PERBANDINGAN KUALITAS EKSTERNAL TELUR AYAM RAS STRAIN ISA BROWN DAN LOHMANN BROWN

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 bertempat di Desa Tegal Sari,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014, bertempat di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2014 di Peternakan Eko Jaya dan

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Peternakan Itik Eko Jaya dan

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

STUDI KUALITAS TELUR AYAM RAS DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO. Hearty Salatnaya

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS PADA FASE PRODUKSI PERTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

III. BAHAN DAN METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September--09 Oktober 2013 bertempat di

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 di CV. Varia Agung Jaya, Desa

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERFORMA AYAM PEDAGING PADA SISTEM BROODING KONVENSIONAL DAN THERMOS

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

Kuantitas dan kualitas telur ayam arab (Gallus turcicus) silver dan gold

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

THE EFFECT OF LIGHT COLOR ON FEED INTAKE, EGG PRODUCTION, AND FEED CONVERSION OF JAPANESE QUAIL (Coturnix-coturnix japonica) ABSTRACT

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

PENGARUH PENGGUNAAN DAGING BUAH SEMU JAMBU METE DAN TELUR INFERTIL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ABON TELUR

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

Kualitas Telur Pertama Burung Puyuh (Coturnix coturnix javonica) Dengan PemberianTepung Daun Pepaya (Carica papaya L) Dalam Ransum

RINGKASAN. sifat dengan itik Tegal, itik Mojosari, dan itik Alabio. Di daerah asalnya, itik

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS TELUR AYAM ARAB

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

KUALITAS TELUR ITIK YANG DIPELIHARA SECARA TERKURUNG BASAH DAN KERING DI KABUPATEN CIREBON

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH BOBOT TELUR TERHADAP FERTILITAS, SUSUT TETAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS TELUR KALKUN

PENGARUH LAMA SIMPAN TELUR ITIK TERHADAP PENURUNAN BERAT, INDEKS KUNING TELUR (IKT), DAN HAUGH UNIT (HU).

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAHE MERAH

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

DAFTAR PUSTAKA. Abbas, M. H Pengelolaan Produksi Unggas. Jilid ke 1. Universitas Andalas, Padang.

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

Transkripsi:

PERBANDINGAN KUALITAS EKSTERNAL TELUR AYAM RAS STRAIN ISA BROWN DAN LOHMANN BROWN Comparison between Quality External Egg of Isa Brown and Lohmann Brown Fauzan Isnanda Dirgahayu 1a, Dian Septinova b, dan Khaira Nova b a The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University b The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347 ABSTRACT Laying chicken is a type of extremely popular poultry developed by small farmers. Laying chicken (layer) maintained by farmers were isa brown and lohmann brown strain. The purpose of this research was to compare between external quality of eggs (weight, shape index, and index egg) of isa brown and lohmann brown strain.this research were conducted in April 2015 at Mulawarman Laying Chicken Farm, Tegalsari village, Gadingrejo sub-district, Pringsewu district. The number of eggs observed in this research was 50 egs for isa brown strain and 50 egss for lohmann brown strain taken from the enclosure that contains 100 cages. Layer used in this research were 58 weeks. Weight and index egg obtained was analyzed by t student test in level of 5% and class of weight and shape egg by descriptive qualitative test. The results show weigths and index strains isa brown and lohmann brown were not significant (P>0,05). isa brown strain were extra large class of weight and on lohmann brown were a large class. Lohmann brown have the shape egg better than isa brown. (Keywords: laying chicken, external quality of eggs, isa brown strain, lohmann brown strain) PENDAHULUAN Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi saat ini adalah bagaimana menghasilkan produk peternakan yang memiliki daya saing tinggi baik dalam aspek kuantitas, kualitas, ragam produk, kontinuitas, pelayanan maupun harga yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasar. Salah satu produk peternakan yang sangat digemari dan merupakan sumber gizi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah telur ayam. Selama ini, telur ayam yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah telur ayam ras petelur. Ayam ras petelur adalah banyak diusahakan oleh masyarakat baik dalam skala kecil yang dikelola oleh keluarga atau sekelompok masyarakat peternak maupun dalam bentuk industri peternakan dalam skala usaha yang besar. Ayam ras petelur (layer) yang banyak dipelihara oleh peternak adalah strain isa brown dan lohmann brown. Kualitas telur akan mengalami penurunan setelah penyimpanan baik kualitas eksternal maupun internal. Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa standar yang menentukan baik kualitas internal dan eksternal. Perbedaan strain ayam petelur pada umumnya menghasilkan telur dengan kualitas eksternal dan internal yang berbeda. Kualitas eksternal telur meliputi kebersihan kulit, bobot, indeks, dan bentuk telur. Kualitas internal telur meliputi kondisi putih telur (albumen), ukuran kantung udara, bentuk kuning telur, dan kekuatan kuning telur. Telur dengan kualitas eksternal yang baik akan memberi kesan positif pada kualitas internal sehingga akan memengaruhi penjual dan konsumen untuk membeli telur. Telur yang biasa dikonsumsi oleh konsumen bersumber dari ayam ras. Ayam ras petelur yang banyak dipelihara oleh peternak adalah ayam ras strain isa brown dan lohmann brown karena memiliki sifat yang cepat beradaptasi dan tingkat produktivitas yang tinggi. Waktu dan tempat MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada April 2015 di Peternakan Ayam Petelur Mulawarman, Desa Tegalsari, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, dan Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 1

Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah telur ayam ras dari dua strain induk berbeda yaitu strain isa brown dan lohmann brown yang didapat dari Peternakan Ayam Petelur Mulawarman di Desa Tegal Sari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu. Telur diambil dari ayam yang berumur 58 minggu. Ayam dipelihara secara intensif dalam cage dengan kepadatan kandang 1 ekor/cage. Ransum layer yang digunakan berasal dari Peternakan Ayam Petelur Mulawarman. Alat yang digunakan meliputi egg tray, timbangan elektrik kapasitas 210 g dengan tingkat ketelitian 0,01g merk boyco, jangka sorong, kertas tisu, kertas label, baskom plastik, dan alat tulis. Rancangan Penelitian Kelompok strain isa brown dinyatakan sebagai P1 dibandingkan dengan strain lohmann brown sebagai P2. Peubah yang diamati meliputi bobot, indeks, dan bentuk telur. Pengamatan untuk masing-masing kelompok dilakukan terhadap 50 butir telur. Analisis Data Data bobot dan indeks telur diuji dengan uji-t student pada taraf 5%. Hasil kelas bobot dan bentuk telur dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan telur dilakukan selama 1 hari. Telur diambil dari cage dengan metode pengacakan (random). Cara pengambilan sampel telur sebagai berikut: memberi nomor pada semua cage; membuat kotak undian, kemudian mengocok undian; menyesuaikan nomor yang keluar dengan nomor pada cage lalu memindahkan telur yang terpilih sebagai sampel ke egg tray; melakukan sampai telur pada egg tray sampel berjumlah 50 butir pada masingmasing strain. Memeriksa kualitas eksternal telur (bobot telur, bentuk telur, dan indeks telur).mencatat data yang diperoleh. Bobot Telur HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada Tabel 1 diketahui rata-rata bobot telur strain isa brown adalah 64,08 ± 6,03 g sedangkan strain lohmann brown sebanyak 60,82 ± 5,19 g. Bobot telur tertinggi strain isa brown adalah 81,99 g dan terendah dengan bobot 51,16 g. Bobot telur tertinggi strain lohmann brown adalah 77,49 g dan terendah dengan bobot 50,71 g. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa rata-rata bobot telur strain isa brown dan lohmann brown berbeda tidak nyata. Artinya perbedaan strain tidak memengaruhi bobot telur segar. Bobot telur yang berbeda tidak nyata disebabkan oleh kemampuan metabolisme kedua strain yang relatif sama, sehingga dengan pemberian ransum yang sama menghasilkan konsumsi ransum dari kedua strain ini juga relatif sama menyebabkan nutrisi yang diserap tubuh juga relatif sama sehingga protein dalam ransum yang digunakan untuk pembentukan telur akan relatif sama. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Sodak (2011) yang menyatakan factor yang memengaruhi bobot telur ayam adalah umur ayam, suhu lingkungan, strain atau breed, kandungan nutrisi dalam ransum, bobot tubuh ayam dan waktu telur dihasilkan. Tabel 2. Klasifikasi standar bobot telur strain isa brown dan lohman brown. Bobot telur Isa brown Lohmann brown Rata-rata (g) 64,08 60,82 Sd 6,03 5,19 Tertinggi (g) 81,99 77,47 Terendah (g) 51,16 50,71 Kemampuan metabolisme ayam dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi ayam tersebut terhadap stres. Salah satu kelebihan strain isa brown dan lohmann brown adalah ketahanan yang baik terhadap iklim (Rasyaf, 2003). Ayam isa brown dan lohmann brown yang diamati dalam penelitian ini mendapat kondisi lingkungan yang sama baik dari segi tekanan panas maupun kelembaban. Kedua strain ayam yang diamati memiliki kemampuan adaptasi yang relatif sama sehinggan konsumsi ransum dan penyerapan nutrisi kedua strain ayam relatif sama. Hal tersebut mengaibatkan bobot telur kedua strain ayam relatif sama. Suhu dan kelembapan lingkungan yang ideal untuk ayam petelur masing-masing 23--25 C dan 55--65%. Saat suhu lingkungan terlalu dingin, otak akan merespon dengan meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan panas. Kasus heat stress lebih sering terjadi pada ayam dewasa karena ayam tersebut lebih banyak menghasilkan panas sehingga lebih mudah stres. Pada saat suhu lingkungan terlalu tinggi, konsumsi ransum mengalami penurunan sedangkan konsumsi air minum meningkat, sehingga terjadi penurunan produktivitas ayam. Penurunan produktivitas tersebut disebabkan oleh kurang terpenuhinya asupan nutrisi untuk produksi telur (Medion, 2015). Ayam strain isa brown dan lohmann brown yang diamati mulai berproduksi pada umur 18--19 minggu. Periode bertelur ayam strain isa brown 2

terjadi pada umur 18--80 minggu, puncak produksi mencapai 95%, jumlah telur 351 butir, rata rata berat telur 63,1 g/butir, bobot telur pada awal bertelur pada umur 18 minggu dengan bobot telur 43 g. Bobot telur ayam isa brown mulai meningkat saat memasuki umur 21 minggu, berlanjut pada umur 36 minggu, dan relatif stabil di umur 50 minggu (Isa Brown Commercial Layers, 2009). Rasyaf (2003) menyatakan bahwa ayam petelur strain lohmann brown cepat mencapai dewasa kelamin yaitu pada umur 18 minggu sehingga 50% produksi dapat dicapai pada umur 140--150 hari. Umur dewasa kelamin yang relatif sama pada kedua strain menyebabkan kondisi organ reproduksi yaitu ovarium dan oviduct relatif sama sehingga bobot telur kedua strain berbeda tidak nyata. Menurut Djanah (1990), ayam yang ukuran oviductnya relatif sama akan menghasilkan telur dengan indeks telur yang relatif sama. Bobot telur tidak terlepas dari pengaruh bobot kuning telur. Persentase kuning telur sekitar 30--32% dari bobot telur. Bobot kuning telur dipengaruhi oleh perkembangan ovarium. Ovarium merupakan tempat pembentukan kuning telur. Bobot telur akan rendah bila pembentukan kuning telur kurang sempurna. Selain itu, rendahnya penyerapan nutrisi menghambat perkembangan ovarium sehingga bobot telur menjadi kurang optimal (Tugiyanti, 2012). Pada penelitian ini, umur dewasa kelamin ayam strain isa brown dan lohmann brown yang sama menyebabkan perkembangan ovarium kedua strain relatif sama sehingga penyerapan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan ovum di dalam oviduct tidak berbeda, akibatnya bobot telur kedua strain menjadi relatif sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% telur strain isa brown merupakan kelas extra large dengan persentasi 40% dengan kisaran bobot telur 60 65 g dan 4% merupakan kelas medium. Sebanyak 40% telur strain lohmann brown merupakan kelas large dengan kisaran bobot telur 55--60 g dan 12% telur merupakan kelas medium (Tabel 2). Susilorini et al. (2008) menyatakan bahwa rata-rata bobot telur ayam ras 57,9 g. Dengan bobot telur tersebut, telur kelas large merupakan bobot telur ideal. Sebanyak 40% telur strain lohmann brown merupakan telur kelas large sedangkan pada strain isa brown hanya 18% telur yang merupakan telur kelas large. Hal tersebut menunjukkan bahwa strain lohmann brown lebih baik dalam menghasilkan telur dengan bobot yang ideal. Kelas telur berpengaruh terhadap nilai jual telur tersebut. Harga telur yang ukurannya lebih besar semakin mahal. Sebaliknya, telur yang ukurannya lebih kecil harganya relatif lebih murah daripada yang besar. Pada Tabel 2 menunjukkan telur strain isa brown relatif lebih besar dibandingkan dengan lohmann brown sehingga telur dari strain isa brown secara ekonomis relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan lohmann brown. Tabel 2. Klasifikasi standar bobot telur strain isa brown dan lohman brown. No. Kelas telur Bobot telur (g) Isa brown (%) Lohmann brown (%) 1 Jumbo >65 38 14 2 Extra large 60--65 40 34 3 Large 55--60 18 40 4 Medium 50--55 4 12 5 Small 45--50 0 0 6 Peewee <45 0 0 Indeks Telur Rata-rata indeks telur dari strain isa brown dan lohman brown hasil penelitian ini terdapat pada Tabel 3. Rata-rata indeks telur isa brown dan lohmann brown adalah 77,11% dan 75,94%. Indeks telur dari strain isa brown dan lohmann brown hasil penelitian ini berbeda tidak nyata (P>0,05), namun indeks telur paling ideal dihasilkan oleh strain lohmann brown yaitu 75,94%. Menurut Djanah (1990) ukuran indeks telur yang baik adalah 70--75%. Hal ini sejalan dengan pernyataan Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa kisaran nilai indeks telur 65-- 82% dan idealnya adalah antara 70--75%. Hasil uji t-student indeks telur segar strain isa brown dan lohmann brown menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0,05). Artinya perbedaan strain isa brown dan lohmann brown tidak memengaruhi indeks telur segar. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Romanoff dan Romanoff (1963) yang menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi indeks telur antara lain bangsa, status produksi genetik, dan variasi individu dan kelompok. Indeks telur strain isa brown dan lohmann brown yang berbeda tidak nyata tersebut disebabkan oleh kemampuan metabolisme yang secara genetik relatif sama pada kedua strain ayam yang diamati. Kemampuan metabolisme yang relatif sama menyebabkan perkembangan 3

isthmus juga relatif sama sehingga bentuk telur yang diproduksi berbeda tidak nyata. Pilliang (1992) menyatakan bahwa indeks telur dipengaruhi oleh ukuran diameter isthmus. Telur yang dihasilkan cenderung berbentuk bulat apabila diameter isthmusnya lebar. Telur yang dihasilkan cenderung berbentuk lonjong apabila diameter isthmusnya sempit. Tabel 3. Indeks telur strain isa brown dan lohmann brown Indeks telur Isa brown Lohmann brown Rata-rata (g) 77,11 75,94 Sd 3,36 6,77 Tertinggi (g) 88,18 95,57 Terendah (g) 67,8 53,51 Indeks telur berkaitan erat dengan bentuk telur karena dari bentuk telur dapat diketahui nilai indeks telur. Indeks telur adalah nilai yang menentukan ideal atau tidaknya bentuk telur. Indeks telur yang mencerminkan bentuk telur dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi selama pembentukan telur. Indeks telur yang ideal adalah telur yang berbentuk oval. Menurut Azizah et al. (2012) bentuk telur yang paling baik adalah oval. Soekarto (2013) menyatakan bahwa bentuk telur ideal memiliki nilai indeks telur 0,80. Bentuk telur dengan indeks telur lebih kecil dari 0,80 disebut telur berbentuk lonjong (biconical dan conical). Telur dinyatakan berbentuk bundar (elliptical dan spherical) apabila indeks telur lebih besar daripada 0,80. Gunawan (2010) menyatakan bahwa bentuk telur yang baik adalah proporsional, tidak berbenjol, tidak terlalu lonjong, dan juga tidak terlalu bulat. Bentuk telur Bentuk telur strain isa brown dan lohmann brown hasil penelitian ini terdapat pada Tabel 4. Pada tabel tersebut terlihat bahwa bentuk telur dari strain isa brown dan lohmann brown bervariasi yaitu conical, biconical, oval, elliptical, dan spherical. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa bentuk telur yang banyak pada strain isa brown adalah bentuk conical sebanyak 30 butir dengan persentase 60% sedangkan strainlohman brown adalah elliptical sebanyak 16 butir dengan persentase 32%. Berdasarkan bentuk telur, telur strain lohmann brown lebih baik dibandingkan dengan strain isa brown. Hal itu disebabkan oleh persentase telur berbentuk oval pada strain lohmann brown (20%) lebih tinggi dibandingkan dengan strain isa brown (14%). Hal ini sesuai dengan pendapat azizah et al. (2012) bahwa bentuk telur yang paling baik adalah oval. Tabel 4. Bentuk telur strain isa brown dan lohman brown. Bentuk telur Isa brown (%) Lohmann brown (%) Biconical 2 20 Elliptical 22 32 Oval 14 20 Conical 60 28 Spherical 2 0 Gunawan (2010) menyatakan bahwa bentuk telur yang baik adalah proporsional, tidak benjol, tidak terlalu lonjong, dan juga tidak terlalu bulat. Telur dengan bentuk proporsional yaitu telur yang memiliki indeks telur yang ideal 70-- 75%. Bentuk telur tidak terlalu lonjong berarti telur tersebut tidak berbentuk biconical. Telur berbentuk biconical ditandai dengan kedua sisi yang runcing seperti kerucut sehingga terlihat lonjong. Telur tidak terlalu bulat artinya telur tersebut bukan berbentuk spherical karena bentuk spherical adalah bentuk telur yang hampir bulat. Telur dengan bentuk oval memudahkan pada saat transportasi dan penyimpanan karena telur dengan bentuk oval tidak mudah pecah ataupun retak saat ditempatkan pada egg tray meskipun egg tray tersebut ditumpuk dan mempermudah pada saat pemanenan atau pengambilan telur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekarto (2013) yang menyatakan bahwa telur berbentuk oval hanya memungkinkan menggelinding pada satu arah, sehingga dapat diarahkan untuk mempermudah pemanenan telur yang telah terkumpul di bagian luar kandang, dan menjaga keutuhan serta kebersihan telur. Bentuk telur dipengaruhi oleh faktor genetik. Induk ayam selalu bertelur dengan urutan bentuk yang sama, yaitu bulat, panjang, dan lonjong. Faktor genetik berpengaruh terhadap lama periode pertumbuhan ovum sehingga yolk yang lebih besar akan menghasilkan telur berukuran besar. Telur pertama yang dihasilkan induk lebih kecil daripada yang dihasilkan berikutnya. Ukuran telur akan meningkat seiring dengan semakin teraturnya induk bertelur. Ukuran telur meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan protein pakan. Cuaca juga berpengaruh karena cuaca panas akan memengaruhi kondisi kandang dan menyebabkan menurunnya ukuran telur (Suprijatna et al., 2005). Menurut Sudaryani (1996), bentuk telur dipengaruhi oleh ransum. Pembentukan telur baru akan terjadi bila ada material yang berupa unsur-unsur gizi pendukung pembentukan telur tersebut. Dalam keadaan normal telur akan keluar dari tubuh induk dengan bentuk oval dan berat sesuai standar atau berat yang wajar. Bentuk telur yang normal yakni lonjong tumpul pada bagian atas dan runcing pada bagian bawah. 4

Bobot tubuh ayam juga memengaruhi bentuk telur. Semakin tinggi bobot tubuh ayam maka ukuran isthmus semakin besar dan lebar, sehingga bentuk telur yang dihasilkan akan berbentuk bulat. Bentuk telur yang semakin bulat tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi (Sodak, 2011).Ditambahkan oleh Piliang (1992) apabila diameter isthmus lebar, maka bentuk telur yang dihasilkan berbentuk bulat. Ayam betina yang memiliki isthmus berdiameter rendah bentuk telur yang dihasilkan cenderung lonjong. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. bobot dan indeks telur strain isa brown dan lohmann brown berbeda tidak nyata; 2. klasifikasi bobot telur terbanyak pada strain isa brown adalah kelas extra large dan pada lohmann brown adalah kelas large; 3. strain lohmann brown mempunyai bentuk telur yang lebih baik dibandingkan dengan isa brown. DAFTAR PUSTAKA Azizah, N. Betty A. N., dan Stevia T. R. 2012.Telur. UNY.Yogyakarta. Djanah, D. 1990. Beternak Ayam. CV. Yasaguna, Cetakan kedua, Surabaya. Gunawan. 2010. Menentukan kualitas telur dan pengawetan telur. http://peterunkhair.blogspot.com/ 2010/12/menentukan-kualitas-telurdan.html. Diakses pada tanggal 20 Juli 2015. Isa Brown Commercial Layers. 2009. General Management Guide Commercial Isa Brown.Pondoras. Medion. 2015.Suhu dan kelembaban terkontrol, ayam nyaman.http://info.medion.co.id/suhu dan Kelembaban Terkontrol, Ayam Nyaman.Diakses pada tanggal 20 Juli 2015. Piliang, W.G. 1992. Manajemen Beternak Unggas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta. Romanoff, A.L. and A. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Wiley and Sons Inc. Ny. Sodak, F.J. 2011. Karakteristik fisik dan kimia telur ayam arab pada dua peternakan di Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E. U., Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Susilorini, T.E., Muharlien, dan M.E. Sawitri. 2008. Budidaya 22 TernakPotensial. Penebar Swadaya. Jakarta. T, Soewarno. S. 2013. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Telur. Alfabeta. Bandung. Tugiyanti, E. 2012. Kualitas eksternal telur ayam petelur yang mendapat ransum dengan penambahan tepung ikan fermentasi menggunakan isolat prosedur antihistamin. Fakultas Peternakan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius.Yogyakarta. 5