyiraman secara rutin terhadap sukun. Hal ini nerupakan salah satu kelebihan daripada sukun dan memudahkan dalam pemeliharannya. bma dan Penvalrit Hama dan penyakit merupakan musuh pohon buah-buahan, lebih-lebih pada bulan-bulan pertama penanaman. Sukun pada permulaan hidupnya harus dipelihara baik-baik. Sukun jarang terserang hama dan penyakit yang serius (berbahaya), tetapi busuk buah yang disebabkan oleh Rhliopur artncarpi pernah dilaporkan di India (Purseglove, 1968). Beberapa pohon sukun petani sampel terserang hama penggerek batang yang disebut Ulan-ulan. Hama ini dapat melubangi batang dan disekitar lubang tampak cairan berwarna coklat. Petani sampel melakukan pemberantasan hama penggerek batang dengan cara memberikan endrin atau basudin ke dalam lubang tersebut. Ilk- Ciri-ciri buah sukun siap panen terlihat dari warna kulit buah. Kulit huah tua akan menjadi kecoklatan. Pemetikan buah sukun menggunakan galah yang di ujungnya terdapat pisau. Buah sukun dijatuhltan dari atas pohon. Buah sukun yang dijual biasanya buah yang belum aatang.

v Pohon sukun dapat mencapai ketinggian 20 meter. Bentuk pohon sukun sangat indah dan dapat digunakan sebagai ornamen pekarangan. Pohon sukun dapat dipangkas untub mendapatkan pohon yang rimbun. Banyak manfaat yang dapat diambil dari buah, daun, batang dan akar sukun. LU Buah sukun berbentuk bulat agak lonjong dengan ukuran diamater 10-25 cm dan rata-rata berat 1,163 kg. Buah sukun dapat dipetik setelah berumur 60-90 hari dari saat terjadinya pembuahan. Buah yang telah dipetik t.idak dapat disimpan untuk waktu yang lama. Buah sukun muda dapat dimasak sebagai sayur, pakan ternab atau ramuan obat. Sayur sukun belum banyak dikenal oleh masyarakat, saat ini hanya sambel goreng sukun yang sudah diltenal dan disukai. Menurut ibu PKK setempat buah sukun muda dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever. Caranya dengan merebus buah sukun muda ke dalam 10 gelas air dan direbus hingga menjadi 2 gelas air dan digunakan setiap minum. Kebenaran pernyataan ini tampaknya perlu diteliti lebih lanjut. Buah sukun tua dapat diolah sebagai panganan. Panganan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarapan atau nyamikan. Bentuk panganan yang telah dikenal adalah sukun goreng, rebus, getuk, dan atau tape sukun.

Buah sultun matang akan menjadi lunak dan rasanya manis. Aromanya wangi dan sangat menyengat hidung. Buah sukun matang biasanya digoreng dengan menggunakan terigu. Buah sukun yang sudah tua dapat diolah menjadi bermacam-macam masakan. masakan dari buah sulcun. Telah tercatat sejumlah 34 resep Peter dan Wills, ( 1956 ) dalam Bak:ir, ( 1979 ) menyebutkan bahwa buah sukun telah banyak diawetkan dengan cara fermentasi yaitu dengan membiarkannya di dalam tanah sampai terjadi proses fermentasi. Daya simpan buah subun tua relatif sangat singkat. Buah tua yang sudah dapat dilronsumsi akan menjadi lembek setelah disimpan selama 5 hari, selanjutnya buah akan menjadi busuk. Buah yang dibiarkan masak di pohonnya akan jatuh dan biasanya sudah terlalu lembek untuk dapat dikonsumsi. Penyimpanan buah tua dengan menggunakan kemasan tertutup seperti karung akan mempercepat proses pemasakan buah. Perlakuan untuk meningkatkan daya simpan sukun tua belum pernah dilaltukan tetapi pengolahan sukun menjadi tepung akan dapat mempertinggi daya simpannya. Untuk mengolah sukun menjadi tepung diperlukan beberapa perlakuan berupa pengupasan, pengirisan, pengeringan sampai pellgolahan (Baltar, 1979). Setelah tahap pengeringan baik melalui penjemuran atau pengeringan dengan menggunakan alat, buah sukun akan menjadi bahan kering seperti gaplek singkong. Dan bentuk "gaplek" ini

memiliki daya simpan yang relatif lebih lama. D w Daun sukun lebar, bentuknya menyirip dan mengandung lapisan lilin pada permukaannya. Daun sukun dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing atau sapi. Pohon sukun yang subur memiliki daun yang rimbun sehingga dapat dimanfaatkan sebagai peneduh. Menurut Heyne (1987) daun sukun dapat dimanfaatkan sebagai ramuan minyak gosok untuk menyembuhkan kulit yang bengkak, yaitu dengan membakarnya dan mencampurkan abu hasil pembakaran dengan minyak kelapa dan kunyit. Daun ini juga baik sebali dimanfaatkan sebagai makanan ternali, (Burkill, 1935 &.l.arn Bakar, 1979). i32ll.b- Batang sukun kurang baik untuk digunakan sebagai Iiayu bangunan rumah. Batang sukun ter~nasuli kayu lunak dan biasanya digunakan sebagai kayu untuk peti buah atau peti telur. Batang sukun yang berumur lebih dari 15 tahun dapat dijual dengan harga 15 sampai 20 ribu rupiah. Kegunaan lain batang sukun adalah sebagai kayu bakar. Aksr Akar sukun sangat menyebar, dimana panjang ke samping mencapai 10 meter dari pohon induknya. Akar

dari banyaknya pohon sukun yang dekat rumah atau pagar tembok. Pelukaan akar sukun dapat merangsang pertumbuhan tunas dan tunas ini dapat dimanfaatkan sebagai bibit yang baik. Tanaman sukun memiliki perakaran yang kuat dan mahkota yang rindang sehingga dapat cli~nanfaatkan sebagai tunaman penghijauan, sebagai tanaman pencegah erosi.

Gambar 1. Sukun (~rtocarpus altilis): A. Dzun, Buah dan Bunga Jantan Sukun; B. Bagian Bunga Jantan; C. Penampang Buah Sukun. ( Sumber : Purseglove, 1968)

USAHATANI SUKUN Pekarangan adalah tanah yang umumnya menjadi satu dengan rumah dan membentuk suatu kampung atau desa (Aak, 1930). Lahan pekarangan merupakan bagian dari lahan yang dapat diusahakan untuk berusahatani selain lahan sawah dan lahan tegalan. Petani mengusahakan lahan pekarangan masih terdiri dari bermacam-macam jenis tanaman. Sayang, tanaman pekarangan ini belum diusahakan dengan teratur. Sukun merupakan salah satu tanaman pekarangan yang diusahakan petani di Kecamatan Ngantru. Tu juan kegiatan usahatani sukun untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan atau untuk memperoleh keuntungan (berupa penjualan buah sukun). Tanaman sukun yang telah menghasilkan dapat merupakan makanan tambahan disamping makanan pokok dan atau dijual untulc menambah penghasilan petani. Sukun adalah tanaman tahunan sehingga petani akan me~nperoleh manfaat dari hasil produksi dalam beberapa tahun. Tanaman sukun mulai berkembang di Kecamatan Ngantru mulai pada tahun 1371 ketika kepala daerah setempat membagikan bibit sukun untuk ditanam petani. Nalnun demikian perkembangannya tidak pesat, bahkan akhir-akhir ini banyalc tanaman sukun yang ditebang. Bibit sukun yang biasa ditanam di daerah ini berasal dari tunas akar. Perbanyakan tanaman sukun di daerah ini belum berkembang menjadi suatu usaha (bisnis). Hal ini mungkin disebabkan

oleh permintaan akan bibit sukun yang rendah. Bibit sukun yang biasa ditanam lebih banyak berasal dari tunas akar yang tumbuh sendiri. Memang ada juga petani yang mencoba untuk mengembangkan sukun dengan membuat bibit dengan stek akar. Perbanyakan tanaman dengan tunas akar belum dapat mengimbangi penebangan pohon sukun. Untuk keperluan perbanyakan sukun digunakan stek akar. Adanya penebangan pohon sukun dapat digunakan untuk menyediakan bibit baru dengan memanfaatkan akarnya. Menurut Heyne (1987), cara memperbanyak sukun dengan menanam potongan akar yang panjangnya 20-25 cmdandiameternya 1.5-5 cm. Potongan akar ini ditanam di bedengan pasir yang terlindung dengan sudut naungan 45'. Pembentukan akar yang terjadi akan tidalc teratur, beberapa potongan akar setelah tiga bulan ada yang dapat dipindahkan ke pesemaian dengan tanah subur, namun ada juga yang sampai umur 5 bulan. Kalau tanaman dipesemaian tingginya telah mencapai 60 cm maka cabang-cabang yang muda serta 3/4 dari daun diambil dan kemudian tanaman dipindahkan dengan hati-hati ke lahan yang diinginkan. Ditambahkan oleh Admodiwiryo (1978), sebelum ditanam steb akar dicelupkan ke dalam larutan Kalium Permanganat (2%) untuk membekukan getah. Usaha pencangkokan tunas akar belum pernah dilakukan petani. Gartner et a1 (1976) r- Admndiwiryo (1978)

melaporkan bahwa pencangkokan tunas akar sangat menguntungkan, dengan hasil persentase tumbuh yang tinggi. Pencangkokan siap dipisahkan setelah 4-5 bulan. Cara ini disebut metode Kaup dimana pencangkoban dllakukan pada tunas akar setinggi 15 cm dari permukaan tanah. Pemisahan cangkokan yang sudah berakar akan merangsang pembentukan tunas lie samping dari tunggul yang tertinggal. Tunas samping ini dapat dicangkok lagi dan dengan demikian akan dapat tersedia lagi bahan untuk perbanyakan. Dua atau tiga bulan berikutnya 3-4 tunas samping akan tumbuh, yang paling atas siap untuk dicangkok lagi setelah 30-40 hari. Seterusnya tunas di bawahnya siap untuk dicangkok 14 hari berikutnya. V - i r a r a n Dari hasil penelitian di lapangan dengan penanaman yang tidak intensif diperoleh gambaran mengenai fluktuasi produksi musiman. Puncak puncak produksi terjadi pada bulan Februari dan Agustus. Musim pertama antara Januari Maret dan musim kedua antara Juli September. Pada awal dan akhir musim-musim ini produksi sukun tidak terlalu banyak karena sifat buah sukun yang tidak serentak. Sering ada pendapat yang mengatakan bahwa sukun tidak pernah berhenti berbuah sepanjang tahun, padahal kenyataannya menunjukkan bahwa ada bulan-bulan tertentu dimana sukun tidak berbuah sama sekali. Namun memang periode tidak ada buah ini tidak terlalu lama. Sebagai contoh,

pada akhir September produksi sukun sama sekali kosong tetapi pada awal Mopember telah mulai berbuah lagi. Umur buah sukun dari mulai Beluar sampai siap dipanen berkisar antara 2-2,5 bulan sehingga apabila dilihat sekilas tanaman sukun tidak pernah berhenti berbuah. Dengan keadaan seperti ini buah siap panen akan diperoleh mulai awal Januari atau akhir Desember dan terus bergiliran sampai bulan Maret untuk musim pertama. Untuk musim bedua produksi dimulai pada awal Juli sampai akhir Sep- tember. Produksi tertinggi dari kedua musim tersebut di- capai pada musim pertama. Dikatakan bahwa ha1 ini terja- di karena pada buah akan terbentuk dengan baik dan banyak setelah tanaman tersiram hujan. Gambar 2. Persentase Curah Hujan Bulanan dan Produksi Buah Sukun dalam Setahun Inn IFcb Mnr Apr Mei Iun Iu1 bulan

Hal ini dapat dilihat pada gambar di atas yang menunjukkan fluktuasi curah hujan rata-rata bulanan (ber- dasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir) dan fluktua- si produksi rata-rata bulanan tanaman sukun. Fluktuasi produksi rata-rata bulanan ini didasarkan pada produksi bulanan sukun yang berumur 7-15 tahun. Dari gambar tersebut tampab bahwa produksi tertinggi dicapai pada musim pertama (Januari - Maret) dengan pro- duksi terbanyak pada bulan Februari dan bukan Agustus untuk musim kedua. Dihubungkan dengan curah hujan bulanan maba saat musim pertama jatuh bersamaan dengan musim hujan dan musim kedua jatuh pada musim kering. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman sukun tampaknya tidak terlalu dipengaruhi oleh ada tidaknya hujan. Artinya tanaman ini dapat hidup dan berproduksi baik pada daerah kering atau basah. Er-knuaL! Umur tanaman yang menghasilkan produksi tahunan tertinggi (puncak produksi) untuk daerah Tulungagung ini tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan karana tanaman sukun di daerah ini baru mulai dikembang- kan pada tahun 1970/1971 sehingga umur tertua yang dida- patkan hanya 20 tahun. Memang ada petani yang mempunyai satu tanaman yang telah berumur 24 tahun (hasilnya menu- run) tetapi tampaknya sangat riskan untuk menggunakannya sebagai dasar untuk menyimpulkan umur tanaman sukun yang

350 300 250 200 150 too 50 0 I I 1 1 I L L_I---LL&> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 16 17 18 19 20 f ah* Ke terangan: o prod&< norrnml, + prod&& iniensif Gambar 3. Produksi Rata-Rata Tahunan Buah Sukun Selama Dua Puluh Tahun

menghasilkan produksi tahunan tertinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil produksi tahunan untuk tanaman yang berumur 3-20 tahun terus meningkat. Untuk lebih jelasnya, grafik produksi berdasarkan umur tanaman dapat lihat pada gambar dua. Keterangan produksi ini dapat digunakan pada bab selanjutnya dalam menganalisis kemungkinan pengembangan sukun sebagai salah satu komoditas perkebunan. Sarana produksi yang umum digunakan adalah pupuk (kimia atau buatan). Petani memberikan pupuk urea dan pupuk kandang bagi tanaman sukun. Pupuk ini hanya diberikan pada saat menanam sampai tanaman tersebut menghasilkan buah pertama kali (sekitar umur 2.5-3 Tahun). Banyaknya pupuk urea yang digunakan kurang lebih 100 gram per pohon per tahun sedangkan pupuk kandang mencapai 20 kg. Harga pupuk urea ditingkat petani adalah Rp 250,- per kg dan harga pupuk kandang mencapai Rp 15,- per kg. Jumlah pengeluaran sarana produksi mencapai Rp 325 per tahun per pohon yang terdiri dari pupuk urea sebesar Rp 25,- dan pupuk kandang sebesar Rp 300,-. Curahan tenaga kerja meliputi pembuatan lubang, menanam, memupuk, dan pemeliharaan. Usahatani sulcun ini masih usaha sambilan sehingga biaya opportunity tenaga kerja dianggap nol. Bila usahatani sukun menjadi